Ipi385060 Aroma Terapi
Ipi385060 Aroma Terapi
Ipi385060 Aroma Terapi
melalui
istirahat
malam
dan
siang
(Sulistyawati, 2009).
Kurang istirahat atau tidur pada ibu
postpartum akan mengakibatkan kurangnya
suplai ASI, memperlambat proses involusi
uterus, dan menyebabkan ketidakmampuan
merawat bayi serta depresi (Suhana, 2010).
Selain itu, kurang istirahat/tidur pada ibu
postpartum bisa berkembang menjadi
insomnia kronis, juga mengakibatkan rasa
kantuk di siang hari, mengalami penurunan
kognitif, kelelahan, cepat marah serta ibu
postpartum yang mempunyai masalah dengan
tidur merupakan salah satu gejala postpartum
blues (Dorheim, Bondevik, Eberhard-Gran, &
Bjorvatn, 2009a).
Dorheim, Bondevik, Eberhard-Gran,
& Bjorvatn (2009a) mengemukakan penyebab
ibu postpartum mengalami gangguan kualitas
tidur adalah karena sulit menemukan waktu
tidur di bulan pertama postpartum, depresi,
masalah tidur sebelumnya, primipara, tidak
memberikan ASI eksklusif, dan memiliki bayi
laki-laki.
Penelitian yang dilakukan Mindel,
Sadeh, Kwon, & Goh (2013) diberbagai
negara menunjukkan bahwa lebih dari
setengah (54%) ibu postpartum memiliki
PENDAHULUAN
Kebutuhan dasar manusia adalah
unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia
dalam
mempertahankan
keseimbangan
fisiologis maupun psikologis, yang bertujuan
untuk mempertahankan kehidupan dan
kesehatan (Asmadi, 2008). Tidur merupakan
salah satu kebutuhan dasar manusia yang bisa
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang
akan mempengaruhi gangguan pemenuhan
tidur pada seseorang. Potter dan Perry (2010),
mengemukakan faktor yang mempengaruhi
tidur bukan hanya faktor tunggal, tetapi juga
pengaruh multifaktor seperti faktor fisiologis,
psikologis, dan faktor lingkungan yang sering
mengubah kualitas dan kuantitas tidur. Faktor
fisiologis, psikologis, dan lingkungan yang
bisa mempengaruhi kualitas tidur salah
satunya adalah pada ibu postpartum (Walyani
& Purwoastuti, 2015).
Pada
masa
postpartum,
ibu
membutuhkan istirahat dan tidur yang cukup.
Istirahat sangat penting untuk ibu menyusui,
serta untuk memulihkan keadaannya setelah
hamil dan melahirkan. (Bahiyatun, 2009).
Kebutuhan istirahat bagi ibu menyusui
minimal 8 jam sehari, yang dapat dipenuhi
1024
B. Analisa Bivariat
Tabel 2
Perbedaan Rata-Rata skor kualitas tidur
pre test pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol
Usia
17-25
26-35
Paritas
Primipara
Multipara
Jumlah
(n=34)
9
8
52.9
47.1
5
12
29.4
70.6
14
20
41.2
58.8
47.1
29.4
13
38.2
52.9
12
70.6
21
61.8
p
value
Eksperimen
Kontrol
9.71
8.94
1.759
1.560
0.189
Variabel
Eksperimen
- Pre test
- Post test
Kontrol
- Pre test
- Post test
Tabel 1
Distribusi
frekuensi
responden
berdasarkan karakteristik responden
Kontrol
(n=17)
SD
Tabel 3
Perbedaan rata-rata kualitas tidur
sebelum
dan
sesudah
pemberian
aromaterapi lavender pada kelompok
eksperimen dan kontrol
A. Analisa Univariat
Analisa univariat digunakan untuk
mendapatkan
data
frekuensi
dan
persentase dari karakteristik responden
yaitu: usia dan paritas.
Karakteristik
Mean
HASIL PENELITIAN
Penelitian yang telah dilakukan mulai
bulan Maret hingga Mei 2015, didapatkan
hasil sebagai berikut:
Eksperimen
(n=17)
N
%
Variabel
p
value
Mean
SD
9.71
4.71
1.759
1.263
0.000
8.94
8.71
1.560
1.572
0.163
0.296
0.480
Tabel 4
Perbedaan rata-rata skor kualitas tidur
sesudah pemberian aromaterapi lavender
pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol yang tidak diberikan aromaterapi
lavender
Variabel
Eksperimen
Kontrol
Mean
SD
4.71
8.71
1.263
1.572
Mean
p
Perbedaan value
4.000
0.000
Saran
Bagi institusi pendidikan dapat
memberikan sumbangan pemikiran dan acuan
bagi ilmu pengetahuan dalam bidang
keperawatan maternitas tentang pengaruh
pemberian aromaterapi lavender untuk
meningkatkan kualitas tidur ibu postpartum.
Bagi pelayanan kesehatan dapat
digunakan sebagai terapi alternatif kepada ibu
postpartum yang memiliki masalah kualitas
tidur ataupun sebagai upaya preventif untuk
mencegah masalah penurunan kualitas tidur
pada ibu postpartum dan mencegah terjadinya
komplikasi postpartum.
Bagi mahasiswa hasil penelitian ini
dapat menjadi evidence based dan landasan
teori dalam bidang keperawatan maternitas
serta mahasiswa dapat mengembangkan/
mencoba penggunaan aromaterapi lavender
pada keadaan yang lebih kondusif dan lebih
dapat dikontrol.
Bagi peneliti selanjutnya penelitian ini
dapat dikembangkan lebih lanjut mengenai
faktor yang berhubungan dengan kualitas
tidur ibu postpartum, efektifitas aromaterapi
lavender terhadap kualitas tidur ibu
postpartum dengan sectio caesaria, hubungan
kualitas tidur ibu postpartum dengan kejadian
postpartum blues, perbedaan kualitas tidur ibu
postpartum antara ibu yang memiliki bayi
laki-laki dan perempuan serta perbedaan
kualitas tidur ibu postpartum antara ibu yang
memberikan ASI eksklusif dengan ibu yang
tidak memberikan ASI eksklusif.
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian tentang
efektifitas aromaterapi lavender terhadap
kualitas tidur ibu postpartum di wilayah kerja
Puskesmas Sidomulyo dengan kelompok
eksperimen sebanyak 17 responden dan
kelompok kontrol sebanyak 17 responden
didapatkan mayoritas reponden berada pada
rentang umur 26-35 tahun dan mayoritas
paritas
responden
adalah
multipara.
Berdasarkan hasil uji statistik pada kelompok
eksperimen didapatkan ada perbedaan antara
skor kualitas tidur sebelum dan setelah
diberikan aromaterapi lavender, sedangkan
pada kelompok kontrol tidak didapatkan
adanya perbedaan antara skor kualitas tidur
sebelum dan tanpa pemberian aromaterapi
lavender. Pada penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa aromaterapi lavender
efektif
terhadap
kualitas
tidur
ibu
postpartum.lavender dengan Pvalue = 0.000
(p<0.05).
UCAPAN TERIMAKASIH
Terima kasih atas bimbingan dan dukungan
dari berbagai pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian skripsi ini.
1
1029
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008). Konsep dasar keperawatan.
Jakarta: EGC
Bahiyatun. (2009). Buku ajar kebidanan nifas
normal. Jakarta: EGC
Buckle, J. (2015). Clinical aromatherapy,
essential oil in healthcare, third edition.
USA: Elsevier Inc
Butje, A., Repede, E., & Shattel, M. M.
(2008). Healing scents: an overview of
clinical aromatherapy for emotional
distress. Journal of psychosocial
nursing, vol 46, No. 10. Diperoleh
tanggal 16 Juni 2015 dari
http://works.bepress.com/cgi/viewconte
nt.cgi?article=1033&context=mona_sha
ttel
Cuncic, A. (2014). How is lavender used for
social anxiety?. About Health. Diperoleh
tanggal 21 Desember 2014 dari
http://socialanxietydisorder.about.com/o
d/treatmentoptions/p/lavender.htm
Dewi, I. P. (2013). Aromaterapi lavender
sebagai media relaksasi. Bagian
Farmasi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana. Diperoleh tanggal
18 Desember 2014 dari
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/artic
le/viewFile/4871/3657
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru (2014).
Rekap laporan PWS-KIA tahun 2014.
Pekanbaru: Dinas Kesehatan Kota
Pekanbaru
Dinas Kesehatan Republik Indonesia. (2010).
Buku acuan persalinan normal. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI
Dorheim, K. S., Bondevik, G. T., EberhardGran, M., & Bjorvatn B. (2009a). Sleep
and depression in postpartum women: a
population-based study. US: US
National Library of Medicine National
Institute of Health. Diperoleh tanggal 1
Desember 2014 dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articl
es/PMC2704916/
Dorheim, K. S., Bondevik, G. T., EberhardGran, M., & Bjorvatn B. (2009b).
Subjective and objective sleep among
depressed and non-depressed postnatal
women. Acta Psychiatria Scandnavica,
119. Diperoleh pada 12 Juni 2015 dari
1030
1031