2679 6192 1 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

e- ISSN: 2715-033X JURNAL AGROPLASMA, Vol. 9 No.

1, Mei 2022: 64-75

Genesa Tanah yang Berkembang pada Puncak Gunung Sumbing

Hizkia Setya Simangunsong1*, Djoko Mulyanto2, Partoyo3


1,2,3
UPN “Veteran” Yogyakarta, Jl. Ring Road Utara No.104, Ngropoh, Condongcatur,
Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
*e-mail :[email protected]

ABSTRACT

The process of forming soil at the top of the cleft mountain is an attractive polygenesis phenomenon
observed. Genesis and soil classification can be used as a reference for land management and the
environment in the observer area. The purpose of the study was to determine the process of genesis
and the classification of land. The research was conducted descriptive method and survey, namely
field analysis for morphology and environmental circumstances, then laboratory analysis included
H2O pH, NAF, C-organic, KPK and Kesan and Kesan (CA, MG, K, and NA), alkaline saturation,
retention-p , land texture, and mineral sand fraction. The results of the study show that the soil that
developed on the summit of the cleft mountain is an undeveloped soil which is further marked by
high-weathered minerals, based on the classification of land according to the USDA taxonomy is
Acrudoxic Ultic Hapludands, according to the national land classification is Andosol Umbrik and
according to the World Reference Base for Soil Resources Andosols Umbric Thixotropic. Land
experienced polygenesis with the presence of Buried Soil and having had weather weathering was
still low due to low temperatures.

Keywords: genesis, mount Sumbing, soil classification, soil formation

ABSTRAK

Proses pembentukan tanah di puncak Gunung Sumbing terdapat fenomena polygenesis yang
menarik diamati. Genesis dan klasifikasi tanah dapat digunakan sebagai rujukan pengelolaan
tanah dan lingkungan di area pengamatan. Tujuan penelitian untuk mengetahui proses genesis dan
klasifikasi tanah. Penelitian dilakukan metode deskriptif dan survei yaitu analisis lapangan untuk
morfologi dan keadaan lingkungan, kemudian analisis laboratorium antara lain pH H2O, NaF, C-
organik, kation dapat ditukar (Ca, Mg, K, dan Na), Kejenuhan Basa, Retensi-P, dan KPK, tekstur
tanah, dan mineral fraksi pasir. Hasil penelitian menunjukkan tanah yang berkembang pada
puncak Gunung Sumbing merupakan tanah yang belum berkembang secara lanjut ditandai dengan
mineral mudah lapuk yang tinggi, berdasarkan klasifikasi tanah menurut soil taxonomy USDA
adalah Acrudoxic Ultic Hapludands, menurut klasifikasi tanah Nasional adalah Andosol Umbrik
dan menurut World Reference Base for Soil Resources Andosols Umbric Thixotropic. Tanah
mengalami polygenesis dengan adanya buried soil dan memiliki memiliki pelapukan tanah masih
rendah diakibatkan oleh adanya suhu yang rendah.

Kata kunci : genesis, gunung Sumbing, klasifikasi tanah, pembentukan tanah

PENDAHULUAN
diawali dengan proses utama yaitu pelapukan
Sukarman dan dariah (2014) material bahan induk tanah kemudian
menyatakan Tanah yang berkembang di mengalami perubahan bentuk, selain itu
daerah gunung berapi umumnya berupa jenis terjadi perpindahan deposit namun hanya
tanah andosol dengan karakteristik sedikit.Menurut Hardjowigeno (1985) Proses
kesuburanya yang tinggi.Genesis Andosol dari pedogenesis tanah Andosol disebut

64
e- ISSN: 2715-033X JURNAL AGROPLASMA, Vol. 9 No. 1, Mei 2022: 64-75

dengan Andosolisasi, yang memiliki sifat morfologi profil tanah dan keadaan
tanah yaitu adanya humifikasi tinggi dan lingkungan. Morfologi profil tanah meliputi
mengalami kompleks logam-logam seperti batas horizon, kedalaman horizon, warna,
aluminium dengan karbon organik. tekstur lapangan, struktur, konsistensi
Pedogenesis merupakan proses lapangan dan kedalaman efektif tanah.
terjadinya pembentukan tanah, yang Pengamatan keadaan lingkungan meliputi
umumnya mengarah pada pembentukan ketinggian tempat, koordinat, landform,
horizon-horizon pada tanah(Laliberté, et al., bahan induk, relief, tataguna lahan,
2013).Menurut Hardjowigeno (2015) genesa kemiringan lereng, kiblat lereng, dan
tanah adalah suatu ilmu yang mempelajari karakteristik permukaan. Pengamatan batuan
proses terbentuknya tanah mulai dari bahan dilakukan secara megaskopis. Analisis
induk. Dalam hal ini genesa tanah yang laboratorium meliputi sifat kimia, fisik, dan
berkembang pada puncak Gunung Sumbing mineral fraksi pasir tanah. Sifat kimiawi tanah
perlu diteliti dari bahan batuan pewakil, meliputi pH H2O, NaF dengan metode
mineral pasir hasil pelapukan batuan, hingga potensiometrik, C-organik dengan destruksi
sifat-sifat tanah yang dapat digunakan sebagai basah (walkley and black) , kapasitas
interpretasi genesa tanah. penukaran kation (KPK) dan kation dapat
Pengklasifikasian tanah dapat ditukar (Ca, Mg, K, dan Na) dilakukan
digunakan untuk mempersiapkan rencana dengan ekstraksi NH4Oac pH 7, Kejenuhan
dalam pengembangan pertanian maupun Basa, Retensi Fosfat (P) dengan cara
konservasi (Panjaitan et al., 2015). Kajian Blakemore et. al., 1987. Sifat fisik tanah
terkait genesis dan klasifikasi tanah ini sangat meliputi Berat Volume dengan ring
diperlukan untuk mengetahui proses-proses volumetri, dan tekstur dengan pemipetan.
yang telah terjadi dalam tanah, kemudian Analisis fraksi pasir menggunakan metode
inventarisasi sifat-sifat tanah yang kemudian mikroskop polarisasi dengan line counting.
akan dilakukan penamaan tanah berdasarkan Sampel tanah diambil dari setiap
karakteristik tanah sehingga dapat horizon untuk dilakukan analisis
diperuntukan sebagai acuan terkait tanah laboratorium.Lokasi profil tanah terletak pada
sebagai media tumbuh tanaman maupun Desa Adipuro, Kecamatan Kaliangkrik,
dengan sub-bidang ilmu tanah lainya. Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah
dengan koordinat lokasi 49S UTM X=
BAHAN METODE 0398873 Y=9182590 dengan ketinggian 2500
mdpl.Hasil dari pengamatan lapangan dan
Waktu penelitian ini dilaksanakan laboratorium digunakan untuk interpretasi
selama 4 bulan dimulai pada bulan November klasifikasi dan genesis tanah.Klasifikasi tanah
2021 sampai Februari 2022 di Desa Adipuro, yang digunakan adalah Keys to Soil
Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang Taxonomy (Soil Survey Staff, 2014) hingga
dan di Laboratorium Balai Penelitian Tanah, mencapai kelas subgroup, Klasifikasi Tanah
Bogor dan Laboratorium Sumberdaya Lahan Nasional (Subardja et.al., 2014) hingga
UPN “Veteran” Yogyakarta. mencapai macam tanah, dan World Reference
Bahan penelitian adalah profil tanah Base for Soil Resources(IUSS, 2015) hingga
pewakil di puncak Gunung Sumbing lereng mencapai tingkat II, yaitu principal qualifier
selatan. Alat lapangan yang digunakan belati, (kualifikasi utama) dan supplementary
meteran, Munsell soil colour chart, GPS, dan qualifier (kualifikasi tambahan).
klinometer. Analisis lapangan meliputi

65
e- ISSN: 2715-033X JURNAL AGROPLASMA, Vol. 9 No. 1, Mei 2022: 64-75

HASIL DAN PEMBAHASAN lereng selatan yang termasuk dalam wilayah


administrasi Kabupaten Magtelang. Peta
Keadaan umum daerah Geologi Regional Magelang dan Sekitarnya
(Thanden, et. al., 1996) menunjukkan bahwa
Puncak Gunung Sumbing diapit oleh daerah penelitian termasuk ke dalam batuan
Kabupaten Magelang, Wonosobo, dan gunung api Sumbing(Sumbing Volcanics)
Temanggung. Lokasi penelitian berada di yang terdiri dari andesit augit olivin.

Gambar 1. Peta Titik Sampel Pengamatan Profil Tanah

Berdasarkan data Balai Penyuluhan Perhitungan evapotranspirasi (ETP)


Pertanian dan Kehutanan Kaliangkrik (2012- dilakukan dengan metode Thornthwaite. Data
2020), lokasi penelitian memiliki intensitas suhu dihitung menggunakan data suhu yang
rerata curah hujan tahunan 3151,67 mm/ diperoleh dari Stasiun Klimatologi Borobudur
tahun. Pada lokasi penelitian memiliki rata- lokasi 7o36’36’’S 110o12’27’’E pada elevasi
rata bulan kering (>60 mm/bulan) sebesar 3,1 242 mdpl. Formula Mock (1973) digunakan
dan rata-rata bulan basah (> 100 mm/bulan) untuk memperkirakan suhu rata-rata di daerah
8,3. Berdasarkan klasifikasi iklim menurut penelitian. dimana menurut Braak (1928),
Schmidt dan Ferguson (1951) dari rata-rata penurunan suhu udara sebesar 0.6oC setiap
nilai Q = 37,35% maka di Daerah penelitian kenaikan ketinggian suatu tempat sebesar 100
Kecamatan Kaliangkrik termasuk ke dalam meter. Persamaan yang digunakan menurut
iklim tipe C (Agak Basah).Pengaruh iklim, Formula Mock (1973) :
yaitu temperatur dan curah hujan sangat
berpengaruh pada perkembangan tanah.

Δt =0,006(z1-z2)
Keterangan =
Z = tinggi tempat lokasi 1
z2 = tinggi tempat lokasi 2
T2 = T1± Δt
66
e- ISSN: 2715-033X JURNAL AGROPLASMA, Vol. 9 No. 1, Mei 2022: 64-75

Keterangan =
T2 = suhu pada tempat yang akan ditentukan
T1 = suhu yang sudah diketahui pada suatu tempat
Δt = selisih suhu
Jika elevasi suhu yang ingin ditentukan lebih tinggi (-), dan jika sebaliknya (+).

Tabel 1. Data temperatur bulanan (oC)

No Bulan 2019 2020 2021 Formula Mock

1 Januari 26,4 26,8 26,2 12,65


2 Februari 26,7 26,3 26,5 12,95
3 Maret 26 26,5 26,8 13,25
4 April 27,3 26,6 27,4 13,85
5 Mei 27,3 26,4 27,6 14,05
6 Juni 25,9 25,9 26,6 13,05
7 Juli 25,1 25,2 26,5 12,95
8 Agustus 25,5 26,2 27 13,45
9 September 26,9 27,1 27,3 13,75
10 Oktober 27,8 26,7 24,3 10,75
11 November 27,7 27,3 25,1 11,55
12 Desember 27,2 26,2 24,6 11,05
Rata-rata 26,65 26,43 26,33 12,78

Menurut Sukarman et al., (2017) data- besaran suhu tanah adalah sebesar 14,42°C.
data terkait suhu tanah sering tidak tersedia Berdasarkan data suhu tanah tersebut, maka
sehingga dilakukan pendekatan suhu tanah rejim suhu tanah adalah isomesik karena
dengan = Suhu udara + 1,5°C. Diperoleh rerata suhu tanah tahunan diperoleh lebih
rata-rata suhu udara sebesar 12,78°C sehingga tinggi dari 8°C, dan lebih rendah dari 15°C.

Tabel 2. Data Evapotranspirasi


Bulan Suhu Rata-rata ETP Bulanan F ETP x F
Bulanan (oC) (cm/ bln) (mm/bln)
Januari 12,92 0,39 1,07 4,22
Februari 12,95 0,40 0,96 3,83
Maret 12,89 0,39 1,04 4,05
April 13,55 0,50 1,00 4,96
Mei 13,55 0,50 1,02 5,06
Juni 12,59 0,35 0,98 3,41
Juli 12,05 0,28 1,02 2,88
Agustus 12,69 0,36 1,03 3,72
September 13,55 0,50 1,00 4,96
Oktober 12,72 0,37 1,05 3,84
November 13,15 0,43 1,04 4,47
Desember 12,45 0,33 1,07 3,54

67
e- ISSN: 2715-033X JURNAL AGROPLASMA, Vol. 9 No. 1, Mei 2022: 64-75

Neraca Air
600

Curah Hujan/ ETo (mm/bln)


500
400
300
200
100
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan

Curah Hujan Kaliangkrik Eto

Gambar 2. Neraca Air

Dari Gambar 1 dapat diketahui bahwa mengalami defisit air selama <90 hari
rejim kelembaban tanah di Titik Pengamatan berturut-turut, yaitu pada awal Agustus.
Profil 4 merupakan Udik dikarenakan

Karakteristik Tanah

Gambar 3. Profil Tanah Puncak Gunung Sumbing

Tabel 3. Data Morfologi Tanah

Horizon Ketebalan Batas Horizon Warna Tekstur Struktur Konsistensi


Granular, Halus,
A 0-15/18 Berangsur, rata 10 YR 2/1 Loam Sangat gembur
Lemah
Gumpal membulat,
Bw1 15/18-25/23 Jelas, berombak 10 YR 3/2 Sandy Loam Sangat gembur
Halus, Lemah
2Bwb2 25/23-44/50 Baur, rata 10 YR 5/6 Silty Loam Gumpal menyudut, Gembur
68
e- ISSN: 2715-033X JURNAL AGROPLASMA, Vol. 9 No. 1, Mei 2022: 64-75

Halus, Lemah
Sandy Clay Gumpal menyudut,
2Btb 44/50-82/85 Baur, berombak 10 YR 4/6 Gembur
Loam Halus, Lemah
82/85- Gumpal menyudut,
2BCb1 Jelas, berombak 7,5 YR 4/4 Loamy Sand Sangat gembur
103/106 Halus, Sedang
103/106- 7,5 YR Gumpal menyudut,
3Ahb Berangsur, rata Silty Loam Sangat gembur
113/115 2,5/2 Kasar, Sedang
113/115- Gumpal menyudut,
3C 7,5 YR 4/6 Loamy Sand Sangat gembur
130 Kasar, Sedang

Horizon berwarna coklat kekuningan diakibatkan oleh


adanyaleaching yang disebabkan oleh air
Horizon dapat menjadi sumber pada bahan-bahan organik.
interpretasi genesis dan perkembangan tanah. Pada profil tanah yang diamati
Pada profil tanah yang diamati memiliki memiliki warna berurutan dari horizon teratas
susunan horizon A-Bw1-2Bwb2-2Btb-2Bcb1- adalah 10 YR 2/1 black; 10 YR 3/2 very dark
3Ahb-3C. Horizon yang teramati grayish brown; 10 YR 5/6 yellowish
menunjukkan adanya proses-proses brown;10 YR 4/6 dark yellowish brown;7,5
penimbunan (buried soil) dengan adanya YR 4/4 brown;7,5 YR 2,5/2 very dark
kenampakan karakteristik tanah yang telah brown;7,5 YR 4/6 strong brown. Adanya
berkembang sebelum tertimbun. perbedaan warna tersebut diakibatkan oleh
Pembentukan dari buried soil tersebut kandungan bahan organik dan mineralogi.
diakibatkan oleh adanya proses vulkanisme Pada horizon atas warna cenderung gelap
yang terjadi secara berulang. Pada profil tanah kemudian semakin kebawah semakin terang.
yang diamati terdapat penimbunan berulang Peralihan warna dari Bw1 ke 2Bwb2
yang terjadi 3 kali yang ditandai dengan memiliki kenampakan yang jelas. Pada
horizon 3Ahb-3C kemudian ditimbun oleh horizon 3Ahb juga dijumpai peralihan yang
2Bwb-2Btb-2Bcb1 kemudian ditimbun lagi jelas, hal tersebut mengindikasikan adanya
oleh horizon teratas yaitu A-Bw1. buried soil pada horizon tersebut.

Warna Struktur dan Konsistensi

Warna tanah dapat membantu dalam Secara keseluruhan tekstur berbentuk


interpretasi genesis dan perkembangan tanah. granular dan gumpal menyudut, ukuran halus
Adanya kecenderungan warna dari lapukan hingga kasar pada horizon bawah dan derajat
mineral dapat dilihat dari warna setiap perkembangan lemah hingga sedang.
horizon. Holilullah et. al., (2015) menyatakan Konsistensi berupa gembur hingga sangat
bahwa tanah yang berwarna orange pada gembur. Konsistensi tanah yang gembur dan
mengindikasikan bahwa tanah memiliki sangat gembur sejalan dengan tekstur tanah
kandungan mineral geothit dan tanah yang dominan pasir dan berat volume yang rendah.

Tabel 4. Analisis Laboratorium Sifat Fisik Tanah

Tekstur
Horizon BV
Pasir Debu Lempung Kelas

A 71,07 19,29 9,64 Sandy Loam 0,29


Bw1 69,44 20,37 10,19 Sandy Loam 0,35
2Bwb2 75,55 13,97 10,48 Sandy Loam 0,4
2Btb 77,69 9,41 12,9 Sandy Loam 0,45

69
e- ISSN: 2715-033X JURNAL AGROPLASMA, Vol. 9 No. 1, Mei 2022: 64-75

2BCb1 81,92 6,48 11,61 Loamy Sand 0,49


3Ahb 82,18 4,59 13,23 Loamy Sand 0,27
3C 82,46 7,56 9,98 Loamy Sand 0,47

Tekstur menunjukkan kandungan pasir yang sangat


tinggi, hal ini dapat terjadi dikarenakan
Horizon A-Bw1-2Bwb2-2Btb adanya faktor suhu yang rendah menghambat
memiliki kelas tekstur Sandy Loam (SL) atau pelapukan sehingga kandungan fraksi pasir
Geluh pasiran. Pada horizon A menuju Bw1 tinggi dan lempung rendah. Tingginya
terdapat alterasi dengan ditandai adany kandungan pasir pada tubuh tanah
iluviasi lempung sebesar 0,55%. Pada horizon menunjukkan pada puncak Gunung Sumbing
2BCb1-3Ahb-3C memiliki kelas tekstur masih belum menunjukkan pelapukan yang
Loamy Sand atau Pasir geluhan yang intensif.

Pola agihan tekstur tanah (%)


140

120
Kedalaman Tanah (cm)

100

80

60

40

20

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

pasir debu lempung

Gambar 4. Pola agihan tekstur tanah (%)

Berat Volume Reaksi Tanah (pH)

Berat volume pada profil tanah yang Pada horizon A-Bw1-2Bwb2-2Bwb3-


diamati cenderung rendah yaitu antara 0,27 2BCb1-3Ahb-3C memiliki pH H2O dengan
hingga 0,49 g/cm3. Pengamatan berat volume harkat masam. Pengamatan pH H2O diperoleh
memiliki keteraturan dari horizon atas hingga 4,5 hingga 6,5 yang menunjukkan bahwa
bawah. Pada horizon A memiliki berat tanah ini diominasi oleh mineral lempung
volume rendah, pada horizon 3Ahb juga amorf dan sumber bahan induk dari daerah
terdapat berat volume yang rendah, hal ini yang memiliki iklim dengan rerata curah
memperkuat adanya indikasi terjadinya proses hujan yang cukup tinggi dengan sifat
buried soil oleh penampang profil tanah. Nilai andesitik, ataupun andesitik- basaltik.
berat volume yang rendah pada penampang pH NaF merupakan indikator lapang
profil tanah diduga karena tanah memiliki adanya sifat tanah andik dan juga
kandungan amorf yang mempunyai menunjukkan adanya hasil pengaruh pada
karakteristik luas permukaan besar, hal kompleks pertukaran yang menyebabkan
tersebut menyebabkan adanya ruang pori mineral rantai pendek (Soil Survey Staff,
besar dan berat volume besar. 2014). Nilai NaF adalah salah satu metode
penggolongan sifat amorf untuk menentukan
70
e- ISSN: 2715-033X JURNAL AGROPLASMA, Vol. 9 No. 1, Mei 2022: 64-75

apakah tanah dapat dikategorikan andisol sangat rendah hingga rendah. Mg++ tertukar
(Pranoto, 2013). Cairan NaF akan diperoleh hasil antara 0,65 hingga 1,10 Cmol
mengasilkan ion hidroksida (OH-) apabila (+) kg-1 dengan harkat rendah hingga sedang.
kontak dengan bahan amorf. Ion hidroksida Unsur K+ memperoleh hasil 0,06 hingga 0,20
akan semakin tinggi apabila kandungan amorf Cmol (+) kg-1 dengan harkat sangat rendah
semakin tinggi. (Eviati dan Sulaeman, hingga rendah. Unsur K+ tertinggi pada
2009).pH NaF akhir menit 2 dan 4 pada horizon 3C. Unsur Na memperoleh hasil 0,01
horizon Ap-Bw1 menunjukkan kandungan hingga 0,48 Cmol (+) kg-1 dengan harkat
alofan cukup sampai banyak. Hasil pH NaF sangat rendah hingga sedang. Unsur K+
akhir 2 menit dan 4 menit diperoleh hasil tertinggi pada horizon 2Bwb3. Jumlah kation
pada menit 4 lebih tinggi. yang dapat dipertukarkan memiliki
keteraturan menurun dari horizon atas ke
C-Organik horizon bawah, namun terdapat kenaikan dari
2Bwb2 ke 2Btb, hal ini dikarenakan terdapat
Horizon teratas yaitu A mimiliki nilai peningkatan intensitas pelapukan dari batuan
C-Organik tinggi namun terdapat akumulasi sehingga adanya eksitasi basa-basa dari
C-Organik pada horizon bawah yaitu 3Ahb batuan ke tanah yang ditandai oleh adanya
yang signifikan tinggi, hal ini dimungkinkan peningkatan fraksi lempung pada horizon
adanya penumpukan solum tanah atau adanya 2Btb.
polygenesis pada satu penampang profil
tanah. Pada masa lampau horizon 3Ahb Kejenuhan Basa
merupakan horizon teratas, namun tertimbun
oleh horizon baru diatasnya. Profil tanah memiliki kejenuhan basa
relatif rendah yaitu dibawah 50%, yang
Retensi-P didukung oleh pH rata-rata >5,5. Kejenuhan
basa yang rendah ini dimungkinkan
Profil tanah yang diamati memiliki disebabkan oleh kompleks bahan organik
retensi fosfat >85% sehingga termasuk dengan logam seperti aluminium. Selain itu
kedalam sifat andik. Tanah yang berkembang kejenuhan basa rendah sejalan dengan kondisi
pada puncak Gunung Sumbing merupakan iklim yaitu curah hujan yang cukup tinggi.
tanah-tanah yang berkembang dari bahan Kejenuhan basa ini berpengaruh kepada
induk cenderung masam sehingga mempunyai pengelolaan tanah, semakin tinggi kejenuhan
kandungan logamalumunium tinggi dalam basa maka produktivitas tanaman akan
bentuk amorf dan memiliki kemampuan untuk semakin baik.
mengikat fosfat. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Sukarman dan Dariah (2014) yaitu KPK
tanah Andosol memiliki karakteristik adanya
mineral non-kristalin seperti alofan, ferihidrit Kejenuhan basa memiliki pengaruh
dan imogolit yang mampu mengikat fosfat dalam pertukaran kation pada tanah, semakin
(P). tinggi kejenuhan basa akan menyebabkan
kompleks pertukaran tinggi, begitu pula
Kation Dapat Ditukar sebaliknya. Pada profil tanah yang diamati
terdapat penurunan KPK tanah yang sangat
Tanah puncak Gunung Sumbing jelas dari horizon A-Bw1 ke 2Bwb2
berkembang dari bahan induk andesit yang kemudian terdapat peningkatan di horizon
berdasarkan analisa fraksi pasir memiliki 3Ahb. Hal tersebut sejalan dengan adanya
komposisi mineral primer penyusun utama peningkatan jumlah tekstur fraksi pasir dan
opak, hipersten, dan hornoblende. Labradorit penurunan kandungan C-Organik yang dapat
menyumbang unsur Ca dan Na pada tanah. menukarkan kation. KPK tanah pada puncak
Diperoleh hasil Ca++ tertukar antara Gunung Sumbing ini memiliki nilai hubungan
0,71 hingga 4,79 Cmol (+) kg-1dengan harkat (regresi) yang positif dengan C-organik yaitu

71
e- ISSN: 2715-033X JURNAL AGROPLASMA, Vol. 9 No. 1, Mei 2022: 64-75

tingginya C-organik pada tanah selaras dengan kenaikan KPK tanah.

Hubungan C-organik dengan KPK tanah


25

KPK Cmol (+) kg-1 20

15

10 y = 3,0005x + 13,832
R² = 0,3231
5

0
0 0.5 1 1.5 %
C-Organik 2 2.5 3

Gambar 4. Hubungan C-organik dengan KPK tanah

Tabel 5. Analisis Laboratorium Sifat Kimia Tanah

pH Kation Dapat Ditukar KPK KB


C- Retensi-P
Horizon NaF Organik (terpilih) Ca Mg K Na Jml (%)
H2O (%) (%)
2’ 4’ Cmol (+) kg-1

A 4,5 13,4 13,7 1,78 4,79 0,95 0,11 0,22 6,07 20,77 29,22

Bw1 4,4 13,6 13,8 1,1 90,62 3,38 0,75 0,12 0,14 4,39 20,1 21,84

2Bwb2 4,4 1,22 2,32 0,62 0,06 0,05 3,05 15,45 19,74

2Btb 5,4 1,63 2,9 0,8 0,11 0,48 4,29 15,49 27,7

2BCb1 4,9 0,42 0,71 0,49 0,13 0,11 1,44 11,47 12,55

3Ahb 4,6 2,77 2,61 0,65 0,2 0,01 3,47 21,6 16,06

3C 4,5 0,96 4,68 1,1 0,2 0,03 6,01 21,59 27,84

Interpretasi Bahan Induk Tekstur batuan: 1) derajat kristalisasi berupa


hipokristalin, karena batuan tersusun oleh
Bahan induk batuan pada tanah di massa dasar kristal dan massa dasar gelas; 2)
puncak Gunung Sumbing merupakan material derajat granularitas berupa Afanitik- Fanerik
tephra dan lapukan dari batuan Andesit Sedang (< 5 mm); kemas: bentuk kristal yaitu
(batuan beku vulkanik intermediet). Batuan berupa subhedral , karena wujud kristal dari
ini berwarna fresh abu-abu gelap dengan butir-butir mineral dibatasi oleh sebagian
warna lapuk coklat. Struktur batuan berupa bidang kristal yang sempurna dan relasi
masif, karena pada batuan tersebut tidak Equigranular Hipidiomorfik karena sebagian
menunjukkan adanya fragmen batuan lain besar mineralmemiliki ukuran seragam dan
yang tertanam dalam tubuh batuannya. subhedral.

72
e- ISSN: 2715-033X JURNAL AGROPLASMA, Vol. 9 No. 1, Mei 2022: 64-75

Hornblende
Massa Dasar Gelas
Piroksen
Kuarsa

Gambar 5. 1 Deskripsi batuan

Batuan tersebut berasal dari hasil kuarsa 14%, hornblende 2%, dan piroksen
pembekuan magmatik di atas permukaan 10%. Sehingga dapat diketahui jenis
bumi dengan proses beku yang relatif cepat, batuannya yaitu batuan beku vulkanik
ditandai dari tekstur yang dapat diamati. intermediet menurut klasifikasi Clan Wiliams
Memiliki komposisi massa dasar gelas 70%, (1954) dengan nama batuannya Andesit.

Tabel 5. Analisis Laboratorium Mineral Fraksi Pasir


Mineral Fraksi Pasir (%)
M M
Mineral Sukar Lapuk Jumlah
Mineral Mudah Lapuk L R
(Resisten)
Lapuk Frag
Hornobl
an men Labrad Gelas Aug Hiper Akti Enst Op Zeoli Epid Turmal
ende
Miner Batu orit Vulkanis it sten nolit atit ak t ot in
Hijau
al an
- 4 1 5 Sp 6 44 - - 40 Sp Sp - 60 40 100
Keterangan:
Sp= Sporadik yang menunjukkan adanya kandungan dibawah 1 % (sangat sedikit); Tanda (-) = tidak ditemukan pada orientasi; ML
=jumlah mineral mudah lapuk (lapukan mineral, fragmen batuan, labradorit, hornblende hijau, gelas vulkanis, augit, hipersten,
aktinolit); MR= Jumlah Mineral resisten (opak, zeolit, epidot, turmalin)

Pada penampang profil tanah perkembangan profil tanah, namun belum


ditemukan mineral mudah lapuk antara lain signifikan dikarenakan masih tingginya
yang tertinggi adalah hipersten, kemudian kandungan mineral mudah lapuk sehingga
augit, hornoblende hijau, fragmen batuan dan tanah belum mengalami pelapukan secara
labradorit. Selain itu terdapat mineral resisten intensif.
yang sukar lapuk adalah mineral opak.
Adanya mineral hipersten yang masih relatif Klasifikasi Tanah dan Genesa
tinggi mengindikasikan bahwa tanah yang
berkembang dari mineral penyusun dengan Epipedon termasuk horizon Umbrik
mineral hipersten ini masih tergolong muda. dan Endopedon (horizon penciri bawah)
Mineral ini memiliki sifat mudah melapuk. merupakan horizon kambik. Tanah yang
Mineral ini berkembang dari sumber batuan berkembang pada puncak Gunung Sumbing
andesit. Mineral opak adalah mineral yang ini memiliki sifat fisik smeary, C-Organik
sukar lapuk dan secara visual tidak kurang dari 25 %, Berat volume kurang dari
menembuskan cahaya. Adanya mineral opak 0,90 g/cm3, Retensi fosfat lebih dari 85%, dan
mengindikasikan bahwa sudah terdapat pH NaF yang sangat tinggi yang

73
e- ISSN: 2715-033X JURNAL AGROPLASMA, Vol. 9 No. 1, Mei 2022: 64-75

mengindikasikan adanya alofan, sehingga penumpukan material secara alami, kemudian


dapat disebut memiliki sifat andik. mengalami pelapukan pada tubuh tanah.
Berdasarkan sistem klasifikasi Soil Horizon telah mengalami pelapukan namun
Taxonomy USDA, pada fraksi tanah halus belum terjadi secara masif. Material masih
(lempung) memiliki kation basa (dengan belum terkristalisasi karena tanah tersimpan
NH4OAc) < 2,0 cmol(+)/kg yaitu pada profil dengan baik akibat suhu yang rendah.
tanah 5 berkisar antara 0,16 hingga 0,6
cmol(+)/kg dan terdapat horizon argilik dalam KESIMPULAN
125 cm dari permukaan tanah dengan terdapat
sifat andik dan kejenuhan basa <35% Tanah yang berkembang pada puncak
sehingga termasuk pada subgrup Acrudoxic Gunung Sumbing terbentuk dari bahan tephra
Ultic Hapludands. dan batuan yang bersifat andesitik yang
Berdasarkan sistem klasifikasi mengalami pelapukan menjadi tanah. Tubuh
Nasional, mempunyai horison A yaitu molik tanah mengalami penumpukan material secara
ataupun umbrik di atas horison B berupa alami sehingga terdapat fenomena
kambik, pada kedalaman ≥ 35 cm, terdapat polygenesis. Berdasarkan klasifikasi tanah
berat volume< 0,90 g/cm3 dan didominasi menurut soil taxonomy USDA adalah
oleh bahan amorf sehingga termasuk jenis Acrudoxic Ultic Hapludands, menurut
tanah Andosol. Tidak memiliki yang klasifikasi tanah Nasional adalah Andosol
menunjukkan adanya ciri dari hidromorfik Umbrik dan menurut World Reference Base
pada kedalaman 50-100 cm dari permukaan for Soil Resources adalah Andosols Umbric
tanah sehingga tidak termasuk macam tanah Thixotropic
Andosol Gleik. Tidak mempunyai horison A
molik sehingga tidak termasuk macam tanah DAFTAR PUSTAKA
Andosol Molik. Mempunyai horison A
umbrik sehingga termasuk macam tanah Eviati dan Sulaeman. 2009. Analisis Kimia
Andosol Umbrik. Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Balai
Berdasarkan sistem klasifikasi world Penelitian Tanah, Bogor
reference based, memiliki kompleks alofan
atau Al-humus dan sifat-sifat andik lainya Hardjowigeno, S. 1985. Genesis dan
sehingga termasuk jenis tanah andosols. Klasifikasi Tanah. Fakultas Pasca
Memiliki sifat-sifat dari epipedon Umbrik Sarjana, Institut Pertanian Bogor. 284
sehingga memenuhi kualifikasi utama hlm.
Umbric. Memiliki sifat Thixotropic sehingga
memenuhi kualifikasi tambahan tiksotropik. Hardjowigeno, S. 2015. Ilmu Tanah.
Sehingga diperoleh Klasifikasi Tanah Akademika Pressindo. Jakarta. 286 hlm.
menurut World Reference Basefor Soil Holilullah, Afandi, Novpriansyah, H. 2015.
Resources Andosols Umbric Thixotropic. Karakteristik Sifat Fisik Tanah Pada
Genesis tanah ini berasal dari sumber Lahan Produksi Rendah dan Tinggi di
bahan induk batuan andesit dan tephra. PT Great Giant Pineapple. Jurnal
Batuan andesit ini terbentuk dari endapan Agrotek Tropika. Vol. 3 (2): 278-282
aliran lava yang diproduksi oleh gunung
Sumbing kemudian terjadi pengerasan dengan IUSS Working Group WRB. 2015. World
cepat ketika terkena suhu permukaan. Reference Base for Soil Resources 2014,
Berdasarkan hasil juga diperoleh adanya update 2015 International soil
komposisi mineral opak yang cukup tinggi classification system for naming soils
pada jenis tanah yang berkembang pada andcreating legends for soil maps. FAO.
toposekuen lereng selatan gunung Sumbing. Rome. 192 hlm.
Pada puncak Gunung Sumbing
terdapat proses polygenesis yang ditandai Laliberté, E.,J.B. Grace, M.A. Huston, H.
dengan adanya buried soil. Tanah mengalami Lambers, F.P. Teste, B.L. Turner, dan

74
e- ISSN: 2715-033X JURNAL AGROPLASMA, Vol. 9 No. 1, Mei 2022: 64-75

D.A. Wardle. 2013. How does Badan Penelitian dan Pengambangan


pedogenesis drive plant Pertanian. Jakarta: IAARD Press.
diversity?.Trends in Ecology and
Evolution. 28: 331–340 Thanden, R.E., Sumadirdja, H. Richards,
P.W., Sutisna, K., Amin, T.C. 1996. Peta
Pranoto. 2013. Pemanfaatan Adsorben Alofan Geologi Lembar Magelang dan
Vulkanik Jawa Teraktivasi sebagai Semarang, Jawa. Pusat Penelitian dan
Penyerap Logam Berat untuk Pengembangan Geologi: Bandung
Meningkatkan Kualitas Air Minum di
Perkotaan. Jurusan Kimia FMIPA UNS,
Surakarta.

Panjaitan, F., Jamilah, J., dan Damanik, M.


2015. Klasifikasi Tanah Berdasarkan
Taksonomi Tanah 2014 Di Desa
Sembahe Kecamatan Sibolangit. Jurnal
Agroekoteknologi Universitas Sumatera
Utara. Vol. 3 (4): 1447-1458

Soil Survey Staff. 2014. Keys to Soil


Taxonomy Twelfth Edition Natural
Resources Conservation Service-United
States Department of Agriculture.
Washington DC. 362 hal

Sukarman dan Dariah, A. 2014. Tanah


Andosol di Indonesia : Karakteristik,
Potensi, Kendala, dan Pengelolaannya
untuk Pertanian. lai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan
Pertanian: Bogor

Subardja, D., S. Ritung, M. Anda, Sukarman,


E. Suryani, dan R.E. Subandiono. 2014.
Petunjuk Teknis Klasifikasi Tanah
Nasional. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan
Pertanian, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian: Bogor. 22
hlm.

Sukarman dan Dariah, A. 2014. Tanah


Andosol di Indonesia : Karakteristik,
Potensi, Kendala, dan Pengelolaannya
untuk Pertanian. lai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan
Pertanian: Bogor

Sukarman K, Sofyan R, Markus A, Erna S.


2017. Pedoman Tanah di Lapangan.

75

You might also like