1 SM PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

SP-005-008

Proceeding Biology Education Conference p-ISSN: 2528-5742


Volume 14, Nomor 1
Halaman 206 - 213 Oktober 2017

Implementasi Kebijakan Konservasi Pengawetan


dan Pemanfaatan Lestari Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
di Taman Nasional Karimunjawa

Implementation of Conservation Policy Prescription and Sustainable Use


of Natural Resources and Ecosystems in the Karimunjawa National Park

Nur Anisa Eka Ariyani 1*, Kismartini2


1 Program Magister Ilmu Lingkungan, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro, Semarang-Indonesia
2 Doktor Administrasi Publik, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro, Semarang-Indonesia
*Corresponding author: [email protected]

Abstract: The Karimunjawa National Park with lowland tropical rain forest ecosystems, coastal forest ecosystems,
mangrove ecosystems, seagrass ecosystems and coral reef ecosystems rich in biodiversity needs conservation
in order to avoid species extinction. The purpose of this research is to know the implementation of conservation
policy of preservation and sustainable use of biological natural resources and its ecosystem in the Karimunjawa
National Park 2012-2016. The research was conducted by qualitative method, processing secondary data from
Karimunjawa National Park and interview with key informant. The results showed conservation through
preservation activities held by the management of plant and animal species along with their habitat and
ecosystem recovery. While conservation through sustainable utilization activities conducted with three
activities of research and development of science, education and increasing awareness of nature conservation
and the utilization of environmental services with nature tourism. Implementation of conservation policy
requires the support of various parties, in addition to Karimunjawa National Park Authority as the manager of
the area, the participation of Jepara regency, Central Java Provincial Government, the community, NGOs,
researchers, developers and tourism actors is necessary. The involvement of related parties is expected to
improve the successful implementation of conservation policies for preservation and sustainable use of
biological natural resources and their ecosystems.

Keywords: Policy implementation; Conservation; Biological diversity resources; Karimunjawa National Park; Presciption
and Sustainable use

keanekaragaman hayati baik secara in situ dan ex situ


1. PENDAHULUAN belum memuaskan. Menurut Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2015), Indonesia
Kepunahan merupakan proses alamiah, tetapi laju telah mengalokasikan tidak kurang 27 juta hektar
kepunahan yang mencapai 1.000-10.000 kali dari lahan sebagai wilayah perlindungan. 51 kawasan yang
proses alaminya (IUCN Red list, 2015) cukup ditetapkan sebagai taman nasional belum mampu
mengkhawatirkan. Lebih dari 77.300 spesies telah menjadi tempat perlindungan karena mengalami
masuk dalam Red List International Union for ancaman kerusakan termasuk Taman Nasional
Conservation of Nature (IUCN) tahun 2015. Karimunjawa.
Kepunahan ini terjadi akibat degradasi habitat, over Ancaman kerusakan ekosistem yang terjadi di
exploitation, polusi, penyakit dan perubahan iklim. Kepulauan Karimunjawa menggugah pemerintah
Ancaman kepunahan flora dan fauna ini terutama untuk melakukan konservasi. Penetapan Cagar Alam
disebabkan oleh tingginya laju pertumbuhan Laut Karimunjawa pada tanggal 9 April 1986 melalui
penduduk di Asia dan Afrika termasuk Indonesia Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 123/Kpts-
(Does & Matter, n.d.). II/1986 merupakan langkah awal, kemudian pada
Indonesia menduduki posisi ke 4 dari 20 negara tanggal 22 Februari 1999 Karimunjawa ditetapkan
yang potensial mengalami kepunahan atas sebagai taman nasional melalui Surat Keputusan
keanekaragaman hayati yang dimiliki, dimana Menteri Kehutanan nomor 78/Kpts-II/1999. Kawasan
terdapat 1.126 spesies yang terancam punah seluas 111.625 Ha ini terdiri dari 22 pulau dengan 5
(Darlington, 2010). Upaya menyelamatkan ekosistem utama yaitu ekosistem terumbu karang,
Ariyani, N.A.E. & Kismartini. Implementasi Kebijakan Konservasi 207

padang lamun, hutan mangrove, hutan pantai, dan pemanfaatan lestari di Taman Nasional Karimunjawa
hutan hujan tropis dataran rendah (BTNKJ, 2016). periode tahun 2012 – tahun 2016.
Pulau Karimunjawa dan Pulau kemujan sebagai
pulau terbesar di kawasan Taman Nasional 2. TINJAUAN PUSTAKA
Karimunjawa terancam mengalami kerusakan
ekosistem mangrove. Menurut hasil penelitian yang Kebijakan publik menurut beberapa ahli (Thomas R
dilakukan oleh Kamal et al 2016, luasan hutan Dye, 1992; Kartasasmita, 1997; Leslie A.Pal, 1987
mangrove dari tahun 2009 sampai 2012 pada kedua dalam Joko Widodo, 2006:12) adalah keputusan
pulau ini mengalami degradasi sebesar 23,8 Ha yang pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan
diakibatkan oleh perubahan tata guna lahan. sesuatu atas masalah publik yang terjadi. Proses
Demikian pula yang terjadi pada ekosistem kebijakan publik terdiri dari beberapa tahapan yaitu:
terumbu karang, laporan teknis dari Wildlife identifikasi masalah, penyusunan agenda, perumusan
Conservation Society Indonesia Program (2016) kebijakan, pengesahan kebijakan, implementasi
menunjukkan bahwa terjadi penurunan tutupan karang kebijakan, dan evaluasi kebijakan.
keras dari 57, 86% pada tahun 2013 menjadi 49,89% Implementasi kebijakan sebagai salah satu
pada tahun 2016 di Taman Nasional Karimunjawa. tahapan dari proses kebijakan publik merupakan hal
Penurunan tersebut diperkirakan karena pemutihan yang sangat penting untuk diperhatikan. Proses pada
karang yang terjadi pada kurun waktu 2015 – 2016 tahap ini dapat dikatakan krusial, karena
akibat pemanasan global yang menaikkan suhu bagaimanapun baiknya suatu kebijakan apabila
permukaan laut secara global. Terlihat juga sedikit pelaksanaan atau implementasinya buruk maka
indikasi kerusakan karang yang disebabkan oleh kebijakan tersebut tidak akan sampai ke sasaran
kegiatan wisata. kebijakan dengan baik.
Ekosistem terumbu karang merupakan habitat Keberhasilan suatu implementasi dipengaruhi
bagi berbagai biota laut termasuk kima dan teripang. oleh beberapa hal, dengan mengacu pada penelitian
Kima sebagai satwa yang dilindungi menurut PP No. terdahulu (George C. Edward III, 1980; Donal S. Van
7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan Meter dan Carl E. Van Horn, 1975; Merilee S.
dan Satwa mengalami penurunan populasi di 3 pulau Grindle,1980; Daniel A. Mazmanian dan Paul A.
yang ada di Taman Nasional Karimunjawa yaitu Pulau Sabatier, 1983; David L Weimer dan Aidan R Vining,
Cemara Besar, Pulau Geleang dan Pulau Katang 1999; Maier, C., & Winkel, G., 2016; Chan, E. H. W.,
(BTNKJ, 2016). Selain kima, populasi teripang juga & Hou, J., 2015; Kalaba, F. K., 2016; Muhumuza, M.,
mengalami penurunan. Hasil monitoring teripang & Balkwill, K.,2013) dalam penelitian ini akan dilihat
yang dilakukan BTNKJ tahun 2016 ditemukan 166 pengaruh karakteristik kebijakan, sumberdaya dan
ekor teripang, menurun jika di bandingkan dengan lingkungan kebijakan terhadap keberhasilan
populasi teripang hasil monitoring tahun 2012 implementasi kebijakan konservasi.
sebanyak 315 ekor. Penurunan ini terjadi akibat Kebijakan konservasi di Indonesia diatur
kerusakan habitat dan adanya over exploitation menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990
terhadap kima dan teripang. Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Degradasi mangrove, penurunan tutupan karang Ekosistemnya. Dalam peraturan ini dijelaskan bahwa
keras dan penurunan populasi biota laut merupakan pengawetan dan pemanfaatan secara lestari sumber
indikasi bahwa Kementerian Lingkungan Hidup dan daya alami hayati dan ekosistemnya merupakan
Kehutanan melalui Balai Taman Nasional kegiatan konservasi. Taman nasional sebagai kawasan
Karimunjawa (BTNKJ) perlu meningkatkan pelestarian alam melaksanakan kedua kegiatan
kinerjanya dalam rangka konservasi. Upaya tersebut menurut Peraturan Pemerintah No 28 tahun
pengelolaan kawasan telah dilakukan, konservasi 2011 jo PP No 108 tahun 2015 tentang Pengelolaan
melalui kegiatan pengawetan dan pemanfaatan lestari Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya seperti Pelestarian Alam(KPA).
yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun Kegiatan pengawetan (preservasi) adalah upaya
1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati untuk menjaga dan memelihara keanekaragaman jenis
dan Ekosistemnya menghadapi berbagai tantangan tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya baik di
dalam implementasinya. dalam maupun di luar habitatnya agar keberadaannya
Masih terdapatnya permasalahan mengenai tidak punah, tetap seimbang dan dinamis dalam
perambahan kawasan, pemanfaatan tumbuhan dan perkembangannya. Kegiatan ini dalam taman nasional
satwa dilindungi, perikanan dan wisata tak ramah dilakukan melalui pengelolaan jenis tumbuhan dan
lingkungan merupakan indikasi belum optimalnya satwa beserta habitatnya, penetapan koridor hidupan
implementasi kebijakan konservasi di Taman liar, pemulihan ekosistem dan penutupan kawasan.
Nasional Karimunjawa dalam kegiatan pengawetan Kegiatan pemanfaatan dalam taman nasional
dan pemanfaatan lestari. Berdasarkan fenomena terdiri dari pemanfaatan kondisi lingkungan dan
tersebut, penelitian tentang implementasi kebijakan pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar.
konservasi melalui kegiatan pengawetan dan Pemanfaatan kondisi lingkungan adalah pemanfaatan
pemanfaatan lestari sumber daya alam hayati dan potensi ekosistem, keadaan iklim, fenomena alam,
ekosistemnya penting untuk dilakukan. Tujuan dari kekhasan jenis dan peninggalan budaya yang berada
penelitian adalah mengetahui implementasi kebijakan dalam kawasan. Pemanfaatan jenis tumbuhan dan
konservasi melalui kegiatan pengawetan dan satwa liar adalah pemanfaatan jenis tumbuhan dan
208 Proceeding Biology Education Conference Vol. 14 (1): 206-213, Oktober 2017

satwa dengan memperhatikan kelangsungan potensi, Taman Nasional (SPTN) yaitu SPTN I Kemujan dan
daya dukung, dan keanekaragaman jenis tumbuhan SPTN II Karimunjawa.
dan satwa liar. Pemanfaatan lestari dalam taman
nasional dapat diwujudkan dalam kegiatan penelitian
dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan
peningkatan kesadartahuan konservasi alam,
penyimpanan dan/atau penyerapan karbon,
pemanfaatan air serta energi air, panas, dan angin serta
wisata alam, pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar,
pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang
budidaya, pemanfaatan tradisional oleh masyarakat
setempat.

3. METODE PENELITIAN
Penelitian di lakukan di Taman Nasional Gambar 1. Lokasi Taman Nasional Karimunjawa
Karimunjawa sebagai satu-satunya Taman Nasional
Laut yang ada di Jawa Tengah dengan potensi
keanekaragaman hayati yang tinggi. Metode 4.1 Pengawetan Keanekaragaman Jenis
penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan Tumbuhan dan Satwa beserta Habitatnya
kualitatif, mengolah data sekunder dari Balai Taman
Nasional Karimunjawa dan wawancara dengan key Suatu jenis tumbuhan dan satwa wajib ditetapkan
informan. dalam golongan yang dilindungi dan wajib dilakukan
Data sekunder berupa Rencana Strategis Balai upaya pengawetan apabila mempunyai populasi yang
Taman Nasional Karimunjawa 2015-2019, Laporan kecil, terjadi penurunan yang tajam terhadap jumlah
Kinerja Tahun 2012 – 2016 dan laporan hasil kegiatan individu di alam dan daerah penyebaran yang terbatas
pengawetan dan pemanfaatan di Taman Nasional (endemik). Di Taman Nasional Karimunjawa terdapat
Karimunjawa yang dilaksanakan dalam 5 tahun tiga jenis kima yaitu Tridacna maxima, Tridacna
terakhir (2012-2016). Data akan dikumpulkan dan squamosa, dan Tridacna crocea yang merupakan
dikelompokkan untuk kemudian dianalisis secara satwa dilindungi menurut Peraturan Pemerintah
kualitatif. Data sekunder yang diperlukan diperoleh Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis
dari Balai Taman Nasional Karimunjawa sebagai unit Tumbuhan dan Satwa. Selain Kima, satwa dilindungi
pelaksana teknis dari Kementerian Lingkungan Hidup berikutnya adalah penyu, ditemukan Penyu
dan Kehutanan dalam menjalankan kebijakan Hijau/Green Turtle (Chelonia mydas) dan Penyu
konservasi. Sisik/Hawksbill Turtle (Eretmochelys imbricate) di
Implementasi kebijakan konservasi yang kawasan ini. Implementasi kebijakan konservasi
dijelaskan dalam penelititan ini dibatasi pada kegiatan melalui kegiatan pengawetan pada kima, penyu, flora
pengawetan dan pemanfaatan lestari yang dilakukan dan fauna yang ada dalam kawasan perlu dilakukan
oleh BTNKJ dalam 5 tahun terakhir. Wawancara agar tidak punah. Kegiatan pengawetan
dengan key informan dilakukan oleh peneliti agar keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa di TN
mampu mendiskripsikan data sekunder yang didapat Karimunjawa dilakukan melalui pengelolaan jenis
dan mengetahui faktor yang mempengaruhi tumbuhan dan satwa beserta habitatnya dan pemulihan
implementasi. Key informan merupakan pegawai ekosistem.
BTNKJ dari unsur polisi hutan dan pengendali
ekosistem hutan yang melaksanakan kegiatan
pengawetan dan pemanfaatan lestari dalam kawasan. 4.1.1 Pengelolaan Jenis Tumbuhan dan
Satwa serta Habitatnya
Pengelolaan jenis tumbuhan dan satwa beserta
4. HASIL DAN PEMBAHASAN habitatnya dilakukan dalam bentuk kegiatan
identifikasi, inventarisasi, pemantauan (monitoring),
Taman Nasional Karimunjawa secara geografis pembinaan habitat dan populasinya, penyelamatan
terletak pada 5°40’39” - 5°55’00” LS dan 110°05’57” jenis, pengkajian, penelitian dan pengembangannya.
- 110°31’ 15” BT yang secara administrasif termasuk Implementasi kebijakan konservasi melalui kegiatan
ke dalam wilayah Kecamatan Karimunjawa pengelolaan jenis di Taman Nasional Karimunjawa
Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Luas pada tahun 2012-2016 dilakukan dengan identifikasi
keseluruhan kawasan adalah 111.625 Ha dengan vegetasi hutan hujan tropis, monitoring rusa,
rincian 1.285,50 Ha adalah wilayah daratan di Pulau monitoring SPAGS (Spawning Aggregations) kerapu,
Karimunjawa yang berupa ekosistem hutan hujan inventarisasi mangrove, inventarisasi Sargasum sp,
tropis dataran rendah, 222,20 Ha merupakan wilayah inventarisasi monyet ekor panjang (Macaca
daratan di Pulau Kemujan yang berupa ekosistem fascicularis Karimoendjawae), monitoring kima,
hutan mangrove dan 110.117,30 Ha adalah wilayah
perairan. BTNKJ mempunyai 2 Seksi Pengelolaan
Ariyani, N.A.E. & Kismartini. Implementasi Kebijakan Konservasi 209

monitoring teripang, monitoring elang laut,


monitoring burung, monitoring lamun, monitoring
penyu, monitoring terumbu karang, pembuatan buku
tumbuhan dan satwa liar TN Karimunjawa, pelestarian
semi alami (PSA) penyu, fasilitasi dan pembentukan
kelompok pelestari penyu serta peningkatan kapasitas
SDM pengelola spesies terancam punah.
Identifikasi jenis merupakan upaya untuk
mengenal jenis, keadaan umum, status populasi dan
habitat tumbuhan dan satwa. Identifikasi vegetasi
hutan hujan tropis di TN Karimunjawa periode 2012-
2016 dilakukan sebanyak 3 kali berturut-turut mulai
tahun 2012-2014.
Inventarisasi dilakukan untuk mengetahui
kondisi populasi jenis tumbuhan dan satwa melalui
survey dan pengamatan. Jenis kegiatan inventarisai
yang di lakukan Balai TN Karimunjawa dari tahun
2012 adalah inventarisasi rumput laut jenis Sargasum
sp dan inventarisasi monyet ekor panjang, kemudian
pada tahun 2013 melaksanakan 2 kegiatan
inventarisasi mangrove, selanjutnya pada tahun 2016
kembali dilakukan inventarisasi monyet ekor panjang.
Selain identifikasi dan inventarisasi tak kalah
pentingnya adalah kegiatan monitoring / pemantauan.
Pemantauan dilakukan untuk mengetahui
kecenderungan perkembangan populasi jenis
tumbuhan dan satwa. Di TN Karimunjawa kegiatan
monitoring terhadap tumbuhan dan satwa dilakukan
hampir setiap tahun. Pada tahun 2016 misalnya,
terdapat kegiatan monitoring rusa, kima, teripang dan
penyu.
Kegiatan pengelolaan jenis tumbuhan dan satwa
beserta habitatnya akan berjalan dengan baik apabila
tersedia cukup anggaran dalam pelaksanaannya.
Jumlah kegiatan dan realisasi anggaran dalam lima
tahun terakhir dapat dilihat pada gambar 2.

4.1.2 Pemulihan Ekosistem


Pemulihan ekosistem ditujukan untuk memulihkan
struktur, fungsi, dinamika populasi, serta Gambar 2. Jumlah Kegiatan dan Realisasi Anggaran
Kegiatan Pengelolaan Jenis Tumbuhan dan Satwa beserta
keanekaragaman hayati dan ekosistemnya melalui
Habitatnya
mekanisme alam, rehabilitasi dan restorasi.
Mekanisme alam merupakan kegiatan pemulihan
ekosistem secara alamiah. Rehabilitasi dilakukan
melalui penanaman atau pengkayaan jenis dan
restorasi dilakukan melalui kegiatan pemeliharaan,
perlindungan, penanaman, pengkayaan jenis
tumbuhan dan satwa liar.
Implementasi kebijakan konservasi melalui
kegiatan pemulihan ekosistem di Taman Nasional
Karimunjawa pada tahun 2012-2016 dilakukan
dengan pembuatan persemaian tanaman khas
Karimunjawa, pemeliharaan demplot tanaman obat,
pemeliharaan arboretum hutan hujan tropis,
pemeliharaan plot percontohan, pembuatan plot
contoh rehabilitasi terumbu karang, rehabilitasi
terumbu karang, pemeliharaan plot percontohan
rehabilitas terumbu karang dan gerakan bersih pantai.
210 Proceeding Biology Education Conference Vol. 14 (1): 206-213, Oktober 2017

metodologi pelaksanaan teknis di TNKJ, school visit,


dan pendampingan kelompok masyarakat desa
penyangga. Kegiatan ini paling sering dilaksanakan
pada tahun 2012 dengan16 kegiatan. Gambar 5
menunjukkan jumlah kegiatan dan realisasi anggaran
kegiatan pendidikan dan peningkatan kesadartahuan
konservasi alam tahun 2012-2016.

Gambar 3. Jumlah Kegiatan dan Realisasi Anggaran


Kegiatan Pemulihan Ekosistem

Kegiatan pemulihan ekosistem sering


dilakukan pada tahun 2012 dengan 10 kegiatan. Pada
tahun 2014 dan 2015 tidak terdapat kegiatan
pemulihan ekosistem dan pada tahun 2016 terdapat 2
kegiatan bersih pantai dalam rangka pemulihan
ekosistem penyu. Tersedianya cukup anggaran
merupakan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
kegiatan ini. Gambar 3 menunjukkan jumlah kegiatan
dan realisasi anggaran kegiatan pemulihan ekosistem
di TN karimunjawa periode 2012-2016.

4.2 Pemanfaatan secara Lestari Sumber


Daya Alami Hayati dan Ekosistemnya
Pada periode tahun 2012-2016 di TN Karimunjawa
kegiatan pemanfaatan lestari dilakukan dengan tiga
kegiatan yaitu penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan, pendidikan dan peningkatan Gambar 4. Jumlah Kegiatan dan Realisasi Anggaran
kesadartahuan konservasi alam serta pemanfaatan jasa Kegiatan Penelitian dan Pengembangan
lingkungan dengan wisata alam. Kegiatan penelitian
dan pengembangan dilakukan pada tahun 2012 dan
2013 melalui kajian pemanfaatan sargassum, survey
pesepsi masyarakat tentang pengelolaan taman
nasional, kajian dampak wisata alam terhadap
ekosistem terumbu karang. Sedangkan untuk tahun
2014, 2015 dan 2016 tidak terdapat kegiatan
penelitian dan pengembangan. Gambar 4.
menunjukkan jumlah kegiatan dan realisasi anggaran
kegiatan penelitian dan pengembangan tahun 2012-
2016.
Kegiatan pendidikan dan peningkatan
kesadartahuan konservasi alam dilakukan melalui
penyusunan kurikulum dan modul /revisi mulok, TOT
pendidikan lingkungan kelautan bagi guru, pengajaran
mulok SLTP, lomba lukis konservasi, sekolah /temu
lapang pembelajaran konservasi, pendampingan dan
pembinaan SPKP, kemah pendidikan lingkugan
konservasi, pembentukan /pembinaan kader
konservasi, kampanye konservasi TNKJ, lomba lintas
alam konservasi, penyusunan buku pedoman
Ariyani, N.A.E. & Kismartini. Implementasi Kebijakan Konservasi 211

Gambar 5. Jumlah Kegiatan dan Realisasi Anggaran


Kegiatan Pendidikan dan Peningkatan Kesadartahuan
Konservasi Alam

Kegiatan pemanfaatan air serta energi air, panas,


dan angin serta wisata alam, bisa disebut sebagai
pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam
dilakukan melalui pameran pengelolaan taman
nasional, expo pengelolaan TNKJ dalam Visit Jateng
Year 2013, rapat koordinasi pemanfaatan jasa
lingkungan, lokakarya pelaku wisata alam, sosialisasi
pelaksanaan PNBP TN Karimunjawa, pemasangan
tambat kapal di zona pariwisata bahari TNKJ,
monitoring aktifitas pengunjung, penyusunan buku
"PANDUAN WISATA TREKKING MANGROVE
TNKJ", peningkatan kapasitas SDM pengelolaan Gambar 6. Jumlah Kegiatan dan Realisasi Anggaran
wisata alam, penyusunan rencana teknis pengelolaan Kegiatan Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam
tracking mangrove, pelatihan selam, dan pelatihan
interpreter. Kegiatan ini paling sering dilaksanakan
pada tahun 2015 dengan 12 kegiatan. Gambar 6. Tabel. 1 Keadaan Pegawai Balai TN Karimunjawa
menunjukkan jumlah kegiatan dan realisasi anggaran Berdasarkan Golongan dan Jenis Kelamin tahun 2016
kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata
alam tahun 2012-2016.

4.3 Faktor yang mempengaruhi


implementasi kebijakan konservasi

4.3.1 Faktor Karakteristik Kebijakan


Hasil wawancara dengan key informan, kebijakan
konservasi dalam kegiatan pengawetan dan
pemanfaatan lestari telah sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai. Kepentingan kelompok sasaran dalam 4.3.2 Faktor Sumber Daya
hal ini masyarakat sekitar TN Karimunjawa telah Balai Taman Nasional Karimunjawa mempunyai 92
terakomodasi demikian pula dengan kepentingan pegawai yang terdiri atas 75 PNS dan 17 pegawai
konservasi. Kegiatan pengawetan dan pemanfaatan harian yang bertugas Balai Taman Nasional
lestari yang dilakukan telah sesuai dengan standar Karimunjawa, Seksi Pengelolaan Taman Nasional
zona sehingga mampu mengurangi gangguan terhadap Wilayah I (Kemujan), Seksi Pengelolaan Taman
kawasan. Kejelasan program kegiatan juga dirasakan Nasional Wilayah II (Karimunjawa) seperti terlihat
implementor cukup baik sehingga kegiatan mampu pada tabel 1. Dari hasil wawancara dengan key
dilaksanakan. Terdapat inkonsistensi dalam kegiatan informan, pegawai di TN Karimunjawa telah
penelitian dan pengembangan yang dilakukan mencukupi secara jumlah dan fungsi. Setiap pegawai
BTNKJ, hal ini terjadi karena telah banyak peneliti diberikan kesempatan yang sama untuk mengikuti
diluar BTNKJ yang memberikan dukungan data. pendidikan dan pelatihan sebagai upaya peningkatan
212 Proceeding Biology Education Conference Vol. 14 (1): 206-213, Oktober 2017

ketrampilan melaksanakan konservasi. Ketersediaan pembinaan SPKP, kemah pendidikan lingkugan


anggaran APBN melalui DIPA (Daftar Isian konservasi, pembentukan /pembinaan kader
Penggunaan Anggaran) dirasakan cukup memadai konservasi, kampanye konservasi TN Karimunjawa,
sejak tahun 2012-2016. Bantuan dana dari pihak luar lomba lintas alam konservasi, penyusunan buku
baik itu NGO maupun CSR perusahaan mendukung pedoman metodologi pelaksanaan teknis di TN
semakin baiknya konservasi di Taman Nasional Karimunjawa, school visit, dan pendampingan
Karimunjawa. kelompok masyarakat desa penyangga, pameran
pengelolaan taman nasional, expo pengelolaan TN
4.3.3 Faktor Lingkungan Kebijakan Karimunjawa dalam Visit Jateng Year 2013, rapat
Lingkungan kebijakan termasuk di dalamnya koordinasi pemanfaatan jasa lingkungan, lokakarya
masyarakat sekitar taman nasional, dukungan instansi pelaku wisata alam, sosialisasi pelaksanaan PNBP TN
terkait dan dukungan dari pihak luar sangat diperlukan Karimunjawa, pemasangan tambat kapal di zona
dalam rangka konservasi. Mengingat keterbatasan pariwisata bahari TN Karimunjawa, monitoring
kapasitas yang masih dimilik oleh Balai Taman aktifitas pengunjung, penyusunan buku "Panduan
Nasional Karimunjawa sebagai pengelola, BTNKJ Wisata Trekking Mangrove TN Karimunjawa ",
mempunyai 4 (empat) mitra dalam mewujudkan peningkatan kapasitas SDM pengelolaan wisata alam,
konservasi di TN Karimunjawa yaitu Wildlife penyusunan rencana teknis pengelolaan tracking
Conservation Society-Indonesia Program (WCS-IP), mangrove, pelatihan selam, dan pelatihan interpreter.
Jakarta Animal Aid Network (JAAN), RARE dan Implementasi kebijakan konservasi melalui
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah. kegiatan pengawetan dan pemanfaatan lestari
Selain pihak tersebut, dukungan dari ilmuwan, pelaku dipengaruhi oleh faktor karakteristik kebijakan, faktor
wisata dan pengembang juga diperlukan. sumber daya dan faktor lingkungan kebijakan.
Dari hasil wawancara dengan key informan, Kebijakan konservasi yang diwujudkan dalam
terdapat kenaikan kesadaran masyarakat sekitar akan program kegiatan oleh BTNKJ setiap tahun telah
pentingnya konservasi. TN Karimunjawa juga telah sesuai dengan tujuan dan bisa dilaksanakan. Demikian
dimasukkan sebagai kawasan konservasi dalam pula dengan sumberdaya yang dimiliki, jumlah dan
RTRW Kabupaten Jepara dan telah diusulkan untuk fungsi implementor dalam menjaga kawasan dari
dimasukkan sebagai kawasan konservasi dalam degradasi telah dirasa cukup. Dalam hal pendanaan,
RZWP3K Provinsi Jawa Tengah. APBN telah mampu mendukung kegiatan konservasi
di TN Karimunjawa . Faktor lingkungan kebijakan
5. SIMPULAN memuat pihak pihak terkait seperti masyarakat sekitar
kawasan, Pemkab Jepara, Pemprov Jateng, NGO,
ilmuwan, pelaku wisata dan pengembang yang telah
Implementasi kebijakan konservasi melalui kegiatan
memberikan dukungan dalam implementasi kebijakan
pengawetan dan pemanfaatan lestari dalam kurun
di TN Karimunjawa.
waktu tahun 2012 – 2016 dilaksanakan dengan banyak
Konsistensi kebijakan konservasi melalui
kegiatan. Kegiatan pengawetan dilakukan dengan
kegiatan pengawetan dan pemanfaatan lestari perlu
pengelolaan jenis tumbuhan dan satwa beserta
dipertahankan atau bila mungkin ditingkatkan demi
habitatnya serta pemulihan ekosistem melalui
terjaganya sumber daya alam hayati di TN
identifikasi vegetasi hutan hujan tropis, monitoring
Karimunjawa. Peningkatan kualitas implementor
rusa, monitoring SPAGS (Spawning Aggregations)
melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan,
kerapu, inventarisasi mangrove, inventarisasi
ketersediaan APBN setiap tahun dan dukungan pihak
Sargasum sp, inventarisasi monyet ekor panjang
terkait sangat diperlukan dalam rangka konservasi.
(Macaca fascicularis Karimoendjawae), monitoring
kima, monitoring teripang, monitoring elang laut,
monitoring burung, monitoring lamun, monitoring 6. DAFTAR PUSTAKA
penyu, monitoring terumbu karang, pembuatan buku
tumbuhan dan satwa liar TN Karimunjawa, pelestarian Balai Taman Nasional Karimunjawa (2016) Laporan
semi alami (PSA) penyu, fasilitasi dan pembentukan Hasil Monitoring Kima, Semarang
kelompok pelestari penyu dan peningkatan kapasitas Balai Taman Nasional Karimunjawa (2016) Laporan
SDM pengelola spesies terancam punah. Hasil Monitoring Teripang, Semarang
Kegiatan pemanfaatan lestari dilakukan dengan Balai Taman Nasional Karimunjawa (2016) Laporan
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, Kegiatan Bersih Pantai Peneluran Penyu,
pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi Semarang
alam, serta pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata Chan, E. H. W., & Hou, J. (2015). Developing a
alam. Kegiatan pemanfaatan dilakukan melalui kajian framework to appraise the critical success factors
pemanfaatan sargassum, survey pesepsi masyarakat of transfer development rights ( TDRs ) for built
tentang pengelolaan taman nasional, kajian dampak heritage conservation. Habitat International, 46,
wisata alam terhadap ekosistem terumbu karang, 35–43.
penyusunan kurikulum dan modul /revisi mulok, TOT https://doi.org/10.1016/j.habitatint.2014.10.018
pendidikan lingkungan kelautan bagi guru, pengajaran Darlington M. 2010. Infographic: Top 20 countries with
mulok SLTP, lomba lukis konservasi, sekolah /temu most endangered species. MNN Holding Co.
lapang pembelajaran konservasi, pendampingan dan http://www.mnn.com/earth-
Ariyani, N.A.E. & Kismartini. Implementasi Kebijakan Konservasi 213

matters/animals/stories/infographic-top-20-countries- DISKUSI
with-most-endangered-species [10 Juli 2017].
Does, W. H. Y., & Matter, E. (n.d.). Species Tionti Hapsari
Extinction – The Facts.
https://cmsdata.iucn.org/downloads/species_exti Pertanyaan:
nction_05_2007.pdf download tanggal 10 Juli Apakah terdapat lokasi lain yang dapat dilakukan
2017 untuk penelitian yang sama?
Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam
dan Ekosistem (2015), Pedoman Penilaian Jawaban:
Efektifitas Pengelolaan Kawasan Konservasi di Sangat mungkin untuk diakukan penelitian yang sama
Indonesia Management Effectiveness Tracking di 520 kawasan konservasi lain. Bisa di cagar alam,
Tool (METT) suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan raya,
Dye, Thomas R. (1992), Understanding Public Policy, dan sebagainya supaya konservasi bisa sukses di
Prince Hall, Englewood Cliffs, New Jersey, Indonesia..
United State of America, 1992
IUCN Red List Brochure_2015, diakses tanggal 10
Juli 2017
https://cmsdocs.s3.amazonaws.com/keydocume
nts/IUCN_Red_List_Brochure_2015_LOW.pdf
Joko Widodo. (2006). Analisis Kebijakan Publik:
Konsep dan Aplikasi Analisis Proses Kebijakan
Publik, Malang, Bayumedia Publishing
Kalaba, F. K. (2016). Forest Policy and Economics
Barriers to policy implementation and
implications for Zambia’s forest ecosystems.
Forest Policy and Economics, 69, 40–44.
https://doi.org/10.1016/j.forpol.2016.04.004
Kamal, M., Hartono, H., Wicaksono, P., Adi, N. S., &
Arjasakusuma, S. (2016). Assessment of
Mangrove Forest Degradation Through Canopy
Fractional Cover in Karimunjawa Island, Central
Java, Indonesia. Geoplanning: Journal of
Geomatics and Planning, 3(2), 107.
https://doi.org/10.14710/geoplanning.3.2.107-
116
Laporan Tahunan Balai Taman Nasional
Karimunjawa 2012-2016
Maier, C., & Winkel, G. (2016). Forest Policy and
Economics Implementing nature conservation
through integrated forest management : A street-
level bureaucracy perspective on the German
public forest sector. Forest Policy and
Economics.
https://doi.org/10.1016/j.forpol.2016.12.015
Muhumuza, M., & Balkwill, K. (2013). Factors
Affecting the Success of Conserving Biodiversity
in National Parks : A Review of Case Studies
from Africa, 2013. http://lipi.go.id/berita/ancaman-
kepunahan-spesies-indonesia-tertinggi-di-dunia/1669
diakses tanggal 10 Juli 2017
Statistik Balai Taman Nasional Karimunjawa, 2012-
2016
Sugiyono (2012). Metode penelitian kuantitatif
kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Wildlife Consevation Society Indonesia Program
(2016), Laporan Teknis Monitoring Ekosistem
Terumbu Karang Taman Nasional Karimunjawa,
Bogor

You might also like