Tinjauan Pustaka 2
Tinjauan Pustaka 2
Tinjauan Pustaka 2
ABSTRAK
Pandemi human immunodeficiency virus (HIV) merupakan salah satu krisis kesehatan
paling serius di dunia. Terdapat peningkatan jumlah anak yang terkena HIV. Penyakit serta
kematian ibu dan anak yang disebabkan oleh HIV juga meningkat. Transmisi dari ibu ke anak
(mother-to-child transmission = MTCT) adalah sumber infeksi HIV yang paling penting pada
anak-anak. Virus tersebut dapat ditransmisikan selama kehamilan, saat persalinan, maupun
menyusui. Untuk mencegah MTCT, terdapat beberapa strategi intervensi, yaitu: mencegah transmisi
HIV teru tama p ada pe rempua n muda da n ibu h amil; men ghinda ri keh amilan ya ng tid ak
diinginkan pada perempuan HIV positif; mencegah transmisi HIV dari ibu kepada bayi; serta
menyediakan terapi, perawatan, dan dukungan bagi perempuan yang terinfeksi HIV, bayi, dan
keluarganya. Dua butir terakhir dapat dicapai melalui penggunaan obat antiretroviral, persalinan
ya ng ama n, serta pemb erian mak ana n b ayi ya ng leb ih ama n. Penc ega han MTCT dap at
mengurangi, namun sama sekali tidak menghilangkan risiko tersebut. Masih banyak hal yang
belum diketahui dan masih diteliti dalam mencegah MTCT.(MDVI 2011; 38/4:181 - 187)
ABSTRACT
The human immunodeficiency virus (HIV) pandemic is one of the most serious health crises
the world faces today. There are increasing numbers of children affected with HIV. Disease and
death among women and children caused by HIV are also increased. Mother-to-child transmission
(MTCT) is the most important source of HIV infection in children. The virus may be transmitted
during pregnancy, labour and delivery, or by breastfeeding. There are several intervention strategy
to prevent MTCT: prevention of HIV infection, especially in young women and in pregnant women;
prevention of unintended pregnancies among HIV-infected women; prevention of HIV transmission
from mothers to their infants; and provision of care, treatment, and support to HIV-infected
women, their infants and families. The last two points could be achieved by using antiretroviral
therapy, safe delivery, and safer infant feeding. The prevention of MTCT could reduce, but not
eliminate the risk. Some factors that are not cleared out and still need to be studied in preventing
MTCT. (MDVI 2011; 38/4:181 - 187)
Korespondensi :
Jl. Diponegoro 71, Jakarta Pusat
Telepon/Fax: 021-31935383
Email : [email protected]
181
MDVI Vol. 38 No. 4 Tahun 2011; 181 - 187
182
Litya Ayu Kanya Anindya dkk. Pencegahan transmisi infeksi HIV dari ibu ke anak
Walaupun waktu transmisi ibu ke anak berbeda-beda, 2. Menghindari kehamilan yang tidak diinginkan
namun mekanisme terjadinya infeksi sama. Virus pada sekret pada perempuan HIV positif.
vagina, darah ibu, dan ASI memasuki jaringan mukosa bayi, 3. Mencegah transmisi HIV dari ibu dengan HIV
baik selama maupun sesudah persalinan. Dalam hitungan positif kepada bayinya selama kehamilan,
jam, virus difagosit oleh sel Langerhans dan sel imun yang persalinan, dan menyusui.1-4,7
penting seperti sel dendritik, makrofag, dan limfosit (sel T 4. Menyediakan terapi, perawatan, dan dukungan
CD4)+. Dalam beberapa hari setelah pajanan, sel-sel tersebut bagi perempuan yang terinfeksi HIV, bayi, dan
mentransportasikan virus ke kelenjar limfe, dan pada kelenjar keluarganya.1,3,4,7
tersebut virus mengalami replikasi. Dalam 5-7 hari HIV
muncul di darah dalam sel T CD4+ yang terinfeksi dan Strategi nomor 3 dan 4 dapat dicapai melalui
sebagai virion bebas6 (gambar 1). penggunaan obat ARV, praktek pemberian makan bayi yang
lebih aman,2,3 dan intervensi lain.2
183
MDVI Vol. 38 No. 4 Tahun 2011; 181 - 187
Penelitian CDC terbaru menunjukkan proporsi yang perempuan yang tidak mendapat perawatan preventif. 5
relatif tinggi perempuan usia subur yang tidak mengetahui Banyak perempuan usia subur yang tidak mengetahui
telah tersedia terapi untuk mengurangi risiko transmisi bahwa tersedia terapi untuk mengurangi risiko MTCT.20 Bila
perinatal. Pada penelitian mengenai pemeriksaan HIV di seseorang telah diidentifikasi terinfeksi HIV, maka stadium
Amerika Serikat tahun 2002, 31% dari 748 ibu hamil klinis dan (bila memungkinkan) jumlah sel CD4+ pasien
melaporkan bahwa mereka tidak diperiksa saat pemeriksaan tersebut harus dinilai untuk menentukan apakah ia memiliki
prenatal.5 Karena pemeriksaan prenatal, sebagian besar indikasi pemberian terapi ARV. Di daerah dengan sumber
perempuan yang terinfeksi HIV mengetahui bahwa mereka daya yang terbatas, maka kriteria untuk memulai pemberian
terinfeksi sebelum melahirkan.5,8 ARV didasarkan pada stadium klinis sesuai pedoman WHO.
Tingkat pemeriksaan HIV beragam, tergantung Namun bila memungkinkan, kriteria tersebut ditambah
pendekatan pemeriksaan yang dilakukan. Sebagai contoh, dengan penilaian jumlah sel CD4+ (tabel 1).1
tingkat pemeriksaan dengan pendekatan opt-in beragam dari Perlu diingat bahwa dalam kehamilan terjadi perubahan
25% sampai 69%. Pendekatan opt-out menghasilkan tingkat hemodinamik. Jumlah sel CD4+ menjadi lebih rendah,
pemeriksaan yang lebih tinggi. Pada pemeriksaan opt-in, sebagian disebabkan oleh hemodilusi karena kehamilan.1
pasien diberikan konseling pretes dan harus memberikan Perempuan yang telah mencapai stadium lanjut infeksi HIV
persetujuan terhadap pemeriksaan HIV.5 Untuk semakin membutuhkan kombinasi obat ARV untuk kesehatan mereka
mengurangi jumlah anak yang terinfeksi HIV perinatal, sendiri.2,4 Terapi tersebut, yang harus dikonsumsi tiap hari
direkomendasikan penapisan opt-out rutin untuk HIV bagi seumur hidup, juga sangat efektif untuk mencegah transmisi
seluruh ibu hamil, dengan pengulangan penapisan HIV pada dari ibu ke anak.2 Perempuan yang membutuhkan terapi
trimester ketiga untuk perempuan yang memenuhi 1 atau biasanya disarankan untuk menjalani terapi, 2,4 dimulai
lebih dari 4 kriteria berikut:5,19 sesegera mungkin atau setelah trimester pertama. Bayi yang
a. Perempuan yang menerima pelayanan kesehatan pada baru lahir biasanya diberi terapi untuk beberapa hari atau
daerah dengan insidens HIV atau AIDS yang meningkat selama minggu pertama kehidupan untuk mengurangi risiko
pada perempuan usia 15 sampai 45 tahun. lebih lanjut. Perempuan hamil yang belum membutuhkan
b. Perempuan yang menerima pelayanan kesehatan pada terapi untuk infeksi HIV yang dideritanya dapat
fasilitas yang pada penapisan prenatal diidentifikasi paling mengonsumsi obat dalam waktu singkat untuk melindungi
tidak satu ibu hamil terinfeksi HIV untuk tiap 1000 perempuan bayinya yang belum lahir.2
yang diperiksa Hasil penelitian tahun 2009 di Afrika menunjukkan
c. Perempuan yang diketahui berisiko tinggi tertular HIV bahwa risiko penularan HIV pada bayi yang diberi ASI dapat
(misalnya pengguna obat suntik dan pasangan seksnya, sangat dikurangi, bila para ibu dengan CD4 200-500 sel/
perempuan penjaja seks, perempuan yang pasangan mm3 diberi rejimen ARV terus menerus, sejak trimester
seksnya terinfeksi HIV, dan perempuan yang memiliki terakhir kehamilan hingga paling lama 6 bulan menyusui.21
pasangan seks baru atau lebih dari satu pasangan selama Para perempuan yang berada pada tahap lanjut penyakit
kehamilan) (jumlah CD4+ kurang dari 200 sel/mm3) membutuhkan ARV
d. Perempuan yang memiliki tanda dan gejala sesuai untuk kesehatan mereka sendiri. Perawatan ini akan sangat
infeksi HIV akut. Bila terdapat kemungkinan sindrom mengurangi risiko menularkan infeksi kepada bayi mereka.4,21
retroviral akut, RNA plasma harus diperiksa sebagai Anak-anak yang terlahir dari ibu dengan tahap awal HIV
tambahan pemeriksaan antibodi HIV untuk mendiagnosis (jumlah CD4+ lebih dari 500 sel/mm3) memiliki risiko terinfeksi
infeksi HIV akut yang rendah dan dapat dikontrol dengan pemberian
Perempuan dengan status HIV yang tidak diketahui profilaksis jangka pendek, seperti rekomendasi WHO.21
pada saat melahirkan harus ditawarkan penapisan opt-out
dengan rapid test HIV.5 Peningkatan deteksi HIV pada ibu Nevirapin dosis tunggal
hamil menyebabkan berkurangnya proporsi anak yang Rejimen terapi paling sederhana untuk mencegah
terpajan infeksi secara vertikal. Di Inggris, terdapat transmisi dari ibu ke anak telah diuji pada percobaan di
penurunan jumlah bayi yang terinfeksi dari ibunya seiring Uganda antara tahun 1997 sampai 1999. Penelitian tersebut
dengan meningkatnya jumlah ibu yang terdiagnosis HIV menunjukkan bahwa nevirapin (NVP) dosis tunggal yang
pada saat kehamilan.8 diberikan pada ibu saat awal persalinan dan pada bayi
setelah lahir, secara kasar mengurangi insidens transmisi
Mencegah transmisi HIV dari ibu dengan HIV positif HIV sampai setengahnya. Karena hanya diberikan masing-
kepada bayi masing satu kali pada ibu dan bayinya, NVP dosis tunggal
Medikamentosa (Obat anti retroviral) relatif murah dan pemberiannya mudah. Sejak tahun 2000,
Terapi untuk ibu beribu-ribu bayi dari negara miskin telah merasakan
Sekitar 100-200 bayi di Amerika Serikat terinfeksi HIV keuntungan dari intervensi sederhana tersebut.2
tiap tahunnya. Banyak infeksi tersebut berasal dari Kekhawatiran yang timbul pada penggunaan NVP dosis
184
Litya Ayu Kanya Anindya dkk. Pencegahan transmisi infeksi HIV dari ibu ke anak
tunggal adalah resistensi obat. 1,2,4 Sekitar sepertiga efektif dan kemungkinan terjadinya resistensi obat lebih
perempuan yang mengonsumsi NVP dosis tunggal kecil.2
berkembang menjadi HIV resisten obat, sehingga terapi NVP Bagi perempuan yang belum memiliki indikasi untuk
dan efavirenz menjadi tidak efektif. Penelitian menunjukkan menerima ARV, maka rejimen berikut sesuai dengan
bahwa resistensi obat karena NVP dosis tunggal cenderung rekomendasi WHO. 1 Pasien harus mengonsumsi AZT
menurun seiring waktu. Bila seorang ibu menunggu paling setelah kehamilan 28 minggu ( atau secepatnya bila melewati
tidak 6 bulan untuk memulai terapi, maka kemungkinannya waktu tersebut). Selama persalinan, pasien mengonsumsi
untuk gagal lebih kecil. Di antara bayi yang terinfeksi HIV AZT dan lamivudine (3TC), dan NVP dosis tunggal. Ibu
dan mendapat NVP dosis tunggal, sekitar setengahnya melanjutkan AZT dan 3TC selama tujuh hari setelah
mengalami resistensi obat pada usia 6-8 minggu. Bayi melahirkan, untuk mengurangi risiko resistensi obat. Di
lainnya mungkin terinfeksi HIV yang mengalami resistensi beberapa daerah, mungkin terdapat alternatif pilihan terapi.
obat melalui ASI.2 Bila seorang perempuan menerima AZT paling tidak 4 minggu
Pada saat ini disepakati bahwa NVP dosis tunggal hanya selama kehamilan , maka NVP dapat dihilangkan dari rejimen.
digunakan bila tidak ada rejimen alternatif yang tersedia, Pasien juga tidak harus diberi 3TC saat persalinan maupun
karena terdapat kekhawatiran resistensi obat dan efektivitas setelah melahirkan. Namun bayinya harus diberi NVP, dan
yang rendah. Bila memungkinkan, pasien harus diberikan AZT selama 4 minggu.2
terapi kombinasi untuk mencegah HIV resisten obat.2
NVP masih merupakan satu-satunya obat dosis Kombinasi tiga obat (tripel)
tunggal yang tersedia untuk mencegah transmisi ibu ke Terapi pencegahan transmisi HIV dari ibu ke anak yang
anak.2,4 Terapi jangka pendek lainnya mengharuskan pasien paling efektif adalah kombinasi tiga ARV pada akhir
untuk mengkonsumsi obat selama, setelah kehamilan, dan kehamilan dan saat persalinan. Terapi tersebut sama dengan
selama persalinan, yang berarti jauh lebih mahal dan lebih terapi yang digunakan pasien HIV untuk kesehatan mereka
sulit diterapkan pada daerah miskin.2 NVP masih merupakan sendiri, namun pilihan obatnya agak berbeda. Rejimen yang
pilihan paling praktis pada daerah dengan sumber daya dianjurkan berupa AZT + 3TC + NVP,1 dan biasanya untuk
kesehatan yang terbatas.2,4 perempuan di negara maju.2
Terapi ARV pada perempuan hamil tidak hanya
Kombinasi azidotimidin dengan nevirapin dosis tunggal ditujukan untuk kesehatan ibu, namun juga mengurangi
Menurut panduan WHO, rejimen terapi yang saat ini risiko MTCT secara dramatis, terutama pada perempuan
direkomendasikan untuk daerah dengan sumber daya yang berada pada tahap lanjut. Keputusan untuk memulai
terbatas adalah kombinasi azidotimidin (AZT) dengan NVP terapi ARV didasarkan pada kebutuhan dan indikasi akan
dosis tunggal (tabel 2).2,7 Pendekatan seperti ini lebih sukar obat tersebut. Pertimbangan lain adalah janin, usia gestasi,
dibandingkan dengan NVP dosis tunggal, namun lebih dan kemungkinan efek samping terutama yang berhubungan
Tabel 2. Panduan WHO untuk rejimen obat pencegahan MTCT di daerah dengan sumber daya terbatas 2
K e h a m il a n P e r sa li na n Se telah me lahirkan Se telah me lahirkan
(ibu) (bayi)
Direkomendasikan AZT setelah NVP dosis tunggal; AZT+3TC selama NVP dosis tunggal;
28 minggu AZT + 3T C 7 hari AZT selama 7 hari
Alternatif (risiko AZT setelah NVP dosis tunggal - NVP dosis tunggal;
resistensi obat lebih tinggi) 28 minggu AZT selama 7 hari
Minimum (kurang efektif) - NVP dosis tunggal AZT+3TC selama 7 hari NVP dosis tunggal
AZT + 3T C
Minimum (kurang efektif, - NVP dosis tunggal NVP dosis tunggal
risiko resistensi obat lebih -
tinggi)
Keterangan : MTCT = Mother to Child Transmission, AZT = Azidotimidin, NVP = Nevirapin, 3TC = Lamivudin
185
MDVI Vol. 38 No. 4 Tahun 2011; 181 - 187
dengan kehamilan. Terapi bagi perempuan yang lebih.3 Namun, dengan kebutuhan untuk mengurangi risiko
membutuhkan harus dimulai segera, walaupun saat trimester transmisi HIV kepada bayi serta tetap memperkecil risiko lain
pertama.1 untuk morbiditas dan mortalitas, panduan tersebut juga
menyatakan bahwa bila tersedia pengganti makanan yang
Terapi untuk bayi acceptable, feasible, affordable, sustainable, and safe, maka
Rejimen yang direkomendasikan adalah AZT selama 1 direkomendasikan untuk menghindari ASI dari ibu yang
minggu. Bila ibu mendapatkan terapi ARV prenatal selama terinfeksi HIV.3,7,17,21 Bila tidak tersedia, maka ASI eksklusif
kurang dari 4 minggu, maka AZT untuk bayi diberikan selama hanya diberikan selama 1 bulan pertama kehidupan, lalu
4 minggu.1 Pada ibu yang belum memiliki indikasi untuk dihentikan sesegera mungkin,3 dengan mempertimbangkan
menerima ARV, maka setelah menerima rejimen sesuai situasi individual dan makanan pengganti. Penghentian
rekomendasi WHO, bayinya harus diberi NVP dosis tunggal tersebut bertujuan meminimalisasi risiko transmisi HIV.17 Ibu
segera setelah lahir, diikuti oleh AZT tujuh hari. 1,2 Di dengan HIV negatif atau yang tidak mengetahui status HIV-
Indonesia, obat pencegahan yang paling mampu laksana nya tidak perlu menggunakan pengganti ASI.3
adalah NVP dosis tunggal 200 mg bagi ibu saat melahirkan, Risiko yang dikaitkan dengan tidak diberikannya ASI
disertai NVP untuk bayi 2 mg/kgBB dosis tunggal. Selain beragam, tergantung pada lingkungan, contohnya
karena harga obat generiknya yang cukup murah, seringkali ketersediaan makanan pengganti yang sesuai dan air yang
pasien baru datang pada saat hendak melahirkan.14 aman. Hal tersebut juga bergantung pada keadaan
individual ibu dan keluarga, termasuk pendidikan dan status
Non medikamentosa ekonomi.3 Di negara maju, para ibu dengan HIV menghindari
Praktek persalinan yang aman pemberian ASI dan memilih untuk menyusui dengan susu
Persalinan dengan bedah caesar telah terbukti formula. Namun di negara-negara miskin, penyediaan susu
mengurangi risiko transmisi saat persalinan. 9,17 formula menjadi masalah. Air bersih untuk mencampur
Bagaimanapun juga, hal ini mungkin bukan merupakan formula seringkali tak tersedia. Banyak keluarga tak mampu
intervensi yang tepat untuk daerah yang kekurangan sumber membeli susu formula. Mereka juga sulit menyediakan kayu
daya,1,17 biaya, dan memiliki risiko komplikasi tinggi.17 atau arang untuk merebus air yang diperlukan.21 Ibu yang
Prosedur obstetrik invasif misalnya ruptur membran artifisial, tidak menyusui atau berhenti menyusui dini memiliki
monitoring skalp bayi, dan episiotomi dapat meningkatkan kemungkinan untuk lebih cepat hamil kembali, dan hal
risiko transmisi, sehingga pelaksanaannya harus dibatasi.9,17 tersebut akan mempengaruhi kesehatannya dan bayinya.3
Beberapa penelitian membandingkan risiko transmisi pada Tantangan terbesar adalah meningkatkan makanan bagi bayi
partus pervaginam, pembedahan caesar emergensi, dan dan anak-anak. Hal tersebut sulit dicapai di daerah yang
pembedahan caesar elektif. Ternyata pembedahan elektif miskin. Kekurangan makanan, malnutrisi, dan tingkat
lebih efektif dalam menurunkan risiko transmisi, dan lebih kejadian penyakit tinggi. Pemberian makanan optimal bagi
bermakna jika disertai dengan pemberian ARV.14 bayi adalah merupakan masalah kompleks. Bukti evidence
based untuk membuat kebijakan masih terus berkembang.3
Pemberian makanan pada bayi
Di banyak negara berkembang, para ibu dengan HIV PENUTUP
menghadapi pilihan yang sulit: menyusui anak mereka
dengan risiko menularkan virus kepada bayinya melalui ASI, Program pencegahan MTCT dapat meningkatkan
atau memberi susu formula dengan risiko bayi kekurangan durasi dan kualitas hidup perempuan serta anak.7 Pemberian
imunitas alami yang didapat melalui ASI. 21 Tidak ARV, penatalaksanaan obstetrik yang tepat, dan pemilihan
diberikannya ASI menyebabkan anak lebih berisiko susu yang sesuai dapat mengurangi risiko MTCT, namun
mengalami malnutrisi 1,3 dan penyakit infeksi yang tidak dapat sama sekali menghilangkan risiko tersebut. 14
mengancam nyawa selain HIV, terutama pada tahun pertama Pencegahan dan perawatan terhadap HIV termasuk PMTCT
kehidupan.3 ASI eksklusif memberi perlindungan yang lebih seharusnya terintegrasi ke dalam perawatan kesehatan
tinggi dibandingkan dengan ASI yang tidak eksklusif. 3,7 maternal, bayi, dan anak.7 HIV dan pemberian makan pada
Semua ibu dengan HIV positif harus mendapatkan bayi merupakan masalah yang kompleks, dan masih terdapat
konseling yang mencakup informasi tentang keuntungan dan hal-hal yang belum diketahui, misalnya keamanan ARV
kerugian pemberian berbagai pilihan makanan bayi dan profilaksis pada bayi selama masa menyusui dan ARV pada
panduan untuk memilih alternatif yang paling sesuai dengan ibu menyusui, serta efektivitasnya dalam mengurangi
kondisinya.17 Menurut rekomendasi WHO tahun 2001, bayi transmisi.3 Penelitian mengenai toksisitas, teratogenesis, dan
harus diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama agar dapat efek samping jangka lama ARV pada ibu hamil masih sedikit14
mencapai tumbuh kembang serta kesehatan optimal.3,7,21 dan terus dilakukan.
Sesudahnya, bayi harus mendapatkan makanan yang memiliki
nutrisi adekuat serta aman disertai ASI selama 24 bulan atau
186
Litya Ayu Kanya Anindya dkk. Pencegahan transmisi infeksi HIV dari ibu ke anak
DAFTAR PUSTAKA 13. Weber DJ, Dolan MS, Rutala WA. Infections and infectious
exposures in pregnancy. Dalam: Pearlman MD, Tintinalli JE,
1. Antiretroviral drugs for treating pregnant women and Dyne PL, penyunting. Obstetric & gynecologic emergencies:
preventing HIV infection in infant: towards universal access. diagnosis and management. New York: Mcgraw-Hill; 2004. h.
WHO, Jenewa, 2006. 225-62.
2. Kanabus A, Noble R. Preventing mother-to-child transmission 14. Yunihastuti E, Wibowo N, Djauzi S, Djoerban Z. Infeksi HIV
of HIV (PMTCT). [Disitasi 27 Juli 2009]. Tersedia di pada kehamilan. Jakarta: Balai Penerbit, 2003.
www.avert.org/motherchild.htm. 15. Peterson EE. Infections in obstetrics and gynecology. New
3. HIV and infant feeding: framework for priority action. WHO, York: Thieme; 2006. h. 2-21.
Jenewa, 2003. 16. Nutrition counselling, care, and support for HIV-infected
4. Antiretroviral drugs for treating pregnant women and women. WHO, Jenewa, 2004.
preventing HIV infection in infants. WHO, Jenewa, 2004. 17. Strategic approaches to the prevention of HIV infection in
5. Mother-to-child (perinatal) HIV transmission and prevention. infants: report of a WHO meeting. Morges, Switzerland, 20-
CDC HIV/AIDS fact sheet. Oktober 2007. 22 March 2002.
6. Sullivan JL. Prevention of mother-to-child transmission of 18. Marks G, Crepaz N, Janssen RS. Estimating sexual
HIV what next? JAIDS 2003; 34: S67-72. transmission of HIV from persons aware and unaware that
7. Guidance on global scale-up of the prevention of mother-to- they are infected with the virus in the USA. AIDS. 2006; 20
child transmission of HIV. WHO, Jenewa, 2007. : 1447-50.
8. Reducing mother to Child Transmission of HIV: update report 19. CDC. Revised recommendations for HIV testing of adults,
of an intercollegiate working party. 2006. Royal College of adolescents, and pregnant women in health-care settings.
Paediatrics and Child Health: London. MMWR 2006; 55 : 1-17.
9. Bryant Borders AE, Eary RL, Olszewsky Y, et al. Ready or 20. Anderson JE, Ebrahim S, Sansom S. Women’s knowledge about
not intrapartum prevention of perinatal HIV transmission in treatment to prevent mother-to-child human
Illinois. Maternal Child Health J. 2007;11 : 485-93. immunodeficiency virus transmission. Obstetrics
10. Anderson JE, Sansom S. HIV testing among U.S. women Gynecology. 2004;103: 165-8.
during prenatal care: findings from the 2002 national survey 21. Preventing mother-to-child transmission of HIV during
of family growth. Maternal Child Health J. 2006; 10: 413-7. breastfeeding. 5 th IAS conference on HIV pathogenesis,
11. Statistik UPT HIV RS Cipto Mangunkusumo tahun 2006- treatment & prevention. Cape Town, South Africa, 19-22
2008. July 2009. Tersedia di www.unaidsrstesa.org/files/
12. Mayer F. Profil infeksi HIV anak di Rumah Sakit Cipto KeshoBoraStudy_PMTCT_BriefingNote.pdf. Disitasi 23
Mangunkusumo tahun 2002-2007 [tesis]. Jakarta: Universitas Agustus 2009.
Indonesia; 2008.
187