Gambaran Lama Rawat Dan Profil Pasien Gagal Jantung Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
Gambaran Lama Rawat Dan Profil Pasien Gagal Jantung Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
Gambaran Lama Rawat Dan Profil Pasien Gagal Jantung Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
2Divisi Kardiologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
3Divisi Kardiologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
ABSTRACT
Background: Heart failure has become a global health issue worldwide. It has been associated with a high rate of
readmissions and prolonged hospitalizations. Publications describing the profile and length of hospital stay of heart
failure patients in Indonesia were still limited.
Objective: To obtain the length of hospital stay and describe the demographic as well as clinical characteristic of
heart failure patients hospitalized at Cipto Mangunkusumo Hospital in 2012.
Methods: A cross sectional study was done using secondary data from patients’ medical records in Cipto
Mangunkusumo Hospital admitted during 2012., Data were then calculated and presented further.
Results: Based on the medical records, 331 heart failure patients were included in the study. Median age was 58
years old, 62,2% were men, 42,9% used Askes/In-Health as their social insurance payor, and as many as 23,9%
had graduated from senior high school level education center. Median length of stay was 8 days for all patients,
For patients admitted with NYHA functional class III - IV, the median length of stay was 9 days. When patients
were admitted to hospital, median systolic blood pressure was 124 mmHg and pulse 90 beats per minute. Peripheral
edema was shown in 36,9% of patients; hypertension in 57,1%; diabetes mellitus in 33,2%; ischemic heart disease in
74,9%; renal impairment in 46,2%; and acute respiratory conditions in 45,9%. The most frequent CCI score was 3.
Conclusion: Median length of stay for heart failure patients in Cipto Mangunkusumo Hospital was 8 - 9 days. Most
patients were men, senior high school graduate, and used Askes/In-Health as their social insurance with median age
of 58 years old.
ABSTRAK
Latar Belakang: Gagal jantung telah menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia dan seringkali diasosiasikan
dengan tingginya frekuensi perawatan ulang di rumah sakit dan lama rawat yang panjang. Sayangnya, hingga saat
ini belum ada satupun penelitian yang menggambarkan lama rawat serta profil pasien gagal jantung di Indonesia.
Tujuan: Mengetahui gambaran lama rawat dan mendeskripsikan karakteristik demografis serta karakteristik
klinis dari pasien-pasien gagal jantung yang dirawat di RSUPN-CM pada tahun 2012
Metode: Desain studi potong lintang menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien-pasien gagal jantung
di RSUPN-CM selama tahun 2012. Selanjutnya dilakukan pengolahan data secara deskriptif untuk ditampilkan.
Hasil: Terkumpul data sebanyak 331 pasien gagal jantung yang dirawat selama tahun 2012. Median usia adalah
58 tahun, 62,2% di antaranya adalah pria, dan 42,9% menggunakan jaminan sosial Askes/In-Health. Tingkat
pendidikan yang terbanyak adalah pendidikan SMA dan sederajat sebanyak 23,9%. Median lama rawat semua
pasien (NYHA I - IV) didapat 8 hari . Pada pasien dengan kelas fungsional NYHA III - IV, median lama rawatnya 9 Korespondensi:
hari. Pada awal perawatan, median tekanan darah sistolik 124 mmHg dan denyut nadi 90 kali per menit. Edema Dr. Kristoforus Hendra Djaya
perifer terdapat pada 36,9% pasien, hipertensi 57,1%, diabetes mellitus 33,2%, penyakit jantung iskemik 74,9%, Email: [email protected]
gangguan fungsi ginjal 46,2%, penyakit saluran pernafasan akut 45,9%. Skor CCI terbanyak adalah 3.
Kesimpulan: Median lama rawat pasien gagal jantung di RSUPN-CM adalah 8 - 9 hari. Sebagian besar pasien
Indonesian Journal of
CHEST
adalah pria, berpendidikan SMA, dan menggunakan jaminan Askes/In-Health dengan median usia 58 tahun.
Vol. 2, No. 4
October- Dec 2015
141
Kristoforus H. Djaya, Sally A. Nasution, Dono Antono
adalah pasien yang datanya diambil dari rekam medis Database Pasien Rawat Inap RSCM 2012:
serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria • Ruang Rekam Medis: 17.311 pasien
• PJT: 1187 pasien
• ICCU: 336 pasien
inklusi adalah pasien RSUPN-CM yang berdasarkan Total: 18.834 pasien
berikut: identitas pasien, data dasar, data selama Inklusi: 331 pasien
perawatan, dan resume medis kepulangan pasien. Gambar 1. Alur Pengumpulan Data Pasien
Penelitian ini menggunakan desain potong lintang
dengan menggunakan data sekunder dari rekam
medis. Pengambilan sampel dilakukan secara sensus. HASIL
Semua rekam medis pasien dikumpulkan dan dicari
rekam medisnya. Setiap pasien dengan diagnosis gagal Data karakteristik demografis dan klinis pasien
jantung yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2. Median usia
dikumpulkan sebagai subjek penelitian. Data dari subjek 58 tahun dengan rentang 14-92 tahun. Sebaran
rekam medis subjek penelitian diambil menjadi data frekuensi lama rawat pasien gagal jantung dapat dilihat
penelitian untuk kemudian diolah dan ditampilkan pada gambar 2, baik untuk semua kasus maupun kasus
secara deskriptif dengan bantuan piranti lunak SPSS. dengan kelas fungsional NYHA III dan IV saja.
Ina J CHEST Crit and Emerg Med | Vol. 2, No. 4 | October - Dec 2015 143
Kristoforus H. Djaya, Sally A. Nasution, Dono Antono
Lanjutan Tabel 2.
Karakteristk n % Median Rentang
iii. Gedung A 112 33,8%
iv. IW IGD 19 5,7%
C. Diagnosa dan Komorbiditas
7. Derajat beratnya gagal jantung
i. NYHA I 20 6%
ii. NYHA II 159 48%
iii. NYHA III 115 34,7%
iv. NYHA IV 37 11,2%
8. Penyakit jantung iskemik 248 74,9%
9. Diabetes Mellitus 110 33,2%
10. Hipertensi 189 57,1%
11. Gangguan fungsi ginjal 153 46,2%
12. Penyakit saluran pernafasan akut 152 45,9%
13. Charlson Comorbidity Index (CCI)
i. Skor CCI = 1 0 0%
ii. Skor CCI = 2 93 28,1%
iii. Skor CCI = 3 100 30,2%
iv. Skor CCI = 4 58 17,5%
v. Skor CCI = 5 30 9,1%
vi. Skor CCI = 6 19 5,7%
vii. Skor CCI = 7 24 7,3%
viii.Skor CCI = 8 3 0,9%
ix. Skor CCI = 9 1 0,3%
x. Skor CCI = 10 2 0,6%
xi. Skor CCI = 13 1 0,3%
D. Terapi
14. Penyekat Beta 138 41,7%
15. ACEI dan/atau ARB 262 79,2%
16. Spironolakton 108 32,6%
17. Digoksin 126 38,1%
18. Durasi loop diuretc intravena (n=327) 4 hari 0 - 30 hari
19. Jumlah tndakan selama perawatan
i. 1 tndakan 23 6,9%
ii. 2 tndakan 88 26,6%
iii. 3 tndakan 89 26,6%
iv. 4 tndakan 58 17,5%
v. 5 tndakan 40 12,1%
vi. 6 tndakan 17 5,1%
vii. 7 tndakan 8 2,4%
viii.8 tndakan 3 0,9%
ix. 9 tndakan 3 0,9%
x. 10 tndakan 1 0,3%
xi. 11 tndakan 1 0,3%
E. Waktu dilakukannya pemeriksaan penunjang
20. Pasien dengan rontgent toraks sebelum perawatan 36 10,9%
21. Jumlah hari dari pemeriksaan rontgent toraks hingga hari awal perawatan 2 hari 1 - 20 hari
22. Pasien dengan rontgent toraks dalam perawatan 225 68%
23. Jumlah hari dari hari pertama perawatan hingga dilakukannya pemeriksaan rontgent toraks 0 hari 0 - 13 hari
24. Pasien yang diperiksa EKG sebelum perawatan 11 3,3%
25. Jumlah hari dari pemeriksaan EKG hingga hari awal perawatan 1 hari 1 - 16 hari
26. Pasien yang diperiksa EKG dalam perawatan 320 96,7%
27. Jumlah hari dari hari pertama perawatan hingga dilakukannya pemeriksaan EKG 0 hari 0 - 46 hari
28. Pasien yang dilakukan pemeriksaan ekokardiografi sebelum dirawat 31 9,4%
29. Jumlah hari dari pemeriksaan ekokardiografi hingga hari awal perawatan 12 hari 1 - 316 hari
30. Pasien yang dilakukan pemeriksaan ekokardiografi dalam perawatan 184 55,6%
31. Jumlah hari dari pemeriksaan ekokardiografi hingga hari awal perawatan 3 hari 0 - 54 hari
Median:
9 hari
Median: (0-55 hari)
8 hari
(0-55 hari)
Gambar 2. Sebaran Frekuensi Lama Rawat Pasien Gagal Jantung di RSCM 2012
Kiri: Semua kasus; Kanan:Kasus NYHA Functonal Class III dan IV saja
144 Ina J CHEST Crit and Emerg Med | Vol. 2, No. 4 | October - Dec 2015
Gambaran Lama Rawat dan Profil Pasien Gagal Jantung di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Tahun 2012
Ina J CHEST Crit and Emerg Med | Vol. 2, No. 4 | October - Dec 2015 145
Kristoforus H. Djaya, Sally A. Nasution, Dono Antono
dengan penelitian Wright dkk (84% pasien NYHA turun bila ALOS ≥ 10 hari.24 Setelah lama rawat dibagi
functional class III-IV) dan penelitian Dusemund dkk menjadi dua kelompok, yaitu lama rawat <10 hari dan
(rata-rata derajat NYHA III-IV).3,9 ≥10 hari, didapatkan pasien dengan lama rawat ≥10
hari adalah sebanyak 131 pasien (39,6%). Hari awal
Indikator Perawatan masuk perawatan di rumah sakit pada akhir pekan
Lama rawat pasien gagal jantung sangat didapatkan sebanyak 17.822 pasien dari 81.810
bervariasi antara penelitian satu dengan yang lainnya. pasien (21,78%) dalam studi Horwich dkk (2009).18
Lama rawat berkisar antara 4-21 hari.3,5,7-10,15-18 Lama Data yang didapatkan di RSUPN-CM tampaknya
rawat pasien gagal jantung dari data penelitian di tidak berbeda jauh. Sebanyak 16% pasien masuk
Amerika Serikat tampak cenderung lebih singkat perawatan pada hari Sabtu atau Minggu. Median lama
dibandingkan negara-negara lain (median 4-6 rawat semua subjek yang masuk rawat pada akhir
hari). 5,8,10,15,16,18 Sedangkan, median lama rawat pasien pekan adalah 9 hari, sedangkan median lama rawat
gagal jantung di Eropa adalah 9-11 hari.9,17 Rohde dkk subjek dengan kelas fungsional NYHA III dan IV yang
mengungkapkan bahwa median lama rawat pasien masuk rawat pada akhir pekan adalah 9,5 hari. Hal ini
gagal jantung di Brazil adalah 11 hari.5 Lama rawat menunjukkan adanya pemanjangan lama rawat pada
yang pasien yang masuk pada akhir pekan.
terpanjang tampaknya terdapat di Jepang (median 21
hari).7 Pada penelitian ini, median lama rawat pasien Diagnosis dan Komorbiditas
gagal jantung di RSUPN-CM selama tahun 2012 adalah Derajat beratnya gagal jantung pada penelitian
8 hari. Rerata lama rawat 10,31 hari dengan standar ini distratifikasi berdasarkan kelas fungsional dari
deviasi 8,95 hari. Hasil perhitungan program Stata 13 New York Heart Association. Dari hasil penelitian ini,
mendapatkan hasil di atas 80% (99,68%) sehingga didapatkan bahwa pasien dengan NYHA functional
hasil class II menempati porsi terbesar (48%) dibandingkan
kesimpulan penelitian ini masih valid untuk dilakukan pasien-pasien dengan kelas fungsional yang lebih
generalisasi. Rentang nilai minimum dan maksimum berat. Data itu memberikan petunjuk adanya variasi
yang sangat lebar (0-55 hari) mengindikasikan adanya indikasi rawat subjek penelitian ini dan gagal jantung
spektrum klinis yang sangat bervariasi di antara bukanlah satu-satunya indikasi rawat utama. Penyakit
subjek penelitian ini. Untuk mendapatkan gambaran jantung iskemik sebagai etiologi gagal jantung pada
dari semua pasien gagal jantung yang dirawat di pasien-pasien di RSUPN-CM menempati proporsi
RSUPN-CM selama tahun 2012, maka semua pasien lebih tinggi (74,9%) dibandingkan dengan proporsi
dengan indikasi rawat apapun diinklusikan menjadi etiologi penyakit jantung iskemik pada penelitian-
subjek penelitian. Akan tetapi, banyak di antara penelitian sebelumnya di Eropa dan Amerika
kasus tersebut dirawat bukan atas indikasi gagal (52-57%).3,8,18 Hanya dua data penelitian yang
jantung akut. Banyak pasien memiliki kondisi gagal menyebutkan presentase etiologi penyakit jantung
jantung kronis yang terlihat pada besarnya frekuensi iskemik pada pasien gagal jantung yang rendah, yaitu
subjek kategori NYHA functional class I-II. Sebagai Capell dkk (27%) yang meneliti populasi di Catalonia,
pembanding, dilakukan perhitungan median lama Mediterania.17
rawat kasus NYHA functional class III dan IV. Dengan Gaziano dkk (2010) menyatakan bahwa
total 152 pasien gagal jantung NYHA functional class penggunaan tembakau (rokok) saat ini makin
III dan IV, didapatkan pergeseran median lama rawat meningkat di negara-negara berkembang
menjadi 9 hari (0-55 hari). Hasil ini tampaknya tidak dibandingkan di negara maju. Penggunaan rokok dan
berbeda jauh dengan median lama rawat di beberapa tembakau saat ini paling tinggi di Rusia (>60% pria),
negara lain, terutama Eropa.9,17,23 Indonesia (>60% pria), dan China (± 60% pria). 25
Berdasarkan buku Pedoman Penyusunan Menurut World Data Table 2002, prevalensi merokok
Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) Badan Layanan di Indonesia mencapai 59,8%, dan menempati
Umum Rumah Sakit tahun 2011, salah satu kategori urutan nomor 16 di dunia.26 Selain itu, Gaziano dkk
Indikator Kinerja Operasional adalah efisiensi mengemukakakan bahwa Indonesia, Pakistan, dan
pelayanan. Average Length of Stay (ALOS) merupakan Bangladesh masuk dalam sepuluh besar dalam jumlah
salah satu poin indikator efisiensi tersebut. Pada poin absolut pengidap diabetes. Meksipun indeks massa
ALOS untuk pasien umum, skor tertinggi didapatkan
bila lama rawat rata-rata antara 6-9 hari dan skor
146 Ina J CHEST Crit and Emerg Med | Vol. 2, No. 4 | October - Dec 2015
Gambaran Lama Rawat dan Profil Pasien Gagal Jantung di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Tahun 2012
tubuh yang lebih rendah, populasi Asia dispekulasikan saluran pernafasan sejak periode 1993-1994 hingga
memiliki risiko yang diabetes lebih tinggi akibat periode 2005-2006. Dalam penelitiannya, kejadian
kecenderungan menderita obesitas abdominal yang PPOK mencapai 36,8%, asma 2,8%, dan pneumonia
lebih besar.25 Semua hal tersebut menjadi faktor- 19% pada periode 2005-2006. Sedangkan, gagal nafas
faktor yang mendukung kecenderungan terjadinya akibat jantung/paru menurun dari 8,3% (1993-1994)
peningkatan prevalensi penderita penyakit jantung menjadi 5,6% (2005-2006).10 Penelitian-penelitian
iskemik di Indonesia. Data dari Sistem Informasi lain tidak menggambarkan secara detail kondisi
Rumah Sakit 2007 melaporkan penyakit jantung penyakit saluran pernafasan selama perawatan.
iskemik menempati proporsi terbanyak dari jumlah Kajimoto dkk menyatakan prevalensi PPOK pada awal
pasien jantung yang dirawat di rumah sakit.2 Pada perawatan pasien gagal jantung di Jepang sebesar
hasil penelitian ini, prevalensi diabetes mellitus pada 12,2%.7 Whellan menyatakan riwayat asma atau
pasien gagal jantung di RSUPN-CM adalah 33,2%. Hal PPOK pada awal perawatan sebesar 25,81 - 30,93%.8
ini tampaknya tidak berbeda dibandingkan dengan Sedangkan, Dusemund menyatakan pneumopati
data sebelumnya yang ditampilkan oleh Kajimoto pada awal perawatan sebesar 21,3%.9 Di RSUPN-
dkk di Jepang (33,8%)7 dan Wright dkk di Selandia CM, kejadian saluran pernafasan akut pada pasien
Baru (29%).3,26 Prevalensi hipertensi pada pasien gagal jantung di RSUPN-CM mencapai 45,9%. Angka
gagal jantung yang terdapat di RSUPN-CM (57,1%) tersbeut merupakan hasil akumulasi dari diagnosis
tidak berbeda bermakna dengan yang terdapat pada asma, PPOK, maupun pneumonia, berdasarkan rekam
penelitian sebelumnya, baik yang dilakukan oleh medis pasien sejak diagnosis awal perawatan hingga
Wright dkk. (52%)3, Bueno dkk (52,2%)10 dan Foraker diagnosis akhir pada saat kepulangan.
(52,8%)16. Prevalensi hipertensi di Indonesia sendiri Hasil akhir perawatan dapat dipengaruhi oleh
(41%) juga tidak berbeda bermakna dengan komorbiditas sehingga Charlson Comorbidity Index
prevalensi (CCI) pun digunakan untuk menghitung indeks
hipertensi secara global (38,4%) berdasarkan data komorbiditas pasien. Indeks ini dibuat oleh Charlson
dari South East Asian Regional Office - World Health dkk dan dimodifikasi lebih lanjut oleh Quan dkk
Organization (SEARO-WHO) 2013.27 Namun demikian, (2011). Skor CCI dengan frekuensi tertinggi dalam
Indonesia memiliki prevalensi hipertensi tertinggi penelitian adalah 3 (30,2%), diikuti CCI 2 (28,1%)
kedua setelah Myanmar di regional Asia Tenggara dan dan CCI 4 (17,5%). Skor CCI <2 tidak ditemukan
pengidap hipertensi di Indonesia memiliki tingkat karena pembobotan yang dilakukan oleh Quan dkk
kesadaran yang paling rendah (24%).27 Hal ini tentu terhadap diagnosis gagal jantung adalah 2.20 Hal ini
saja perlu menjadi perhatian bagi para tenaga medis menyebabkan hasil dari penelitian ini tidak dapat
dan edukator kesehatan. dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang
Pada penelitian ini, prevalensi gangguan fungsi dilakukan oleh Foraker dkk yang menyatakan bahwa
ginjal mencapai 46,2% yang merupakan diagnosa 83,9% pasien memiliki skor CCI <2.16
kumulatif antara prevalensi gangguan fungsi ginjal
pada awal perawatan maupun insidens gangguan Terapi
fungsi ginjal yang baru terjadi dalam perawatan. Keputusan pemberian beberapa terapi
Wright dkk menyatakan insidens gangguan fungsi berhubungan dengan beratnya derajat gagal jantung
ginjal dalam perawatan, termasuk gagal ginjal akut pasien. Pemberian terapi penyekat beta tampak
atau makin berkurang sejalan dengan makin beratnya
eksaserbasi gangguan fungsi ginjal kronis mencapai kelas fungsional gagal jantung pasien, sedangkan
10,6% selama perawatan gagal jantung.3 Sedangkan, presentase pemberian diuretik intravena dan digoksin
Rohde dkk menyatakan peningkatan kreatinin meningkat dengan makin beratnya kelas fungsional
sebagai komplikasi perawatan sebesar 16% di salah pasien. Penggunaan terapi penyekat beta pada pasien
satu rumah sakit Amerika Serikat dan 19% di rumah gagal jantung di RSUPN-CM masih rendah (41,7%)
sakit lain di Brazil.5 Peneliti-peneliti lain menyatakan dan tidak jauh berbeda dengan angka yang dilaporkan
gangguan fungsi ginjal pada awal perawatan mencapai oleh Rohde pada sebuah rumah sakit tersier di
15,88 - 61,3%.8-10,18 Wright dkk mendapatkan insidens Amerika Serikat pada tahun 2005 (37%).5 Namun,
komplikasi saluran pernafasan selama perawatan angka ini saat berbeda dibandingkan dengan laporan
adalah 19,3%.3 Sedangkan, Bueno dkk menunjukkan
adanya kecenderungan peningkatan komorbiditas
Ina J CHEST Crit and Emerg Med | Vol. 2, No. 4 | October - Dec 2015 147
Kristoforus H. Djaya, Sally A. Nasution, Dono Antono
Horwich dkk tahun 2009 yang melibatkan 81.810 Dengan berbagai kendala pemberian terapi di RSUPN-
pasien gagal jantung di Amerika Serikat. Penggunaan CM, penggunaan penghambat ACE/ARB yang hampir
terapi penyekat beta mencapai angka minimal 91,5% mencapai angka 80% ini telah mendekati angka yang
pada mereka yang masuk perawatan pada akhir pekan didapat di Amerika Serikat dalam studi kohort 2005-
(n=17.822).18 2009 di atas. Penggunaan spironolakton pada pasien
Pencatatan penggunaan terapi tertentu pada gagal jantung di RSUPN-CM (32,6%) tidak jauh berbeda
penelitian ini didasarkan secara de facto, dan dengan penggunaannya di luar negeri.5,18 Horwich
dilakukan penelusuran secara ekstensif pada catatan dkk menampilkan data penggunaan Amerika Serikat
pemberian obat (kardeks obat) perawat ruangan berkisar antara 23,6-25,7%.18 Di Brazil, penggunaan
setiap hari. Bukan hanya berdasarkan rencana spironolakton di sebuah rumah sakit tersier mencapai
perawatan pada awal penerimaan pasien atau follow 34% pada akhir perawatan pasien gagal jantung
up dokter. Dalam pelaksanaan sehari-hari, banyak kongestif.5 Demikian pula halnya dengan penggunaan
kendala yang mungkin terjadi terhadap rencana digoksin. Pemakaian di RSUPN-CM mencapai 38,1%,
yang telah dibuat oleh dokter ruangan, masukan sedangkan pemakaian di Amerika Serikat dan Brazil
dari dokter spesialis konsultan, maupun perawat mencapai 45-46% pada awal perawatan dan 56%
yang hendak memberikan obat. Beberapa hal yang pada akhir perawatan.5
seringkali terjadi, misalnya informasi yang terhambat Durasi penggunaan loop diuretic (furosemide)
oleh gangguan mekanisme komunikasi pemesanan intravena di RSUPN-CM (median 4 hari) lebih panjang
obat (gangguan jaringan komputer atau intranet dibandingkan dibandingkan di luar negeri. Bahkan
untuk peresepan digital), persediaan obat-obatan pada pasien dengan derajat berat gagal jantung yang
yang kosong, masalah administrasi jaminan pasien lebih tinggi (NYHA functional class III dan IV), median
yang belum diselesaikan, pencatatan di kardeks obat penggunaan loop diuretic intravena adalah 5 hari
yang tidak lengkap, dan berbagai kendala lainnya. (0 - 28 hari) [n = 151]. Wright dkk membandingkan
Semua hal itu secara kumulatif mempengaruhi jumlah rata-rata penggunaan diuretik intravena pada
dan jenis obat-obatan yang pada akhirnya dikonsumsi pasien dengan lama rawat <6 hari adalah 1,2 hari;
oleh pasien. sedangkan pada pasien dengan lama rawat ≥6 hari
Penggunaan terapi penyekat beta pada pasien adalah 3,3 hari.3 Hal ini menggambarkan adanya
gagal jantung juga dapat ditelusuri lebih lanjut penggunaan loop diuretic yang berlebihan di RSUPN-
berdasarkan derajat beratnya gagal jantung. Pada CM. Sebanyak 39 kasus (11,9%, n=327) bahkan
pasien dengan kelas fungsional NYHA I, terapi mengalami pemberian loop diuretic intravena ≥10
penyekat beta diberikan pada 65% pasien, 50,3% hari. Cukup banyak pasien yang mendapatkan diuretik
pada pasien dengan kelas fungional NYHA II, serta intravena sejak awal perawatan dan baru dihentikan
28,7 % dan 32,4% pada masing-masing pasien dengan pada saat pasien dipulangkan. Hal ini terbukti dari
kelas fungsional NYHA III dan IV. Hal ini menunjukkan data statistik yang didapatkan bahwa sebanyak 66
bahwa penggunaan terapi penyekat beta di RSUPN- pasien (20,2%) mendapatkan loop diuretic intravena
CM masih terbatas pada pasien-pasien dengan kelas selama masa perawatan (median 4 hari, 0 - 21 hari).
fungsional NYHA III dan IV, walaupun beberapa studi Jumlah tindakan selama perawatan yang terbanyak
dan literatur telah mendukung pemberian terapi adalah 2-3 tindakan (masing-masing 26,6%). Jumlah
penyekat beta bagi pasien dengan gagal jantung tindakan dihitung dengan menjumlahkan jumlah
stadium lanjut.28,29 tindakan diagnostik dan jumlah tindakan terapeutik
Pemberian terapi penghambat ACE maupun ARB yang dijalani oleh pasien selama perawatan. Namun
di RSUPN-CM (79,2%) tidak jauh berbeda dengan demikian, suatu tindakan yang dilakukan berulang-
penggunaannya di luar negeri.5,8,18 Rohde dkk (2005) ulang (misalnya EKG) hanya dicatat satu kali
mengungkapkan penggunaan terapi penghambat ACE sehingga jumlah tindakan yang dilakukan dalam
di sebuah rumah sakit tersier Amerika Serikat hanya penelitian ini lebih mencerminkan jumlah dari jenis
sebesar 57%. Di Brazil, pemakaian dapat mencapai tindakan yang dijalani oleh pasien. Jumlah ini tidak
68%.5 Sedangkan. Whellan dkk dan Horwich dkk dapat dibandingkan dengan penelitian-penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan penghambat ACE/ sebelumnya dikarenakan penelitian-penelitian
ARB di Amerika Serikat mencapai minimal 87%.8,18 yang lalu hanya menyatakan persentase dari jumlah
148 Ina J CHEST Crit and Emerg Med | Vol. 2, No. 4 | October - Dec 2015
Gambaran Lama Rawat dan Profil Pasien Gagal Jantung di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Tahun 2012
prosedur yang dilakukan pasien, bukan jumlah fungsional NYHA adalah 8 hari, sedangkan median
tindakannya.8 untuk kelas fungsional NYHA III dan IV adalah 9 hari.
Waktu Pemeriksaan Penunjang Mengingat tingginya jumlah rekam medis yang tidak
Pada penelitian ini, tampak bahwa pemeriksaan ditemukan dalam pengambilan sampel dan tingginya
rontgent toraks dan pemeriksaan ekokardiografi jumlah pasien yang dieksklusi akibat kesalahan
hanya dilakukan pada sebagian pasien setelah pencatatan, diperlukan perbaikan sistem pencatatan
masuk perawatan (68% vs 55%). Hanya sebagian dan penyimpanan rekam medis pasien di RSUPN-CM.
kecil melakukan pemeriksaan rontgent toraks dan Beberapa hal yang dapat dipertimbangkan, antara
ekokardiografi sebelum masuk perawatan (10,9% vs lain penggunaan sistem rekam medis elektronik dan
9,4%). Sedangkan, pemeriksaan EKG dilakukan secara peningkatan SDM.
rutin pada hampir semua pasien yang dirawat Cut-off value dari lama rawat pasien gagal jantung
(96,7%). perlu ditentukan untuk menjadi batasan operasional
Waktu tunggu pemeriksaan penunjang setelah pasien penelitian berikutnya maupun sebagai indikator
dirawat yang paling lama adalah ekokardiografi keberhasilan pelayanan di RSUPN-CM. Beberapa
(median 3 hari). Sebagian besar pasien yang menjalani penelitian lain dapat direncanakan untuk mempelajari
EKG dan rontgent toraks justru mendapatkan lebih lanjut mengenai tingginya persentase penyakit
pemeriksaan tersebut pada hari awal mereka dirawat jantung iskemik sebagai etiologi dari gagal jantung,
(median 0 hari). Hari pertama perawatan di akhir pemberian terapi tertentu (terutama golongan
pekan penyekat beta, ACEI/ARB, serta diuretik intravena
(Sabtu dan Minggu) tampaknya tidak mempengaruhi pada pasien-pasien gagal jantung), analisis hubungan
waktu tunggu pemeriksaan EKG dan rontgent toraks. antara berbagai variabel yang terdapat dalam
Median waktu menuju pemeriksaannya adalah tetap 0 penelitian ini, serta analisis pengaruh berbagai
hari (hari yang sama). Namun, median waktu tunggu variabel terhadap lama rawat pasien gagal jantung di
pemeriksaan ekokardiografi lebih singkat (2 hari) RSUPN-CM.
pada
pasien yang masuk rawat pada akhir pekan. Alasan DAFTAR PUSTAKA
fenomena tersebut masih belum dapat dipastikan dan
1. Hunt SA, Abraham WT, Chin MH, Feldman AM, Francis GS,
memerlukan penelusuran lebih lanjut (beban kerja Ganiats TG, dkk. 2009 Focused update incorporated into the
ACC/AHA 2005 guidelines for the diagnosis and management
yang berkurang pada akhir pekan, penggunaan alat of heart failure in adults: a report of the American College of
ekokardiografi yang lebih sedikit pada akhir pekan, Cardiology Foundation/American Heart Association Task Force
on Practice Guidelines. Circulation. 2009. 119: e391-e479.
atau penyebab yang lain).
2. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2009.
Mortalitas
3. Wright SP, Verouhis D, Gamble G, Swedberg K, Sharpe N,
Angka kematian atau mortalitas pasien gagal Doughty RN, dkk. Factors influencing the length of hospital stay
jantung di RSUPN-CM tahun 2012 sebesar 10,3% of patients with heart failure. Eur J Heart Fail. 2003; 5: 201-9.
4. Organisation for Economic Co-operation and Development.
untuk Health at a Glance 2011: OECD Indicators. OECD Publishing.
semua pasien gagal jantung. Namun, angka mortalitas [updated 2011; cited March 2013]. Available from:
www.oecd.org/els/health-systems/49105858.pdf
pasien gagal jantung kelas fungsional NYHA III dan IV 5. Rohde LE, Clausell N, Ribeiro JP, Goldraich L, Netto R, William
saja sedikit lebih tinggi, yaitu 14,5%. Krumholz dkk DG, dkk. Health outcomes in decompensated congestive heart
failure: a comparison of tertiary hospitals in Brazil and United
(2013) meneliti pasien gagal jantung dari 4767 rumah States. Int J Cardiol. 2005. 102: 71- 7.
sakit di Amerika Serikat dan melibatkan 1.161.179 6. Phillips CO, Wright SM, Kern DE, Singa RM, Shepperrd S, Rubin
HR. Comprehensive discharge planning with postdischarge
pasien penerima jaminan sosial Medicare mulai Juli support for older patients with congestive heart failure: a meta-
2005 hingga Juni 2008. Studi itu mendapatkan bahwa analysis. JAMA. 2004. 291(11): 1358-67.
rerata mortalitas 30 hari perawatanadalah 11,17% 7. Kajimoto K, Sato N, Keida T, Mizuno M, Sakata Y, Asai K, dkk.
Association between length of stay, frequency of in-hospital
(SD ±1,46). Angka itu menandakan bahwa kematian death, and causes of death in Japanese patients with acute heart
pasien gagal jantung di RSUPN-CM tahun 2012 tidak failure syndromes. Int J Cardiol. 2013 Sep 20; 168(1): 554-6.
8. Whellan DJ, Zhao X, Hernandez AF, Liang L, Peterson ED, Bhatt
jauh berbeda dengan angka kematian rata-rata pasien DL, dkk. Predictors of hospital length of stay in heart failure:
gagal jantung yang dirawat di Amerika Serikat pada findings from get with the huidelines. J Card Fail. 2011 Aug;
17(8): 649-56.
tahun 2005 - 2008.34
Simpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan
bahwa median lama rawat pasien gagal jantung di
RSUPN-CM pada tahun 2012 untuk semua kelas
Ina J CHEST Crit and Emerg Med | Vol. 2, No. 4 | October - Dec 2015 149
Kristoforus H. Djaya, Sally A. Nasution, Dono Antono
9. Dusemund F, Steiner M, Vuilliomenet A, Muller C, Bossart R, 21. Central Intelligence Agency. The World FactBook 2013. [updated
Regez K, dkk. Multidisciplinary assessment to personalize 2013; cited Octpber 2013]. Available from: https://www.cia.
length of stay in acute decompensated heart failure (OPTIMA II gov/library/publications/the-world-factbook/fields/2102.
ADHF). J Clin Med Res. 2012. 4(6): 402-9. html
10. Bueno H, Ross JS, Wang Y, Chen J, Vidan MT, Normand SL, dkk. 22. Singh N, Gupta M. Clinical characteristic of South Asian patients
Trends in length of stay and short-term outcomes among hospitalized with heart failure. Ethn Dis. 2005. 15(4):615-9.
medicare patients hospitalized for heart failure, 1993-2006. 23. Bagian Perencanaan RSUPN-CM. Profil Pelayanan RSUPN-CM;
JAMA. 2010. 303 (21): 2141-47. 2012. [Tidak dipublikasikan].
11. Berkowitz R, Blank LJ, Powell SK. Strategies to reduce 24. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementrian
hospitalization in the management of heart failure. Lippincotts Kesehatan RI. Pedoman Penyusunan Rencana Bisnis dan
Case Man. 2005; 10 (6S): S1-15. Anggaran (RBA) Badan Layanan Umum Rumah Sakit. Jakarta:
12. Francis GS, Tang WHW. Pathophysiology of congestive heart Departemen Kesehatan; 2011.
failure. Rev Cardiovasc Med. 2003; 4 (Suppl 2): S14-20. 25. Gaziano TA, Bitton A, Anand S, Abraham-Gessel S, Murphy A.
13. Mann DL. Heart Failure and Cor Pulmonale. Dalam: Fauci AS, Growing epidemic of coronary heart disease in low- and middle-
Braunwald E, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, dkk. income countries. Curr Probl Cardiol. 2010; 35(2): 72-115.
Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th ed. USA: 26. World Health Organization. World Data Table. [updated 2013;
McGraw-Hill; 2008. Vol 2: p. 1443 - 53. cited October 2013]. Available from
14. The Criteria Committee of the New York Heart Association. 27. www.who.int/entity/cardiovascular_diseases/en/cvd_
Nomenclature and Criteria for Diagnosis of Diseases of the atlas_29_world_data_table.pdf
Heart and Great Vessels. 9th ed. Boston: Little, Brown & Co.
1994: 253-6. 28. Krishnan A, Garg R, Kahandaliyanage A. Hypertension in the
South-East Asia Region: an overview. Regional Health Forum.
15. Joshi AV, D’Souza AO, Madhavan SS. Differences in hospital 2013; 17(1): 7-14.
length-of-stay, charges, and mortality in congestive heart failure
patients. Congest Heart Fail. 2004. 10(2):76-84. 29. Klapholz M. β-Blocker use for the stages of heart failure. Mayo
Clin Proc. 2009. 84(8): 718-29.
16. Foraker RE, Rose KM, Chang PP, Suchindran CM, McNeill AM,
Rosamond WD. Hospital length of stay for incident heart failure: 30. Chavey WE. The importance of beta blockers in the treatment of
Atherosclerosis risk in Communities (ARIC) Cohort: 1987- heart failure. Am Fam Physician. 2000. 62(11): 2453-62.
2005. J Healthc Qual. 2014; 36(1):45-51. 31. Malnick SDH, Duek G, Beilinson N, Neogolani V, Bsevitz A, Somin
17. Frigola-Capell E, Comin-Colet J, Davins-Miralles J, Gich-Saladich M, dkk. Routine chest x-ray on hospital admission: does it
I, Wensing M, Verdu Rotellar JM. Trends and predictors of contribute to diagnosis or treatment? IMAJ. 2010; 12: 357-61.
hospitalization, readmissions and length of stay in ambulatory 32. National Guideline Clearinghouse. ACR Appropriateness
patients with heart failure. Rev Clin Esp. 2013. 213(1):1-7 Criteria: Routine Chest Radiographs in ICU Patients. [updated
18. Horwich TB, Hernandez AF, Liang L, Albert NM, Yancy CW, 2012; cited October 2013]. Available from: http://www.
Fonarow GC, dkk. Weekend hospital admission and discharge guideline.gov/content.aspx?id=35151
for heart failure: association with quality of care and clinical 33. Walker D, Kemp E, Mchin S. A guide for review and improvement
outcomes. Am Heart J. 2009; 158(3): 451-8. of hospital based heart failure services. [updated 2010; cited
19. US Department of Health and Human Services. The Seventh October 2013]. Availabel from:
Report of the Joint National Committee on Prevention, http://www.improvement.nhs.uk/heart
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. 34. Munt B, O’Neill BJ, Koilpillai C, Gin K, Jue J, Honos G, dkk. Treating
[updated 2003; cited March 2013]. Available from: http://www. the right patient at the right time: access to echocardiography in
nhlbi.nih.gov/ Canada. Can J Cardiol. 2006. 22(12): 1029-33.
20. Quan H, Li B, Couris CM, Fushimi K, Graham P, Hider P, dkk. 35. Krumholz HM, Lin Z, Keenan PS, Chen J, Ross JS, Dryes EE, dkk.
Updating and validating the Charlson comorbidity index and Relationship between hospital readmission and mortality rates
dcore for risk adjustment in hospital discharge abstracts using for patients hospitalized with acute myocardial infarction, heart
data from 6 countries. Am J Epid. 2011; 173(6): 676-82. failure, or pneumonia. JAMA. 2013. 309(6): 587-93.
150 Ina J CHEST Crit and Emerg Med | Vol. 2, No. 4 | October - Dec 2015