Pengaruh Frekuensi Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Bibit JABON MERAH (Anthocephalus Macrophyllus (Roxb.) Havil)

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN AIR TERHADAP

PERTUMBUHAN BIBIT
JABON MERAH (Anthocephalus macrophyllus (Roxb.) Havil)
Oleh
Sukarman Hi. Jafar, Alfonsius Thomas, Josephus. I. Kalangi dan Marthen. T. Lasut.

ABSTRACT

Frequency Effect on growth of seedlings water provision jabon Red (Anthocephalus


Macrophyllus (Roxb.) Havil)

The supply of water to the seeds of red jabon can enhance plant growth. In
this research studied the effect of watering frequency on growth jabon water red.
This study was conducted in Greenhouse Silviculture Faculty of Agriculture,
University of Sam Rarulangi which runs from August s / d in October 2012. The
purpose of this study was to determine the intensity of a good watering the
seedlings growth jabon red. This study used an experimental method completely
randomized design (CRD) with 4 treatments and 6 replications. Treatment A
Watering the first time (600 cc), B is watering 2 times (300 cc), C is watering 3
times (200 cc) and D is Watering 4 times (150 cc). Growing media used in this
study are basic media such as soil, sand and chicken manure with a ratio of 7: 2: 1.
The parameters measured were plant height, diameter, leaf number, root volume,
dry crown weight, temperature and humidity.
The results showed that there is an influence on the frequency of watering
is water height growth, diameter, number of leaves, root volume and dry weight of
seedlings jabon red canopy. Watering 2 times a day (300 cc), can provide good
results in high growth, diameter, number of leaves and dry weight of the canopy.
While the root volume parameter, watering 4 times a day (150 cc) gives good
results.

I. PENDAHULUAN Havil. Saat ini, jabon menjadi andalan


industri perkayuan, termasuk kayu lapis,
Pohon jabon merupakan jenis pohon kayu lamina dan industri perkayuan lainnya.
penghasil kayu yang dewasa ini sementara Jabon merah dapat tumbuh subur di hutan
gencar dikembangkan masyarakat Indonesia tropis dengan ketinggian 50-1000 meter dpl.
karena memiliki pertumbuhan yang cepat. Jabon merah adalah pohon kayu yang
Jabon yang dikenal dibedakan atas dua jenis bentuk batang lurus yang hampir tak
antara lain jabon putih (Anthocephalus bercabang, tinggi batang dapat mencapai 40
cadamba Roxb.) dan jabon merah meter, dengan tinggi bebas cabang 30 meter
[Anthocephalus macrophyllus (Roxb.) dan diameter batang 40-50 cm. Jabon merah
Havil.]. Jabon merah lebih dikenal dengan memiliki ciri tersendiri yaitu disamping
nama lokal samama (Maluku), karumama termasuk jenis yang cepat tumbuh atau fast
(Sulawesi Utara), yang memiliki nama growing spesies jabon merah juga mampu
ilmiah Anthocephalus macrophyllus (Roxb.)
1
menggugurkan ranting dan daun bagian 2 bulan yaitu pada bulan Agustus-Oktober
bawah atau pruning secara alami sehingga 2012..
dapat tumbuh lurus meninggi tanpa cabang
(Mulyana, Asmarahan dan Fahmi, 2011). 2.2 Alat dan Bahan
Jabon merah merupakan salah satu jenis Alat dan bahan yang digunakan
tumbuhan asli Indonesia yang berpotensi adalah alat tulis menulis, pisau, penggaris,
untuk dikembangkan dalam pembangunan jangka sorong (caliper), bambu, polibag
hutan tanaman maupun untuk tujuan ukuran 22 x 25 cm, corong, ember, botol
lainnya, seperti reklamasi lahan bekas aqua 600 cc, sprayer, air, timbangan, sekop,
tambang, penghijauan dan pohon peneduh gelas ukur 100 cc, springe terumo 20 cc,
(Mansur dan Tuheteru 2010). Hal ini thermohydrometer digital , kamera, tanah,
dikarenakan jabon dapat tumbuh di berbagai pasir, pupuk kandang ayam, pupuk NPK dan
tipe tanah, tidak memiliki hama dan bibit jabon merah.
pernyakit yang serius (Pratiwi 2003).
Air adalah salah satu komponen fisik 2.3 Metode Penelitian
yang sangat vital dan dibutuhkan dalam 1) Prosedur Kerja
jumlah besar untuk pertumbuhan dan a. Penyiapan Media
perkembangan tanaman. Sebanyak 85-90 % Media tanam yang digunakan adalah
dari bobot segar sel-sel dan jaringan tanah, pasir, dan pupuk kandang ayam.
tanaman tinggi adalah air (Maynard dan Media tanam tanah dan pasir disterilkan
Orcott 1987). dahulu dengan cara dijemur selama 1
Doorenbos dan Kassam (1979) minggu untuk menghilangkan gulma dan
menyatakan bahwa untuk mempercepat hama. Tanah, pasir, dan pupuk kandang
pertumbuhan dan meningkatkan hasil berdasarkan rekomendasi di campur dengan
tanaman perlu penyiraman sesuai kebutuhan perbandingan 7:2:1. Media yang telah
air. Trisnawati dan Setiawan (2008) terbentuk tersebut, di masukkan ke dalam
meyatakan bahwa penyiraman dipengaruhi polibag yang berukuran 22 x 25 cm
oleh tiga faktor, yaitu: mengganti air yang kemudian di timbang dan disirami air.
telah menguap, memberi tambahan air yang b. Penyiapan Bibit
dibutuhkan oleh tanaman, dan Bibit yang akan digunakan adalah
mengembalikan kekuatan tanaman. dapat bibit yang berumur sekitar 3 bulan. Bibit
tumbuh lurus meninggi tanpa cabang disortir berdasarkan tinggi, jumlah daun,
(Mulyana, Asmarahan dan Fahmi, 2011). bebas dari serangan hama dan penyakit.
c. Penyapihan
Penyapihan dilakukan pada pagi hari
II. METODOLOGI PENELITIAN
di bawah naungan (paranet). Bibit
dipindahkan dipolibag yang berukuran 22 x
2.1 Tempat dan Waktu
25 cm dengan membuat lubang tanam 10-12
Penelitian ini dilakukan di Rumah
cm, bibit ditanam dalam lubang hingga
Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sam
bagian akar tertanam.
Ratulangi Manado dan dilaksanakan selama

2
d. Pemberian Label dilakukan setiap satu minggu sekali selama
Pemberian label dilakukan untuk 2 bulan. Pengukuran tinggi dilakukan
membedakan suatu perlakuan dengan dengan menggunakan penggaris, diukur
ulangan tertentu dalam satuan pengamatan. mulai dari permukaan tanah hingga titik
e. Proses Adaptasi dan Pemeliharaan tumbuh pucuk bibit. Pengukuran tinggi
Setelah penyapihan, bibit jabon dilakukan setiap satu kali dalam seminggu.
diletakkan dalam rumah kaca selama Pengukuran diameter menggunakan jangka
seminggu di bawah naungan (paranet). sorong, diukur pada pangkal batang sekitar 3
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu cm dari permukaan tanah yang sudah
pagi dan sore hari dengan menggunakan ditandai. Pengukuran dilakukan setiap 1
sprayer agar media tetap lembab. Untuk minggu sekali. Menghitung jumlah daun
menjaga media dari serangan semut, maka akan dilakukan setiap seminggu sekali untuk
di berikan furadane 0,5 g/tanaman, selain itu mengetahui pertambahan jumlah daun.
juga dilakukan pembersihan gulma. Pengukuran volume akar dilakukan pada
f. Pengaturan Bibit akhir pengamatan. Sampel dibersihkan
Bibit jabon merah yang telah terlebih dahulu dengan air, kemudian akar
melewati proses adaptasi diatur pada meja- dimasukkan kedalam gelas ukur yang sudah
meja dalam rumah kaca sesuai dengan lay berisi air. Dari hasil pengukuran dapat
out percobaan. Penempatan bibit akan diketahui volume akar dari bibit jabon
diacak secara lengkap dengan cara diundi. merah. Pengukuran berat kering tajuk
Jarak antar tanaman sekitar 60 x 60 cm. dilakukan pada akhir pengamatan. Sampel
g. Pengendalian Hama dan Penyakit tanaman dipotong menjadi bagian-bagian
Untuk mengantisipasi bibit jabon kecil kemudian dibungkus dengan koran dan
dari serangan hama dan penyakit, maka dimasukkan kedalam oven dengan suhu
dilakukan pemantauan secara berkala. Selain berkisar 70 – 80o c selama dua hari. Sampel
itu dilakukan penyemprotan pestisida jika ditimbang menggunakan timbangan analitik
ada indikasi serangan hama. dari hasil pengamatan, maka dapat diketahui
h. Pemupukan berat kering bibit jabon merah. Untuk
Pemupukan dilakukan setiap dua pengukuran suhu dan kelembaban diamati
minggu sekali. Penaburan pupuk dilakukan setiap hari (pagi, siang, sore) menggunakan
setelah pengambilan data awal. Pupuk thermohygrometer digital.
ditabur dengan jarak sekitar 3 cm dari
batang. 2.4 Racangan Penelitian
Rancangan penelitian yang
2) Pengukuran dan Pengamatan digunakan adalah metode Rancangan Acak
Parameter yang diamati adalah tinggi Lengkap (RAL), dengan 4 perlakuan dan 6
tanaman, diameter, jumlah daun, volume ulangan. Setiap perlakuan diulang sebanyak
akar, berat kering tajuk, suhu dan 6 kali dan setiap ulangan terdiri atas 1
kelembaban. Pengukuran tinggi bibit tanaman. Dengan demikian jumlah bibit
dilakukan setelah proses adaptasi bibit di yang diamati sebanyak 24 tanaman.
lapangan yaitu selama 7 hari. Pengukuran
3
Adapun perlakuanya sebagai berikut :
A = Penyiraman 1 kali (600 cc) pada pukul 2.5 Analisis Data
07.00 Analisis data menggunakan analisis
B = Penyiraman 2 kali (300 cc) pada pukul keragaman ( Analisis Of Varian). Apabila
07.00 dan 17.00 hasilnya signifikan maka dilanjutkan dengan
C = Penyiraman 3 kali (200 cc) pada pukul uji BNT (Beda Nyata Terkecil).
07.00, 12.00 dan 17.00
D = Penyiraman 4 kali (150 cc) pada pukul
07.00, 10.20, 13.40 dan 17.00
III. HASIL DAN PEMBAHASAN yang tidak nyata pada pengamatan umur 42
HST, 49 HST, 56 HST dan 63 HST
3.1 Tinggi Tanaman Jabon Merah
sedangkan pada umur 14 HST, 21 HST, 28
Hasil analisis varians frekuensi
HST dan 35 HST berpengaruh nyata (Tabel
penyiraman air terhadap rata-rata tinggi
1).
tanaman jabon merah, didapat pengaruh
Perlakuan

Rata-rata Tinggi Jabon Merah pada Umur

14 21 28 35 42 49 56 63
HST HST HST HST HST HST HST HST

A 5,28 a 6,82 a 8,70 a 10,98 a 13,20 14,68 16,37 16,93


B 5,85 b 7,45 b 9,30 a 12,00 a 14,48 16,53 18,10 19,17
C 6,42 c 7,92 b 8,90 a 11,47 a 12,55 14,80 15,77 16,88
D 7,75 d 9,53 c 11,02 b 13,37 b 14,60 16,55 18,07 19,03
BNT
0,50 0,55 0,83 1,38 - - - -
(5%)
Ket: Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak
berbeda nyata menurut uji BNT 5%. HST = Hari setelah tanam.

4
32.00

Tinggi Tanaman (cm)


16.00
A
B
8.00 C
D

4.00
14 28 42 56
Umur Tanaman (HST)

Gambar 1. Rata-rata Tinggi Tanaman pada Berbagai Umur Tanaman

Hasil pengamatan menunjukkan dinding sel untuk merentang. Kondisi ini


pada 63 HST didapat rata-rata pertumbuhan juga memacu pembentukan gula yang dapat
tinggi tanaman jabon merah tertinggi memperbesar sel-sel vakuola yang besar
diperoleh pada perlakuan B yaitu terbentuk. Vakuola ini secara relatif
penyiraman 2 kali sehari (19,17 cm). mengisap air dalam jumlah yang besar
Sedangkan pertumbuhan tinggi terendah akibat absorbsi air ini. Tanaman akan
terdapat pada perlakuan C penyiraman 3 kali mampu tumbuh dengan baik bila kebutuhan
sehari (16,88 cm). airnya dapat terpenuhi dalam jumlah dan
Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil waktu yang tepat, serta unsur hara, CO2,
uji lanjut BNT 5% umur 14 HST – 35 HST temperatur dan sinar matahari yang tersedia
pada perlakuan penyiraman 1 kali sehari mencukupi. Sedangkan umur 42 HST – 63
(A), 2 kali sehari (B), 3 kali sehari (C) dan 4 HST pada perlakuan penyiraman 1 kali
kali sehari (D), memberikan pengaruh yang sehari (A), 2 kali sehari (B), 3 kali sehari (C)
nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dan 4 kali sehari (D) tidak berpengaruh
jabon merah. Hal ini disebabkan karena nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman
pada masa pertumbuhan tersebut akar-akar jabon merah. Kenyataan ini dipengaruhi
tanaman jabon merah masih relatif kecil, oleh semakin bertambah besar tanaman,
sehingga tidak membutuhkan suplai air maka semakin besar pula kebutuhan air
dalam jumlah yang banyak, dalam kondisi dalam proses pertambahan tinggi tanaman
ini tanaman masih mampu menyediakan sehingga memberikan dampak frekuensi
kebutuhan air dalam kondisi optimal. penyiraman terhadap tinggi tanaman pada
Kondisi ini selaras dengan pernyataan umur 42 HST – 63 HST yaitu pertumbuhan
(Haryadi, 1986) bahwa pemberian interval tinggi tanaman akan terhambat atau
air dalam kondisi optimal memungkinkan menurun. Dalam kasus ini selaras dengan
hormon tersebut bekerja secara aktif dalam pernyataan Lubis (2000) bahwa jika

5
tanaman kekurangan air, maka proses dapat perlakuan B terbesar dengan nilai 1,90
pertumbuhan terhambat dan hasil akan cm/minggu, kemudian diukuti oleh
menurun. Pemberian yang di bawah kondisi perlakuan A 1,66 cm/minggu, D 1,61 cm/
optimum bagi pertumbuhan tanaman, akan minggu dan C 1,49 cm/minggu.
berakibat tanaman akan terhambat (tanaman
menjadi kerdil) ataupun terlambat untuk 3.2 Diameter Tanaman Jabon Merah
memasuki fase vegetatif selanjutnya. Hasil analisis varians frekuensi
Harjadi (1979) menyatakan bahwa penyiraman air terhadap rata-rata
ketersediaan air sangat mempengaruhi pertumbuhan diameter tanaman jabon
pertumbuhan tinggi tanaman dan merah, didapat pengaruh yang tidak nyata
perkembangan jaringan-jaringan meristem pada pengamatan umur 14 HST, 21 HST, 28
pada titik tumbuh tanaman. HST, 35 HST, 42 HST, 49 HST dan 56
Dari Tabel 1 dan Gambar 1 di HST, sedangkan pada umur 63 HST
peroleh laju pertambahan tinggi jabon merah berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan
akibat perlakuan frekunesi pemberian air di diameter tanaman jabon merah (Tabel 2).

Tabel 2. Rata-rata Diameter Jabon Merah (cm)


Perlakuan

Rata-rata Diameter Jabon Merah pada Umur

14 21 28 35 42 49 56 63
HST HST HST HST HST HST HST HST
A 0,57 0,71 0,85 0,97 1,07 1,11 1,13 1,15 a
B 0,62 0,73 0,88 1,02 1,13 1,17 1,24 1,32 b
C 0,62 0,73 0,86 0,95 1,06 1,13 1,20 1,27 b
D 0,64 0,72 0,84 0,96 1,06 1,12 1,19 1,25 b

BNT
- - - - - - - 0,09
5%
Ket: Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak
berbeda nyata menurut uji BNT 5%. HST = Hari setelah tanam.

6
1.60

Diameteter Tanaman (cm)


A
B
0.80
C
D

0.40
14 28 42 56
Umur Tanaman (HST)

Gambar 2. Rata-rata Diameter Tanaman pada Berbagai Umur Tanaman

Hasil pengamatan pengaruh pertumbuhan vegetatif, air digunakan oleh


frekuensi pemberian air pada Tabel 2 dan tanaman untuk pembelahan dan pembesaran
Gambar 2 menunjukkan bahwa rata-rata sel yang terwujud dalam pertambahan tinggi
pertumbuhan diameter tanaman tertinggi tanaman, pembesaran diameter,
diperoleh pada perlakuan B yaitu perbanyakan daun dan pertumbuhan akar
penyiraman 2 kali sehari (1,32 cm). (Kremer 1969).
Sedangkan pertumbuhan diameter terendah Dari Tabel 2 dan Gambar 2 diperoleh
terdapat pada perlakuan A yaitu penyiraman bahwa laju pertambahan diameter batang
1 kali sehari (1,15 cm). jabon merah akibat perlakuan frekuensi
Tabel di atas menunjukkan bahwa penyiraman air diperoleh bahwa perlakuan
hasil uji lanjut BNT 5 % umur 14 HST B mempunyai nilai tertinggi yaitu 1
sampai 56 HST pada perlakuan penyiraman mm/mgg. Selanjutnya diikuti oleh
1 kali sehari (A), 2 kali sehari (B), 3 kali perlakuan C 0,92 mm/minggu, D 0,87
sehari (C) dan 4 kali sehari (D) tidak mm/minggu dan A 0,82 mm/minggu.
memberikan pengaruh yang nyata terhadap
pertumbuhan diameter tanaman jabon 3.3 Jumlah Daun Jabon Merah (Helai)
merah. Menurut Fitter dan Hay (1981) Hasil analisis varians frekuensi
keadaan cekaman air menyebabkan
penyiraman terhadap rata-rata jumlah daun
penurunan turgor pada sel tanaman dan
berakibat pada menurunnya proses fisiologi. tanaman jabon merah, didapat pengaruh
Air memegang peranan penting bagi yang tidak nyata pada pengamatan umur 14
tanaman. Kandungan air pada tanaman akan HST, 21 HST, 28 HST, 35 HST, 42 HST
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dan dan 49 HST, sedangkan 56 HST dan 63
salah satunya ialah kandungan air itu sendiri HST memberikan pengaruh yang nyata
(Taiz dan Zeiger 2002). Sedangkan pada terhadap pertumbuhan jumlah daun jabon
umur 63 HST berpengaruh nyata terhadap
merah (Tabel 3).
pertumbuhan diameter tanaman. Pada tahap

7
Tabel 3. Rata-rata Jumlah Daun Jabon Merah
Perlakuan
Rata-rata Tinggi Bibit Jabon Merah pada Umur

14 21 28 35 42 49 56 63
HST HST HST HST HST HST HST HST
A 10,00 11,67 12,67 14 15,33 16 17,67 c 17,67 b
B 10,33 11,67 13,00 14 15,33 16 16,67 b 18,00 b
C 10,00 12,00 12,33 14 14,00 16 16,00 a 16,33 a
D 10,33 12,00 12,67 14 14,67 16 16,67 b 17,33 b
BNT
- - - - - - 0,49 0,93
5%
Ket: Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan
tidak berbeda nyata menurut uji BNT 5%. HST = Hari setelah tanam

20.00

18.00

16.00
Jumlah Daun

A
14.00 B
12.00 C
D
10.00

8.00
14 28 42 56
Umur Tanaman (HST)
Gambar 3. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman pada Berbagai Umur Tanaman
Hasil pengamatan pengaruh memberikan pengaruh yang nyata terhadap
frekuensi pemberian air pada Tabel 3 dan pertumbuhan jumlah daun tanaman jabon
Gambar 3 menunjukkan bahwa rata-rata merah pada perlakuan penyiraman 1 kali
pertumbuhhan jumlah daun tanaman sehari (A), 2 kali sehari (B), 3 kali sehari (C)
tertinggi diperoleh pada perlakuan B yaitu dan 4 kali sehari (D). Hal ini
penyiraman 2 kali sehari (18,00 helai). mengindikasikan bahwa tanaman tersebut
Sedangkan pertumbuhan jumlah daun tidak membutuhkan air yang banyak pada
terendah terdapat pada perlakuan C yaitu masa pertumbuhan umur 14 HST – 49 HST
penyiraman 3 kali sehari (16,33 helai). dalam proses pembentukan daun. Cekaman
Tabel di atas menunjukkan bahwa kekeringan dapat disebabkan oleh 2 (dua)
umur 14 HST sampai 49 HST tidak faktor, yaitu kekurangan suplai air di daerah

8
perakaran atau laju kehilangan air sehari (B). Hal ini diduga karena pengaruh
(evapotraspirasi) lebih besar dari absorbsi kelembaban tanah yang bisa dipertahankan
air meskipun kadar air tanahnya cukup. secara sinambung oleh frekuensi
Kekurangan air secara internal pada penyiraman 2 kali sehari. Menurut Harjadi
tanaman berakibat langsung pada penurunan (1996) tanaman sangat membutuhkan air
pembelahan dan pembesaran sel. Tanaman dalam jumlah yang teratur untuk
memiliki reaksi yang sangat kompleks mendukung pertumbuhannya, sehingga
menghadapi cekaman kekeringan. Bentuk pemberian air yang merata sepanjang
morfologi, anatomi dan metabolisme pertumbuhan tanaman akan selalu ideal
tanaman yang berbeda menyebabkan untuk tanaman tersebut. Penyiraman yang
tanaman memiliki respon yang beragam. sedikit-sedikit namun sering dan teratur
Sedangkan pada umur 56 HST dan 63 HST memungkinkan air selalu ada sehingga dapat
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. selalu tersedia bagi tanaman bibit jabon
Pertumbuhan jabon merah pada umur 56 merah, karena hal yang paling penting dari
HST dan 63 HST sudah mulai bertambah, jumlah air yang ada dalam tanah adalah
sehingga pada fase tersebut tanaman ketersediaannya. Ketersediaan air tanah
membutuhkan suplai air yang cukup dalam ditentukan oleh banyaknya air kapiler yaitu
proses fotosintesis untuk membentuk helai- air yang berada di antara kapasitas lapang
helaian daun yang baru. Menurut dan layu permanen (Harjadi 1996).
Soemartono (1990) bahwa air sangat
dibutuhkan oleh tanaman dalam semua 3.4 Volume Akar Tanaman Jabon Merah
proses fisiologis tanaman termasuk (cm3)
pembelahan sel dan proses pembentukan Hasil analisis varians frekuensi
daun. penyiraman air terhadap rata-rata volume
Dari Tabel 3 dan Gambar 3, akar tanaman jabon merah, didapat
menunjukkkan bahwa laju pertambahan berpengaruh nyata pada (perlakuan A, B, C
jumlah daun berkisar antara 0,9 – 1,096 dan D) terhadap pengamatan volume akar
daun/minggu. Pertumbuhan jumlah daun jabon merah (Tabel 4).
tertinggi terdapat pada penyiraman 2 kali

Tabel 4. Rata-rata Volume Akar Jabon Merah (cm3)

Perlakuan Rata-rata Volume Akar


A 209,44 a
B 277,37 b
C 348,13 c
D 416,06 d
BNT 5 % 22,01
Ket: Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan
tidak berbeda nyata menurut uji BNT 5%. HST = Hari setelah tanam

9
625.00

348.13 416.06

Volume Akar (cm3)


125.00 209.44 277.37

25.00

5.00

1.00
A B C D
Perlakuan

Gambar 4. Rata-rata Volume Akar Tanaman pada Berbagai Umur Tanaman

Dari hasil pengamatan menunjukkan penyerapan unsur hara oleh akar tanaman.
bahwa hasil rata-rata pertumbuhan volume Cekaman kekeringan akan mengakibatkan
akar tanaman jabon merah tertinggi rendahnya laju penyerapan air oleh akar
diperoleh pada perlakuan D yaitu tanaman. Ketidakseimbangan antara
penyiraman 4 kali sehari (416,06 cm3). penyerapan air oleh akar dan kehilangan air
Pertumbuhan volume akar terendah terdapat akibat transipirasi membuat tanaman
pada perlakuan A penyiraman 1 kali sehari menjadi layu. Tanaman dapat mengalami
(209,44 cm3). defisit air pada kondisi lingkungan tertentu.
Bila tanaman dihadapkan pada kondisi Defisit air berarti terjadi penurunan gradien
kering terdapat dua macam tanggapan yang potensial air antara tanah, akar, daun dan
dapat memperbaiki status air, yaitu: (1) atmosfer, sehingga laju transpor air dan hara
tanaman mengubah distribusi asimilat baru menurun (Taiz dan Zeiger, 2002).
untuk mendukung pertumbuhan akar dengan Penurunan ini akan mengakibatkan
mengorbankan tajuk, sehingga dapat gangguan pada pertumbuhan tanaman,
meningkatkan kapasitas akar menyerap air terutama pada jaringan yang sedang tumbuh
serta menghambat pemekaran daun untuk (Kramer dan Boyer, 1995). Hal ini biasanya
mengurangi transpirasi, (2) tanaman akan terjadi pada tanah yang kekurangan air,
mengatur derajat pembukaan stomata untuk sehingga gradien potensial air di tanah dan
menghambat kehilangan air lewat transpirasi akar menurun.
(Mansfield & Atkinson 1990). Menurut
Sugiyanto (2008) penyerapan air dan hara 3.5 Berat Kering Tajuk Tanaman Jabon
diserap oleh ujung-ujung akar. Serapan air Merah (gram)
dan hara yang besar menyebabkan Hasil analisis varians frekuensi
perkembangan akar sehingga terjadi penyiraman air terhadap rata-rata berat
keseimbangan volume akar dengan kering tajuk tanaman jabon merah, didapat
berpengaruh nyata pada (perlakuan A, B, C
pertumbuhan tanaman. Rendahnya jumlah
dan D) terhadap pengamatan berat kering
air akan menyebabkan terbatasnya tajuk tanaman jabon merah (Tabel 5).
perkembangan akar, sehingga mengganggu

10
Tabel 5. Rata-rata Berat Kering Tajuk Jabon Merah

Perlakuan Rata-rata Berat Kering Tajuk (g)


A 26,97 a
B 30,01 b
C 25,84 a
D 28,00 a

BNT 5 % 2,91
Ket: Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak
berbeda nyata menurut uji BNT 5%. HST = Hari setelah tanam

32.00
26.97 30.01 28.00
25.84
Berat Kering Tajuk (g)

16.00

8.00

4.00

2.00

1.00
A B C D
Perlakuan
Gambar 5. Rata-rata Berat Kering Tajuk Tanaman pada Berbagai Umur Tanaman

Dari hasil pengamatan menunjukkan organik yang terkandung dalam tanaman


bahwa hasil rata-rata berat kering tajuk tanpa kadar air. Dari hasil rata-rata
tanaman jabon merah tertinggi diperoleh pegamatan berat kering total tanaman
pada perlakuan B yaitu penyiraman 2 kali tanaman jabon merah (30.01 g) pada
sehari (30,01 g), dibandingkan dengan perlakuan B yaitu penyiraman 2 kali sehari
perlakuan lainnya. Pertumbuhan berat memberikan hasil tertinggi dibandingkan
kering tajuk terendah terdapat pada dengan perlakuan lainnya, hal ini
perlakuan C penyiraman 3 kali sehari disebabkan apabila pertumbuhan relatifnya
(25,84 g). lebih cepat maka hasil fotosintesis lebih baik
Berat kering sebagai hasil yang akhirnya berpenaruh pada peningkatan
repsesentasi dari berat basah tanaman, berat kering tanaman. Fotosintesis
merupakan kondisi tanaman yang merupakan proses metabolisme yang sangat
menyatakan besarnya akumulasi bahan penting pada tumbuhan, hal-hal yang harus

11
dipenuhi dalam fotosintesis adalah cahaya, Fitter, A.H. dan R.K.M. Hay. 1981.
CO2, O2, klofil dan air. Pada perlakuan Fisiologi Lingkungan Tanaman.
penyiraman 2 kali sehari (B), memperoleh Gajahmada University Press.
hasil yang tinggi karena ketersediaan air Yogyakarta
yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis Goldsworthy, P.R. dan Fisher, N.M. 1992.
dalam jumlah yang cukup, dimana air sangat Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik.
berpengaruh pada turgiditas sel penjaga Universitas Gadjah Mada Press:
stomata, apabila kekurangan air maka Yogyakarta.
turgiditas sel akan menurun dan akan Halawane, J. E., H.N. Hidayah dan J. Kinho.
menyebabkan stomata menutup. Penutupan 2011. Prospek Pengembangan Jabon
stomata akan menghabat serapan CO2 yang Merah (Anthocephalus macrophyllus
dibutuhkan untuk sintesis karbohidrat (Roxb.) Havil) Solusi Kebutuhan
(Lakitan, 2011). Kayu Masa Depan. Balai Penelitian
dan Pengembangan Kehutanan.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN Manado. 63 hal.
Harjadi, S.S.M.M. 2002. Pengantar
5.1 Kesimpulan Agronomi. Gramedia Pustaka
Frekuensi pemberian air pada bibit Utama. Jakarta.
tanaman jabon merah mempengaruhi Haryadi. 1986. Pengantar Agronomi.
kualitas tumbuhnya, dimana frekuensi Departemen Agronomi Fakultas
pemberian air 2 kali sehari (300 cc) yaitu Pertanian IPB. Bogor. 191 hal.
umur tanaman 3-5 bulan memberikan hasil Haryati. 2003. Pengaruh Cekaman Air
yang baik pada tinggi, diameter, jumlah Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil
daun dan berat kering tajuk. Sedangkan pada Tanaman Fakultas Pertanian
volume akar perlakuan D yaitu penyiraman Universitas Sumatera Utara. Medan.
4 kali sehari. Kramer, PJ. 1969. plant and Soil Water
Relationships. New York: Mc.
5.2 Saran Graw Hill Book Company. Inc. P
Perlu dilakukan penelitian lanjutan 347.
pengaruh frekuensi penyiraman dan Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan
kebutuhan air terhadap bibit tanaman jabon dan Perkembangan Tanaman. PT.
merah dalam hubungannya dengan volume Raja Grafindo Persada. Jakarta.
media tanam. 218 hal.
Lakitan, B. 2011. Dasar-dasar Fisiologi
DAFTAR PUSTAKA Tumbuhan. PT. Raja Grafindo
Doorenbos, J. and A. H. Kassam. 1979. Persada. Jakarta. 205 hal.
Yield Response to Water. FAO Lubis, K. 2000. Tanggapan Tanaman
Irrigation and Drainage Paper 33. Terhadap Kekurangan Air Makalah
FAO, Rome. Seminar. Fakultas Pertanian

12
Universitas Sumatera Utara. Pratiwi. 2003. Prospek Pohon Jabon untuk
Medan. Pengembangan Hutan Tanaman.
Mansfield, T.A. dan C.J. Atkinson. 1990. Buletin Penelitian Kehutanan 4:62-
Stomatal Behavior in Water 66.
Stressed Plants. In Alscher ang Setiawan, B.S. 2010. Membuat Pupuk
Cumming. Editor. Stress Respons Kandang secara Cepat. Penebar
In Plant :Adaptation and Swadaya. Bogor. 69 hal.
Acclimation Mechanisms. New Soemartono. 1990. Genetika Kuantitaif dan
York: Wiley-Liss Inc. P 241-246. Biologi Molekuler. PAU-UGM.
Mansur, I. dan F.D. Tuheteru. 2010. Kayu Yogyakarta.
Jabon. Penebar Swadaya. Jakarta. Sudarmono, A.S.. 1997. Mengenal dan
124 hal. Merawat Tanaman Hias Ruangan.
Maynard, G.H. and D.M. Orcott. 1987. The Kanisius. Yogyakarta.
Physiology of Plants Under Stress. Sutoro, Iskandar, S. dan Susanto, T.. 1989.
John Wiley and Sons, Inc. New Pengaruh Cekaman Air dan Reaksi
York. 206 p. Pemulihan Tanaman Jagung ( Zea
Mubiyanto, B.M. 1997. Tanggapan mays L. ) dan Sorgum
Tanaman Kopi Terhadap Cekaman (Shorgumbicolor L. ) pada Fase
Air. Warta Puslit Kopi dan Kakao Pertumbuhan Vegetatif. Penelitian
13(2): 83-95. PertanianVolume 9 No. 4. Balai
Mulyana, D., C. Asmarahman dan I. Fahmi. Penelitian Tanaman Pangan.
2011. Mengenal Kayu Jabon Bogor.
Merah dan Putih (2-36 h). Panduan Taiz, L., E. Zeiger. 2002. Plant Physiology.
Lengkap Bisnis dan Bertanam Third Edition. Sinauer Associate
Kayu Jabon. Agromedia Pustaka. Inc.Publisher Sunderland,
Jakarta. 142 hal. Massachusetts. 667 p.
Noggle, G. R. dan G. J. Fritz. 1983. Warisno dan K. Dahana. 2011. Peluang
Introductory Plant Physiology. Investasi Jabon Tanaman Kayu
Prentice-Hall, Inc. Englewood Masa Depan. Gramedia Pustaka
Cliffs. New Jersey. 627p. Umum. Jakarta. 124 hal.

13

You might also like