Status Keberlanjutan Ekowisata Mangrove Petengoran
Status Keberlanjutan Ekowisata Mangrove Petengoran
Status Keberlanjutan Ekowisata Mangrove Petengoran
448
Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 4, Edisi Desember 2023
yang harus dilakukan antara lain peningkatan rehabilitasi mangrove dan tingkat kerapatannya;
menciptakan peluang pendapatan masyarakat sekaligus meningkatkan kunjungan wisata;
menyelesaikan potensi konflik dengan penggunaan lain; peningkatan peran kelompok
mangrove; meningkatkan koordinasi antar pemangku kepentingan dan komitmen dukungan
pemerintah daerah untuk konservasi.
Kata Kunci: Ekowisata; Keberlanjutan; Mangrove; RAP-MForest; Strategi.
Penulis untuk korespondensi, surel: [email protected] dan
[email protected]
449
Sanjaya. A. et al. : Status Keberlanjutan Ekowisata Mangrove ……. (11): 448 - 462
sekunder diperoleh dari studi literatur yang memahami masalah dan dapat mengambil
berkaitan dengan penelitian serupa. keputusan yang berkaitan langsung dengan
pengelolaan ekowisatamangrove.
Sampel masyarakat ditentukan
Berdasarkan kriteria tersebut, informan
berdasarkan metode simplerandom
kunci (key informan) dalam penelitian ini
sampling sebanyak 95 responden (dari
terdiri dari lima responden yaitu
2.017 kepala keluarga), sedangkan sampel
diantaranyaKelompok Pengelola dan
pengunjung ekowisata ditentukan
Pelestari Mangrove Petengoran, Kepala
menggunakan metode acidental sampling
Desa Gebang, Kepala Dinas Pariwisata
sebanyak 40 responden. Jumlah sampel
Pesawaran,KepalaDinas Kelautan dan
tersebut ditentukan menggunakan rumus
Perikanan Provinsi Lampung, dan Lembaga
Slovin dengan presisi sebesar 10%. Selain
Swadaya Masyarakat Mitra Bentala. Dengan
itu, penentuan sampel juga dilakukan secara
demikian, total responden dalam penelitian
purposive sampling terhadap informan kunci
ini adalah berjumlah 140 responden.
dengan kriteria bahwa responden
Data yang telah diperoleh dari penelitian kelembagaan. Setiap atribut diberi nilai atau
ini selanjutnya dianalisis dengan skor sesuai dengan kriteria yang telah
menggunakan pendekatan multidimensional ditentukan yang menggambarkan
scalling (MDS) dansoftware Rapid Appraisal keberlanjutan pengelolaan ekowisata
of Mangrove Forest (RAP M-Forest)yang mangrove. Nilai yang buruk mencerminkan
merupakan modifikasi dari softwareRapid kondisi yang paling tidak menguntungkan
Appraisal ofFisheries (RAPFISH) untuk untuk pengelolaan, sedangkan nilai yang
menganalisis indeks dan status baik menunjukkan kondisi yang paling
keberlanjutan ekowisatamangrove menguntungkan untuk pengelolaan sumber
(Kavanagh dan Pitcher, 2004). Selain itu, daya Ekowisata hutan mangrove yang
empat dimensi pembangunan berkelanjutan berkelanjutan. Atribut-atribut dari setiap
digunakan dalam kajian ini, yaitu dimensi dimensi disajikan pada Tabel 1.
ekologi, sosial budaya, ekonomi, dan
450
Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 4, Edisi Desember 2023
Data dari masing-masing dimensi dimensi yang diperiksa pada skala 0-100
kemudian dianalisis menggunakan software (Pitcher and Preikshot, 2001).Penentuan
RAP M-Forest untuk mengetahui status keberlanjutan dibagi kedalam empat
keberlanjutan ekowisata mangrove. Hasil kategori yang disajikan pada Tabel 2 di
status menggambarkan keberlanjutan setiap bawah ini.
451
Sanjaya. A. et al. : Status Keberlanjutan Ekowisata Mangrove ……. (11): 448 - 462
nilai RMS (5.83) dan (2) Kerapatan vegetasi dapat meningkat dimasa yang akan datang
mangrove dengan nilai RMS (5.11). dan menjadi kawasan ekowisata yang lebih
Diperlukan intervensi pada dua faktor kunci baik.Analisis ordinasi RAP-Mforestdimensi
tersebut supaya indeks keberlanjutan ekologi hasil indeks seperti tertera pada
pengembangan pengelolaan ekowisata (Gambar 2).
mangrove Petengoran pada dimensi ekologi
RAP-MForest Ordination
Leverage of Attributes
Dimensi Ekologi Ekowisata Mangrove
Dimensi Ekologi Ekowisata Mangrove
Petengoran
60.00
Petengoran
UP Sanitasi… 2.94
40.00
Other Distingishing Features
Zonasi… 3.67
20.00
Attribute
Rehabilitasi… 5.83
60.40 Abrasi Pantai 3.94
0.00 BAD GOOD
0.00 50.00 100.00 150.00
Kerapatan… 5.11
-20.00
Tekanan… 0.92
-40.00
0 2 4 6 8
DOWN
-60.00 Root Mean Square Change in Ordination when
Ecological Sustainability Selected Attribute Removed (on Sustainability
scale 0 to 100)
(a) (b)
Gambar 2. (a) Indeks Keberlanjutan Dimensi Ekologi dan (b) Hasil Analisis Leverage.
Pada lokasi penelitian terdapat luas keindahan alam, udara yang sejuk dapat
hutan yang masih ditumbuhi mangrove yaitu meningkatkan pemahaman tentang fungsi
42.96 hektar dengan kondisi cukup lingkungan dan pentingnya ekosistem
baik.Berdasarkan observasi jalur vegetasi mangrove dalam struktur ekosistem pesisir
hutan mangrove Petengoran terdapat pola sehingga dapat dijadikan sebagai daya tarik
penanaman mangrove di kawasan pesisir ekowisata dan pendidikan sebagai pilihan
desa Gebang tidak mengacu pada sistem yang disukai pengunjung. (Sadik et al.
zonasi, yaitu pada masing-masing zona 2017).
seharusnya berbeda jenis vegetasi
Analisis data Citra Landsat 7 dan
penyusunan-penyusunannya. Dari hasil
Sentinel-2A akuisisi 2012 dan 2022 serta
pengamatan langsung kawasan ini
nilai NDVI (Normalized Difference
merupakan habitat bagi jenis spesies
Vegetation Index) menunjukkan bahwa
mangrove dengan Rhizopora apiculata yang
kerapatan tajuk mangrove di lokasi
menjadi spesies vegetasi paling dominan
penelitian secara umum hanya mencapai
membentuk struktur vegetasi yang rapat dan
kisaran nilai 0.1-0.4 atau 50-69% dengan
menjadi habitat beberapa jenis spesies
kategori kerapatan tajuk sedang (Kepmen
burung yang sangat menarik sebagai
LH No. 201 Tahun 2004). Penginderaan
potensi biologis. Susi et al. (2018) juga
jauh menggunakan data satelit untuk
menyatakan bahwa aktifitas pengelolaan
menentukan vegetasi mangrove
suatu kawasan wisata dan penambahan
berdasarkan dua ciri utama, yaitu mangrove
daya Tarik pengunjung dapat ditunjang
memiliki klorofil yang memberikan sifat optik,
dengan keberagaman jenis mangrove pada
dan lokasinya yang berada di wilayah pesisir
suatu kawasan ekosistem.Sadik et al.
membuatnya mudah dibedakan dengan
(2017) mengemukakan bahwa
daratan atau perairan. Spektrum cahaya
keberagaman suatu habitat biota pada
merah yang dipantulkan kuat dalam
kawasan mangrove ditunjang juga dengan
spektrum infra merah dapat diserap oleh
banyaknya jenis mangrove yang berasosiasi
sifat optik klorofil. (Green et al. 2000),
dengan habitat biota lainnya. Adanya
452
Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 4, Edisi Desember 2023
453
Sanjaya. A. et al. : Status Keberlanjutan Ekowisata Mangrove ……. (11): 448 - 462
20.00
Dukungan CSR 0.24
Pendapatan masyarakat 4.68
0.00 BAD GOOD
0.00 50.00 100.00 150.00 Aksesibilitas mangrove 0.55
50.14 Anggaran pemerintah 3.71
-20.00
Rencana pengelolaan… 1.43
Pemanfaatan hasil ekosistem… 1.94
-40.00
DOWN 0 1 2 3 4 5
-60.00 RMS Change in Ordination when Selected
Economic Sustainability Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to
100)
(a) (b)
Gambar 3. (a) Indeks Keberlanjutan Dimensi Ekonomi dan (b) Hasil Analisis of Leverage.
454
Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 4, Edisi Desember 2023
Nilai Kinerja Indikator Sensitif Pada mereka dan mengurangi intervensi yang
Dimensi Sosial Budaya merugikan ekosistem mangrove (Muhsimin
et al. 2018)
Masyarakat setempat tidak boleh
Kesadaran masyarakat akan konservasi
dikesampingkan dalam pengelolaan hutan
dapat mendorong masyarakat untuk
mangroveagar manfaat yang dihasilkan baik
bekerjasama dengan pemerintah dalam
manfaat langsung maupun manfaat tidak
pengelolaan mangrove yang berdampak
langsung untuk dibuka masyarakat local
signifikan terhadap keterlibatan masyarakat
terhadap distribusi.Hasil yang ditunjukan
dalam pengelolaan mangrove. Anwar (2013)
dalam penelitian ini terkait kesadaran
menyatakan bahwa ada beberapa
masyarakat dalam pengelolaan mangrove
kepentingan masyarakat yang harus
yaitu cukup baik.Kondisi tersebut ditandai
dilaksanakan secara tegas yaitu;
dengan hasil analisis deksriptif persepsi
Kesetaraan dan kemitraan, transparansi,
responden yang terkait dengan pemahaman
pembagian kekuasaan yang seimbang,
tentang ekowisata terdapat masyarakat
tanggung jawab yang setara, pemberdayaan
yang paham (62%) dan kurang paham
dan kerjasama semua pemangku
(38%).Adapun persetujuan atas rencana
kepentingan harus melakukan perbaikan
pengembangan ekowisata mangrove
terhadap atribut sensitif dan tidak sensitif
Petengoran yaitu pendapat responden yang
pada dimensi penelitian ini, mengingat
setuju (88%) dan sisanya kurang setuju
sumber daya manusia merupakan salah
(12%). Eratnya hubungan antara kesadaran
satu kunci dan aset utama untuk mencapai
masyarakat dengan perilaku dan
pengelolaan sumber daya alam yang
pemanfaatan ekosistem mangrove menjadi
berkelanjutan.
penyebab utama kurangnya kesadaran
masyarakat akan konservasi mangrove Pada penelitian ini juga menggunakan
yang menjadi penyebab utama penurunan atribut dalam menilai status keberlanjutan
mangrove sehingga pengelolaannya kurang dimensi sosial budaya (Muhsimin, dkk. 2018
lestari. Pattimahu (2010) mengatakan dan Ningsih, dkk. 2022) dengan sedikit
bahwa rendahnya kepedulian dan modifikasi, yaitu diantaranya (1) tingkat
kesadaran terhadap konservasi mangrove pendidikan masyarakat, (2) kesadaran
disebabkan oleh kurangnya pemahaman masyarakat terhadap ekowisata mangrove,
masyarakat terhadap dampak dan (3) pengetahuan masyarakat tentang
kerusakan ekosistem mangrove. ekowisata mangrove dan kearifan lokal, (4)
peran kelompok mangrove, (5) potensi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
konflik dengan pemanfaatan lain, dan (6)
tingkat pendidikan masyarakat di wilayah
sikap perilaku masyarakat lokal terhadap
studi masih rendah atau di bawah rata-rata
keberadaan wisatawan.
nasional. Hasil ini sejalan dengan hasil
analisis karakteristik masyarakat yang Teknik analisis Rap-MForest
menunjukkan bahwa pendidikan dasar (SD) multidimensi yang digunakan dengan teknik
merupakan proporsi cukup dominan dari ordinasi melalui MDS pada dimensi sosial
tingkat pendidikan masyarakat di lokasi budaya menghasilkan nilai indeks
penelitian sebesar 39%, sedangkan 60% keberlanjutan (52,38). Sehingga nilai indeks
lulus sampai SLTP sampai SLTA dan hanya keberlanjutan dimensi sosial budaya dalam
1% untuk tingkat universitas. Oleh karena pengembangan pengelolaan ekowisata
itu, instansi pemerintah daerah harus mangrove Petengoran termasuk kategori
menyelenggarakan pendidikan informal status cukup berkelanjutan.Hal tersebut
seperti penyuluhan dan pelatihan untuk menunjukkan bahwa tingkat pengembangan
meningkatkan kesadaran masyarakat pengelolaan ekowisata mangrove
dengan memberikan pengetahuan dan Petengoran dari dimensi sosial budaya yang
keterampilan untuk menambah nilai dilakukan selamaini tergolong cukup baik
pemanfaatan ekowisata mangrove, dan cukup berkelanjutan.
sehingga memperkuat peran pengelolaan
455
Sanjaya. A. et al. : Status Keberlanjutan Ekowisata Mangrove ……. (11): 448 - 462
Attribute
1.93
Tingkat pendidikan masyarakat
20.00
Potensi konflik dengan 7.14
pemanfaatan lain
0.00 BAD 52.38 GOOD
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 Pengetahuan masyarakat 1.38
tentang ekowisata mangrove…
-20.00
5.59
Peran kelompok mangrove
-40.00
DOWN 0 2 4 6 8
-60.00 Root Mean Square Change in Ordination when
Selected Attribute Removed
Sosio-Cultural Sustainability
(on Sustainability scale 0 to 100)
(a) (b)
Gambar 4. (a) Indeks Keberlanjutan Dimensi Sosial Budaya dan (b) Hasil Analisis Leverage.
Informasi yang berkaitan dengan hak kelompok mangrove nilai RMS (5.59) dan
masyarakat terlibat dalam proses potensi konflik dengan pemanfaatan lain
pengambilan keputusan dalam kemitraan dengan nilai RMS (4,68). Oleh karena itu,
pengelolaan kawasan ekowisata mangrove atribut social budaya perlu mendapat
Petengoran dapat diberikan kesempatan perhatian dan dikelola dengan baik agar
berdasarkan peluang partisipasi melalui indeks keberlanjutan dalam pengembangan
dimensi sosial budaya. Keterlibatan pengelolaan ekowisata mangrove
masyarakat lokal di sekitar kawasan Petengoran pada dimensi sosial budaya
ekoswisata, membuat pengembangan bisa meningkat dimasa yang akan datang.
ekowisata relatif mudah dilaksanakan. oleh
karena itu, dampak terhadap alam relatif Nilai Kinerja Indikator Sensitif Pada
kecil dibandingkan dengan pariwisata Dimensi Kelembagaan
massal, hal ini disebabkan ekowisata lokal
memiliki beberapa karakteristik yang unik Status keberlanjutan dimensi sosial
seperti jumlah wisatawan yang masih budaya dalam pengelolaan ekowisata
rendah menyebabkan pengembangan mangrove Petengoran merupakan
destinasi wisata lokal mudah dikelola dan penggambaran nilai kinerja indikator yang
lebih mudah diterima oleh penduduk didasarkan pada aspek kelembagaan.
setempat. Sehingga peluang masyarakat Masyarakat lokal biasanya mendapatkan
untuk mengembangkan destinasi wisata di informasi tentang fungsi dan manfaat hutan
daerahnya memberikan peluang yang lebih mangrove melalui pengalaman dan
baik bagi partisipasi masyarakat lokal dalam pengetahuan yang didapat dari kegiatan
pengambilan keputusan, yang pada pendampingan berbagai pihak seperti
akhirnya memberikan pemahaman tentang perguruan tinggi, LSM dan penyuluh
pentingnya kelestarian budaya dan (Mukhlisi, et al. 2014). Berdasarkan hasil
meningkatkan apresiasi pariwisata terhadap penelitian dan hasil wawancara dengan
budaya lokal. pemangku kepentingan dalam pengelolaan
Berdasarkan hasil analisis leverage sumber daya ekosistem mangrove, terdapat
keberlanjutan pengelolaan ekowisata kebijakan yang diimplementasikan dalam
bentuk Peraturan Desa (Perdes) yang sah,
mangrove Petengoran dimensi sosial
menunjukkan bahwa kebijakan dan rencana
budaya dapat dijelaskan bahwa dari enam
pengelolaan hutan mangrove sudah ada
atribut yang dianalisis terdapat dua atribut
dalam bentuk kesepakatan bersama.
yang nilai indeks keberlanjutan dimensi
sosial budayapaling sensitifdipengaruhi. Namun, masyarakat di kawasan tersebut
Hasil analisis leverage menunjukan besar mengetahui dan memahami peran dan
fungsi hutan mangrove. Aturan dan peran
nilai dimensi sosial budaya yang menjadi
lembaga informal sudah ada akan tetapi
faktor pengungkit utama, yaitu peran
456
Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 4, Edisi Desember 2023
20.00 3.29
Koordinasi antar stakeholder
Keterlibatan lembaga
0.00 BAD 57.77 GOOD 2.92
masyarakat
0.00 50.00 100.00 150.00
Komitmen pemda untuk
-20.00 4.59
konservasi
Ketersediaan peraturan
-40.00 1.48
formal
DOWN
0 2 4 6
-60.00
Institutional Sustainability Root Mean Square Change in Ordination when
Selected Attribute Removed
(on Sustainability scale 0 to 100)
(a) (b)
Gambar 5. (a) Indeks Keberlanjutan Dimensi Kelembagaan dan (b) Hasil Analisis Leverage.
457
Sanjaya. A. et al. : Status Keberlanjutan Ekowisata Mangrove ……. (11): 448 - 462
yang perlu ditingkatkan serta dana tanggung karakteristik yang diukur sesuai kebutuhan
jawab sosial (CSR) dari berbagai yang dianggap penting dari masing-masing
pihak untuk menjaga lingkungan pesisir di dimensi, baik secara kualitatif maupun
Kabupaten Pesawaran. kuantitatif setiap atribut mendapat bobot
(skor) berdasarkan observasi lapangan dan
Status Keberlanjutan Multi Dimensi literatur (Andornicus et al. 2016)
Pengelolaan Ekowisata Mangrove
Berdasarkan hasil analisis multidimensi
(MDS) menunjukkan nilai indeks
Keadaan pengelolaan sumberdaya keberlanjutan pengelolaan ekosistem
pesisir yang berkelanjutan di kawasan
mangrove desa Gebang sebesar 55,17
ekosistem mangrove Desa Gebang dikaji
secara multidimensi. Nilai tersebut
dengan menggunakan pendekatan
dihasilkan dari evaluasi terhadap 29 atribut
Multidimensional Scaling (MDS) yang (indikator) berdasarkan keempat dimensi
dikembangkan dari metode RAP-MForest. pengelolaan. Sehingga status keberlanjutan
Berdasarkan analisis yang dilakukan
pengelolaan ekowisata mangrove
dengan metode Rapid Appraisal For
Petetengora di Desa Gebang Kecamatan
Mangrove Forest diperoleh hasil analisis
Pesawan dalam kategori cukup.
pada 4 (empat) dimensi yaitu dimensi
Penggunaan analisis RAP-MForest dalam
ekologi, ekonomi, sosial budaya dan penelitian ini untuk menentukan prioritas
kelembagaan. Hasil tersebut menunjukkan pengembangan kawasan sumberdaya
bahwa penelitian sesuai dengan kondisi
pesisir berupa ekosistem hutan mangrove
lapangan dengan nilai Indeks keberlanjutan
desa Gebang. Oleh karena itu, hasil analisis
empat dimensi menggambarkan keadaan
setiap dimensi harus memiliki keterkaitan
ekowisata berkelanjutan berdasarkan nilai
(Tuwo, 2011). Skor indeks keberlanjutan
yang ada dalam pengelolaan kawasan untuk setiap dimensi ditunjukkan pada
mangrove.. Ditemukan beberapa Gambar 6 di bawah ini.
Ekologi
100
80
60.40
60
40
20
Kelembagaan 57.77 0 52.38 Sosial
50.14
Ekonomi
Gambar 6.Kite Diagram Indeks Keberlanjutan Multidimensi
458
Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 4, Edisi Desember 2023
Tabel 3. Rekapitulasi Nilai Indeks dan Status Keberlanjutan, Nilai Stress Serta Koefisien
Determinasi (R2) Pada Multidimensi.
.
Dimensi Nilai Indeks
Status Keberlanjutan Stress R2
Keberlanjutan Keberlanjutan
Ekologi 60.40 Cukup Berkelanjutan 0.16 0.94
Ekonomi 50.15 Kurang Berkelanjutan 0.14 0.95
Sosial Budaya 52.38 Cukup Berkelanjutan 0.15 0.94
Kelembagaan 57.77 Cukup Berkelanjutan 0.15 0.94
459
Sanjaya. A. et al. : Status Keberlanjutan Ekowisata Mangrove ……. (11): 448 - 462
460
Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 4, Edisi Desember 2023
461
Sanjaya. A. et al. : Status Keberlanjutan Ekowisata Mangrove ……. (11): 448 - 462
462