Teknik Isolasi Mikoriza Endomikoriza
Teknik Isolasi Mikoriza Endomikoriza
Teknik Isolasi Mikoriza Endomikoriza
ABSTRACT
56
I MADE MARTANA DIPUTRA. et al. Isolasi dan Identifikasi Endomikoriza Indigenus…
57
AGROTROP, 8 (1): 56 - 64 (2018)
dengan menambahkan 1 l air dan diaduk kemudian disimpan selama ± 12 jam pada
merata selama ± 10 menit sampai homogen. suhu ruangan. Akar selanjutnya dibersihkan
Larutan tersebut kemudian didiamkan selama dari KOH 10% pada air mengalir, kemudian
± 1 menit sampai partikel-partikel yang besar direndam dengan H2O2 3% sampai semua
mengendap, selanjutnya disaring dalam satu akar tenggelam dan disimpan selama ± 12
set penyaringan dengan ukuran diameter jam pada suhu ruangan. Setelah itu akar
lubang 1 mm, 500 µm, 212 µm, 106 µm, dan dibersihkan dari H2O2 3% pada air mengalir
53 µm secara berurutan dari diameter lubang kemudian direndam dengan HCL 1% dan
besar ke kecil (prosedur ini diulang sebanyak disimpan selama ± 12 jam pada suhu ruangan.
4-5 kali). Tanah yang tersisa pada saringan HCL 1% dibuang dan akar direndam dengan
500 µm, 212 µm, 106 µm, dan 53 µm trypan blue, dipanaskan pada suhu 250°C
dipindahkan ke tabung sentrifuse, selama 5 menit, kemudian disimpan selama ±
ditambahkan aquades sebanyak 25-40 ml, 12 jam pada suhu ruangan. Trypan blue
kemudian disentrifuse dengan kecepatan dibuang dan akar direndam dengan
2000 rpm selama 5 menit. Hasil sentrifuse lactoglycerol, dipanaskan pada suhu 250°C
supernatannya dibuang, kemudian selama 5 menit, selanjutnya disimpan selama
ditambahkan glukosa 60% dan disentrifugasi ± 12 jam pada suhu ruangan.
dengan kecepatan 2000 rpm selama 1 menit. Akar diambil menggunakan bantuan
Hasil supernatan yang mengandung gula di pinset, diletakan diatas gelas objek kemudian
masing-masing tabung sentrifuse dibilas diamati struktur FMA (vesikel, arbuskula dan
menggunakan air pada saringan dengan hifa) dan dihitung persentase/derajat
diameter lubang 53 µm. Hasil bilasan kolonisasi FMA. Perhitungan persentase
diletakan di cawan petri kemudian diamati di menggunakan metode slide Giovannetti dan
bawah mikroskop jumlah dan ciri-ciri Mosse (1980) dengan cara membandingkan
sporanya. Ciri-ciri spora secara mikroskopis jumlah akar yang terinfeksi dengan jumlah
didentifikasi menggunakan pedoman seluruh akar yang diamati dikalikan 100%.
identifikasi menurut INVAM (2017) untuk Uji perbanyakan endomikoriza dalam
menentukan genus FMA yang ditemukan penelitian ini menggunakan tanaman jagung
dengan mengamati susunan spora, bentuk sebagai inang dengan varietas jagung Ketan
hifa, ukuran, warna, dan bentuk spora. keturunan kedua (F2). Rancangan yang
Pengamatan infeksi akar tanaman oleh digunakan yakni rancangan acak lengkap
FMA dilakukan melalui pewarnaan akar (RAL) dengan 2 faktor perlakuan yang
dengan trypan blue. Pewarnaan akar masing-masing terdiri atas 3 taraf. Faktor
didahului dengan pencucian akar sampai pertama, lokasi pengambilan sampel tanah
bersih, kemudian akar dalam 1 titik sampel (L) pada perakaran salak di Kecamatan Selat
dipotong 2-5 cm dan dimasukan ke dalam terdiri atas tiga taraf yakni L1 (lokasi 1), L2
tabung reaksi sebanyak 20-30 potong akar. (lokasi 2), dan L3 (lokasi 3), sedangkan
Potongan-potongan akar tersebut selanjutnya fakktor kedua, perlakuan kadar air tanah (A)
direndam dengan KOH 10% dan dipanaskan terdiri atas tiga taraf yakni A1 (100%
dengan suhu 250 °C selama 10 menit, kapasitas lapang), A2 (70% kapasitas lapang),
58
I MADE MARTANA DIPUTRA. et al. Isolasi dan Identifikasi Endomikoriza Indigenus…
59
AGROTROP, 8 (1): 56 - 64 (2018)
Kecamatan Selat. Baon (1998) juga Persentase tingkat infeksi akar pada
melaporkan pada tanah berpasir, pori-pori parakaran salak di Kecamatan Selat tidak
tanah terbentuk lebih besar sehingga keadaan hanya diperngaruhi oleh lokasi pengambilan
ini diduga sesuai terhadap perkembangan sampel saja, melainkan dapat diakibatkan
genus FMA yang memiliki ukuran besar oleh berbagai faktor kombinasi lainnya,
salah satunya adalah Gigaspora. Menurut diantaranya kondisi fisik, bilogi, dan kimia
Suamba (2014) secara mikroskopis genus tanah, ketinggian tempat, suhu, jumlah spora
Glomud dan Gigaspora memiliki dan tingkat kepekaan tanaman inang. Hal ini
karakteristik yang khas. Tipe spora Glomus sesuai dengan pernyataan Gunawan (1993)
terdapat dudukan hifa (subtending hyphae), persentase tingkat infeksi akar dan produksi
sementara tipe spora Gigaspora terdapat spora oleh FMA dipengaruhi oleh spesies
bulbous suspensor yang merupakan ujung FMA itu sendiri, lingkungan dan tanaman
hifa yang membulat, selanjutnya menurut inangnya.
(Budi et al., 2011) pada ujung hifa muncul Hasil uji perbanyakan spora FMA
bulatan kecil yang semakin membesar menunjukkan, terdapat interaksi antara
sampai mencapai ukuran maksimum yang perlakuan lokasi pengambilan sampel tanah
akhirnya menjadi spora. dengan tingkat kadar air tanah terhadap
Ditemukannya struktur vesikula, variabel jumlah spora setelah perbanyakan.
arbuskula, dan hifa internal setelah staining Tabel 1 menunjukkan dari 100 jumlah spora
pada akar tanaman salak menunjukan bahwa awal yang sama-sama diinokulasikan per 800
tanaman mampu bersimbiosis dengan FMA g media perbanyakan, kombinasi perlakuan
dan sudah terjadi infeksi FMA pada akar lokasi pengambilan sampel tanah 1 (L1) dan
tanaman salak. Menurut Wirawan et al kadar air tanah 40% kapasitas lapang (A3)
(2014) perkembangan infeksi atau kolonisasi (L1A3) menghasilkan spora hasil
FMA dimulai dengan pembentukan suatu perbanyakan yang paling tinggi yaitu 2.382
apresorium pada permukaan akar oleh hifa spora atau meningkat 2.282% dari spora awal
eksternal yang berasal dari spora yang yang diinokulasikan. Jumlah spora hasil
berkecambah. Apresorium tersebut masuk perbanyakan paling rendah iperolah pada
kedalam akar melalui celah antar epidermis, perlakuan kombinasi L1A1 yaitu 194 spora
kemudian membentuk hifa intraselular di atau meningkat 94% dibandingkan dari spora
sepanjang epidermis akar dan setelah proses awal.
tersebut terbentuklah struktur vesikula dan
arbukula.
60
I MADE MARTANA DIPUTRA. et al. Isolasi dan Identifikasi Endomikoriza Indigenus…
a. b. c. d.
f.
e. g.
Gambar 1. Hasil Isolasi dan Identifikasi Spora FMA pada Rizosfer Tanaman Salak
Tipe Spora Glomus dengan Perbesaran 100 kali (a-e), Tipe Spora Gigaspora dengan
Perbesaran 100 kali (f), dan Klamidospora (Sporocarp) dengan Perbesaran 63 kali (g)
a. b. c.
Tabel 1. Jumlah spora dan persentase peningkatan jumlah spora setelah perbanyakan pada
interaksi antara lokasi pengambilan sampel tanah dan tingkat kadar air tanah
Jumlah spora setelah perbanyakan Persentase peningkatan jumlah spora
Perlakuan (buah) (%)
A1 A2 A3 A1 A2 A3
L1 906c 1182b 2382a 806 1082 2282
L2 502de 570d 918c 402 470 818
L3 194f 226f 412e 94 126 312
Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada masing-masing variabel
menunjukkan berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan’s taraf 5%.
61
AGROTROP, 8 (1): 57 - 65 (2018)
62
I MADE MARTANA DIPUTRA. et al. Isolasi dan Identifikasi Endomikoriza Indigenus…
Tabel 2. Diameter batang tanaman jagung karena pangarus interaksi antara lokasi
pengambilan sampel tanah dan tingkat kadar air tanah berbeda.
Diameter Batang (cm)
Perlakuan
A1 A2 A3
L1 0,68 bcd 0,83 b 0,66 d
L2 1,01 a 0,77 bcd 0,67 d
L3 0,77 bcd 0,82 bc 0,65 d
Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada uji
jarak berganda Duncan taraf 5%
Hasil penelitian ini juga menunjukkan, adalah genus Glomus dan Gigaspora.
semakin rendah kadar air tanah maka Glomus memiliki ciri terdapat hifa
semakin kecil nilai variabel yang diamati. penyangga atau dudukan hifa, sementara
Kondisi cekaman menyebabkan gangguan Gigaspora terdapat bulbous suspensor.
fisiologi pada tanaman inang sehingga Persentase rata-rata infeksi akar tanaman
pertumbuhan tanaman terganggu. Gangguan salak tergolong sangat tinggi yaitu mencapai
fisiologi dapat berupa terganggunya proses 100%. Perlakuan kadar air tanah 40%
fotosintesis dan transpirasi tanaman inang. kapasitas lapang pada kombinasi lokasi 1
Anjum et al. (2011) menyatakan cekaman dengan tanah bertekstur menghasilkan
kekeringan menurunkan laju fotosintesis jumlah spora setekah perbanyak paling tinggi
bersih sebesar 33,22% pada tanaman jagung, yaitu mencapai 2.382 spora atau meningkat
sementara Zhu et al. (2012) menyatakan 2.282% dari 100 spora yang diinokulasikan
tanaman jagung pada kondisi kekeringan
dengan kadar air lebih rendah jika DAFTAR PUSTAKA
dibandingkan dengan kondisi cukup air akan Anjum, S.A., L.C. Wang, M. Farooq, M.
mengalami penurunan laju transpirasi, baik Hussain, L.L. Xue, & C.M. Zou. 2011.
pada tanaman jagung yang diberi mikoriza Brassinolide Application Improves the
maupun tidak diberi mikoriza. Penurunan Drought Tolerance in Maize Through
transpirasi menyebabkan pendistribusian air Modulation of Enzymatic Antioxidants
and Leaf Gas Exchange. J. Agronomy
ke sel penjaga menurun sehingga terjadi
& Crop Science 197:177-185.
penurunan tekanan turgor yang berdampak Badan Pusat Statistika. 2017. Produksi Buah
pada penutupan stomata. Penutupan stomata Salak Dirinci Menurut Kabupaten/Kota
tentunya akan mengganggu proses di Bali, 2011-2015. Diakses dari:
fotosintesis karena proses respirasi terhambat https://bali.bps.go.id/linkTableDinamis
sehingga pertumbuhan dan perkembangan /view/ id/130. Diakses pada 30 Oktober
tanaman akan terganggu. 2017.
Birhane, E., T.W. Kuyperc, F.J. Stercka,
Bongersa. 2010. Arbuscular
SIMPULAN Mycorrhizal Associations in Boswellia
Spora FMA yang ditemukan pada Papyrifera (Frankincensetree)
rizosfer tanam salak di Kecamatan Selat Dominated Dry Deciduous Woodlands
63
AGROTROP, 8 (1): 56 - 64 (2018)
of Northern Ethiopia. For Ecol Manage Pacioni, G. 1992. Wet sieving and decanting
260:2160-2169. techniques for the extraction of spores
Buce, M., M. Rossignol, A. Jauneau, R. of VA mycorrhyzal fungi. Methods in
Ranjeva & G. Beacard. 2000. The Microbiology. Academic Press Inc. San
Presymbiotic Growth of Arbuscula Diego 24: 317-322.
Micorrhizal Fungi is Induced by Purba, P.R.O., N. Rahmawati, E. Kardhinata
Abranching Factor Partially Purified & A. Sahar. 2014. Efektivitas Beberapa
Plant Root Exudates Mol. Plant. 13: Jenis Fungi Mikoriza Arbuskular
693-698. Terhadap Pertumbuhan Tanaman Karet
Budi, H., M. Gulamadi, L.K. Darusman, S.A. (Hevea brassiliensis Muell.Arg.) di
Aziz & I. Mansur. 2011. Pembibitan. Jurnal Online
Keanekaragaman Fungi Mikoriza Agroekoteknologi 2(2): 919-932.
Arbuskula (FMA) pada Rizosfer Suamba, I W., I G.P. Wirawan & W.
Tanaman Pegagan (Centella asiatica Adiartayasa. 2014. Isolasi dan
(L.) Urban). Jurnal Litri 17(1):32-40. Identifikasi Fungi Mikoriza Arbuskular
Brundrett, M.C., N. Bougher, B. Dells, T. (FMA) Secara Mikroskopis pada
Grove & N. Malajozuk. 1996. Working Rhizosfer Tanaman Jeruk (Citrus sp.)
with Mycorrhizas in Forestry and di Desa Kerta, Kecamatan Payangan,
Agriculture. Australian Centre for Kabupaten Gianyar. E-Jurnal
International Agricultural Research Agroekoteknologi Tropika 3(4):1021-
12(1):56-61. 1026.
Giovannetti, M. & B. Mosse. 1980. An Triyono, A., Purwanto & Budiyono. 2013.
Evaluation of Techniques for Efisiensi Penggunaan Pupuk N untuk
Measuring Vesicular-Arbuscular Pengurangan Kehilangan Nitrat pada
Infection in Roots. New Phytol. Lahan Pertanian. Prosiding Seminar
84:489–500. Nasional Pengelolaan Sumber Daya
Gunawan, A.W. 1993. Mikoriza Arbuskula. Alam dan Lingkungan: 526-531.
Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Wirawan G. 2014. Identifikasi Fungi
Institut Pertanian Bogor. Bogor Mikoriza Arbuskular Secara
Handayanto, A. & Hairiah. 2007. Biologi Mikroskopis pada Rhizosfer Tanaman
Tanah, Landasan Pengelolaan Tanah Alang-Alang. [Skripsi]. Bali:
Sehat. Pustaka Adipura. Yogyakarta. Universitas Udayana.
INVAM. 2017. Key to Fungi in Zhu, X.C., F.B. Song, S.Q. Liu, T.D. Liu &
Glomales. http://inMVA.caf.wvu.edu/. X. Zhou. 2012. Arbuscular
Nurhalimah, S., S. Nurhatika, dan A. mycorrhizae improves photosynthesis
Muhibuddin. 2014. Eksplorasi and water status of Zea mays L. under
Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) drought stress. Plant Soil Environ
Indigenous pada Tanah Regosol di 58(4), 186-191.
Pamekasan, Madura. Jurnal Sains dan
Seni Pomits 3:30-34.
Nurhidayati, T., K.I. Purwani & D.
Ermavitalini. 2010. Isolasi
MikorizaVesikular- Arbuskular pada
Lahan Kering di Jawa Timur. Berk.
Penel. Hayati Edisi Khusus: 4:43-46.
64