Prinsip Prinsip Neurologi
Prinsip Prinsip Neurologi
Prinsip Prinsip Neurologi
RS PUSPOL R SUKANTO
THE CLINICAL METHOD OF
NEUROLOGY
The major categories of neurologic disease :
Infectious
Genetic-congenital
Traumatic
Degenerative
Toxic
Metabolic
Inherited
Acquired
Neoplastic
Inflammatory-immune
Elicitation of clinical facts
By neurologic
By history
examination
I
Interpretation of
symptoms and
signs in terms of
II physiology and
anatomy
Syndromic
formulation
III (Anatomic and localization
diagnosis) of the lesion
Anatomic diagnosis +
IV (Pathologic or etiologic Mode of onset
diagnosis) and course +
Other medical data +
Appropriate lab tests
SUSUNAN SARAF
A. ANATOMI
1. SUSUNAN SARAF PUSAT (SSP) :
- Otak (encephalon) : serebrum, batang otak, serebellum
- Medulla spinalis : servikal, torakal, lumbal, sakral, koksigeal
B. FISIOLOGI
1. SUSUNAN SARAF SOMATIK :
mensarafi struktur-struktur dinding tubuh ( otot, kulit, membrana
mukosa)
2. SUSUNAN SARAF OTONOM :
mengontrol aktifitas otot-otot dan kelenjar-kelenjar viseral serta
pembuluh darah.
Central Nervous System
Brain(encephalon) Frontal
Parietal
Cerebrum 2Hemispheres Occipital
Temporal
Rhinencephalon
Insula
cortex
White matter
Basal nuclei
Cerebellum
9 SARAF KRANIAL
SARAF SPINAL
31 PASANG
Jaras Otonom
Jaras Motorik dan Sensorik
Differences between upper and lower motor neuron paralysis
LMN
Jaras Motorik ( Tr. Kortikospinalis )
Jaras Sensorik (Tr. Spinothalamikus)
Clinical differences between corticospinal and
extrapyramidal syndromes
CORTICOSPINAL
EXTRAPYRAMIDAL
1. Clasp-knife effect
1. Plastic, equal throughout passive
(spasticity)
movement (rigidity), or intermittent
2. Flexors of arms,
(cogwheel rigidity)
extensors of
2. Generalized but predominates in
Legs
flexors of limbs and of trunk
3. Involuntary
3. Presence of tremor, chorea,
movements
athetosis, dystonia
Absent
4. Tendon reflexes Normal or slightly
4. Tendon reflexes Increased
Increased
5. Babinski sign Present
5. Babinski sign Absent
6. Paralysis of voluntary movement
6. Paralysis of voluntary movement
Present
Absent or slight
PATTERNS OF PARALYSIS AND
THEIR DIAGNOSIS
The diagnostic considerations in cases of paralysis can be simplified
by utilizing the following subdivision, based on the location
and distribution of the muscle weakness:
1. Monoplegia
2. Hemiplegia,
3. Paraplegia indicates weakness or paralysis of both legs.
4. Quadriplegia (tetraplegia) denotes weakness or paralysis of all four
extremities. Diplegia is a special form of quadriplegia in which the legs are
affected more than the arms. Triplegia occurs most often as a transitional
condition in the development of or partial recovery from tetraplegia.
5. Isolated paralysis of one or more muscle groups.
6. Nonparalytic disorders of movement (apraxia, ataxia, etc.).
7. Muscular paralysis without visible changes in motor neurons, roots, or nerves.
8. Hysterical paralysis.
PEMERIKSAAN MOTORIK
Refleks triceps ( T P R ) :
Stimulus : ketukan pada tendon otot triseps brachii, posisi lengan
fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi
Respons : extensi lengan bawah disendi siku
Afferen : n. radialis ( C 6-7-8 )
Efferen : idem
Refleks Patella ( K P R ) :
Stimulus : ketukan pada tendon patella
Respons : ekstensi tungkai bawah karena kontraksi
m.quadriceps Femoris.
Efferent : n. femoralis ( L 2-3-4 )
Afferent : idem
Refleks Achilles ( A P R ) :
Stimulus : ketukan pada tendon achilles
Respons : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.gastrocnemius
Efferent : n. tibialis ( L. 5-S, 1-2 )
Afferent : idem
Klonus
Klonus lutut :
Stimulus : pegang dan dorong os patella ke arah distal
Respons : kontraksi reflektorik m. quadriceps femoris
selama stimulus berlangsung.
Klonus kaki :
Stimulus : dorsofleksikan kaki secara maksimal, posisi
tungkai fleksi di sendi lutut.
Respons : kontraksi reflektorik otot betis selama
stimulus berlangsung
Reflek Patologis
Refleks Babinski
Stimulus : penggoresan telapak kaki bagian lateral dari
posterior ke anterior.
Respons : ekstensi ibu jari kaki dan
pengembangan(fanning) jari – jari kaki.
Refleks serupa di kaki :
1. Chaddock 4. Gonda 7. Rossolimo
2. Oppenheim 5. Schaeffer 8. Mendel Bechterew
3. Gordon 6. Stransky
Refleks Hoffman
Stimulus : goresan pada kuku jari tengah pasien
Respons : ibu jari, telunjuk dan jari – jari lainnya
berefleksi ……………………= refleks Tromnner
Refleks Leri
Stimulus : fleksi maksimal tangan pada pergelangan
tangan sikap lengan diluruskan dengan bagian ventral
menghadap keatas.
respons : tidak terjadi fleksi di sendi siku.
Refleks Mayer
Stimulus : fleksi maksimal jari tengah pasien kearah
telapak tangan.
Respons : tidak terjadi oposisi ibu jari.
REFLEKS PRIMITIF
Normal untuk usia bayi dan orang tua.
Abnormal untuk dewasa.
Contoh :
Graps refleks
Stimulus : penekanan / penempatan jari si pemeriksa
pada telapak tangan pasien.
Respons : tangan pasien mengepal
Sucking refleks
Stimulus : sentuhan pada bibir
Respons : gerakan bibir, lidah dan rahang bawah
seolah-olah menyusu.
Snout refleks
Stimulus : ketukan pada bibir atas
Respons : kontraksi otot – otot disekitar bibir /
dibawah hidung (menyusu).
Palmo – mental refleks
Stimulus : goresan ujung pena terhadap kulit telapak
tangan bagian Thenar.
Respons : kontraksi otot mentalis dan orbicularis oris
ipsilateral.
PEMERIKSAAN SENSORIS
Jenis-Jenis pemeriksaan sensorik yang sering
digunakan:
Rasa DISKRIMINATIF.
– Mengenal bentuk dan ukuran sesuatu dengan jalan perabaan:
STEREOGNOSIS.
– Mengenal dan mengetahui berat sesuatu : BAROGNOSIS.
– Mengenal tempat yang diraba : TOPESTESIA, TOPOGNOSIS.
– Mengenal angka, aksara,bentuk yang digoreskan di atas kulit :
GRAMESTESIA.
– Mengenal diskriminasi 2 titik : DISKRIMINASI SPASIAL.
– Mengenal setiap titik dan daerah tubuh sendiri :
AUTOTOPOGNOSIS
Pemeriksaan Sistem Sensorik
Syarat : sadar penuh dan kooperatif
Dilakukan dengan santai dan di ulang-ulang
a. Ekteroseptif
- Nyeri : dengan jarum pentul, dengan cara membedakan tajam & tumpul
- Suhu : dengan cara tabung reaksi diisi dengan air hangat (40o – 45o )
dan air dingin (5 o - 10 o )
- Raba : dengan menggunakan kapas
b. Propioseptif
- Rasa getar (vibrasi) : dengan menggunakan garputala 128 Hz, dige-
tarkan kemudian ujung tangkainya ditempelkan dibagian ton
jolan tulang (maleolus, patella, krista iliaca)
- Rasa posisi : mata penderita ditutup kemudian penderita diminta me
nentukan posisi dari ibu jari kaki yang digerakkan ke atas &
ke bawah.
c. Rasa Kombinasi
- Stereognosis : penderita dengan mata tertutup, kemudian penderita di-
suruh menginterpretasikan benda yang di letakkan di telapak
tangannya.
- Two point diskrimination : penderita dengan mata tertutup, penderita di
suruh menginterpretasikan dua stimulasi secara bersamaan
dengan menggunakan jangka.
- Grafestesi : dengan mata tertutup, penderita disuruh menginterpretasi
kan angka/huruf yang digoreskan di telapak tangannya
- Barognosis : dengan mata tertutup, penderita disuruh menginterpre
tasikan perbedaan berat benda pada kedua telapak tangan
(bentuk benda mirip dan sebangun)
d. Pemeriksaan warna
Dengan menggunakan Kartu Ishihara atau kumpulan benang warna
warni.
Nervus Okulomotorius (N.III), Trochlearis (N. IV) dan Abduscen
( N.VI )
a. Pemeriksaan kelopak mata
Cara : membandingkan celah mata (rima okuler) mata kanan dan
mata kiri
c. Pemeriksaan pupil
Cara : dengan menggunakan lampu senter, perhatikan besar-bentuk
perbedaan kanan-kiri, refleks cahaya, konvergensi, akomoda
si
Nervus Trigeminus (N.V)
a. Pemeriksaan motorik
Cara : palpasi m. masseter dan m. temporalis saat kontraksi merapat
kan gigi. Atau membuka mulut, bila ada kelumpuhan m. Ptery
goideus maka akan terdorong ke sisi lesi
b. Pemeriksaan sensorik
Cara : dengan kapas / jarum kita periksa pada daerah dahi, pipi, da
gu. Refleks kornea dengan menyentuh limbus kornea deng-
an ujung kapas pada saat mata melirik ke kontra lateral.
Normal terjadi kedipan mata.
- Nervus Facialis (N.VII)
a. Pemeriksaan Motorik
Cara : perhatikan wajah waktu diam (kerutan dahi, tinggi alis, sudut
mata, sulcus nasolabialis, sudut mulut. Perhatikan juga pada
waktu bergerak (mengerutkan dahi, menutup mata, bersiul, me
ringis).