9630 24856 1 SM

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Hutan Tropis Volume 8 No.

3 November 2020 ISSN 2337-7771 (Cetak)


ISSN 2337-7992 (Daring)

KERAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH HUTAN RAWA GAMBUT


DI KABUPATEN BANJAR
Diversity of Undergrowth on the Peat Swamp Forest in Banjar Regency
Dina Naemah, Normela Rachmawati, dan Eny Dwi Pujawati
Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan
Universitas Lambung Mangkurat
ABSTRACT. Differences in plant species are determined by genetic and environmental factors.
Environmental factors are influenced by humans, so if environmental factors change, it can
cause the diversity of growing species to change. Some of the characteristics of peat swamp
forest are that it is always wet, has a layer of peat and has a more distinctive plant species
because the soil is acidic. This research was conducted in peat swamp forest in Banjar district.
This study aims to analyze the structure, composition and diversity index of undergrowth
species in peat swamp forests.This research uses the compartmental path method, then
analyzed by calculating the INP (Importance Value Index) based on the values of density,
frequency and dominance. The study also calculates its diversity index. The results showed 24
species of undergrowth from 14 families. The highest Importance Value index was Papisangan
(Ludwigia octovalis) from the Ongraceae family of 41.537%. The distribution value of the
species is Banta (Megathyrsus sp) with the density value per hectare is 15.432%, the frequency
value of Megathyrsus sp is 14.061% and the largest species dominance value is L. octovalis
which is 14.513%. The diversity index for undergrowth was 2.79, meaning that the vegetation in
the peat swamp forest had moderate diversity
Keywords : Peat swamp; undergrowth; diversity; weeds; important value index
ABSTRAK. Perbedaan jenis tumbuhan atau keragaman secara umum ditentukan oleh faktor
genetik maupun faktor lingkungan. Faktor lingkungan akan berubah sesuai dengan tuntutan
disekitarnya yang sedikit banyak akan dipengaruhi oleh manusia maka jika faktor lingkungan
berubah akan memungkinkan keragaman jenis yang tumbuh dan bertahan juga berubah.
Beberapa ciri khas dari hutan rawa gambut adalah selalu tergenang air, mempunyai lapisan
tanah gambut sehingga lantai hutan terasa lembut dan tidak keras, mempunyai jenis tanaman
yang lebih khas karena tanahnya bersifat masam. Penelitian ini dilakukan di hutan rawa gambut
di daerah kabupaten Banjar yang bertujuan untuk melihat struktur dan komposisi yang dibentuk
oleh keragaman jenis tumbuhan bawah yang bearada disekitar dan pada hutan rawa gambut.
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode jalur berpetak, kemudian
dianalis dengan perhitungan INP (Indeks Nilai Penting) berdasarkan nilai Kerapatan, Frekuensi
dan Dominansi serta menghitung indeks keragamannya. Dari hasil penelitian ditemukan 24
jenis tumbuhan bawah dari 14 family dengan indeks Nilai Penting tertinggi adalah jenis
Papisangan (Ludwigia octovalis) dari family Ongraceae sebesar 41,537%, tingkat kerapatan
tertinggi perhektar adalah 15,432% yaitu jenis Banta (Megathyrsus sp), Frekuensi sebesar
14,061% pada jenis yang sama yaitu Megathyrsus sp dan L. octovalis sedangkan nilai
dominansi terbesar adalah L. octovalis yaitu 14,513%.
Kata Kunci : Rawa gambut; tumbuhan bawah; keragaman; gulma; nilai penting
Penulis utuk korespondensi, surel : [email protected]

PENDAHULUAN yang ada didalamnya. Berbagai jenis hutan


mempunyai cirinya masing-masing sehingga
kita dapat membedakan kalisifikasi hutan
diantaranya adalah salah satu jenis hutan
Hutan adalah sebuah aset yang tidak yang kita kenal dengan rawa gambut.
ternilai harganya karena begitu banyak Beberapa ciri khas dari hutan rawa gambut
manfaat yang dapat diambil dan dirasakan. adalah selalu tergenang air, mempunyai
Beragam fungsi hutan banyak diuraikan lapisan tanah gambut sehingga lantai hutan
namun tidak akan berdampak jika kita tidak terasa lembut dan tidak keras, mempunyai
menyadari banyak yang harus kita
pertahankan dan dipelihara seluruh bagian

298
Jurnal Hutan Tropis Volume 8 No. 3, Edisi November 2020

jenis tanaman yang lebih khas karena dibentuk oleh keragaman jenis tumbuhan
tanahnya bersifat masam. bawah yang bearada disekitar dan pada
hutan rawa gambut.
Perbedaan jenis tumbuhan atau
keragaman secara umum ditentukan oleh
faktor genetik maupun faktor lingkungan.
Faktor lingkungan akan berubah sesuai METODE PENELITIAN
dengan tuntutan disekitarnya yang sedikit
banyak akan dipengaruhi oleh manusia
maka jika faktor lingkungan berubah akan Alat dan Bahan yang akan dihgunakan
memungkinkan keragaman jenis yang dalam penelitian ini adalah peta areal
tumbuh dan bertahan juga berubah. Hal ini penelitian, tali rafia, pita meter, thally sheets,
menjadi menarik karena disetiap perubahan kamera, alat tulis, kuisioner dan buku
lingkungan maka dapat menyebabkan jenis pengenal tumbuhan/pengenal jenis, kantong
tumbuhan akan ikut terpengaruh. Salah kertas, label, gunting, pisau,parang, pipa
satu strata tumbuhan yang menarik paralon, pH Soil, luxmeter, Global
dipelajari adalah tumbuhan bawah. Positioning System (GPS) dan
Tumbuhan bawah adalah komunitas thermohigrometer. Kegiatan penelitian ini
tumbuhan pada lantai dasar tanah. Jenis- dilaksanakan dengan menggunakan metode
jenis vegetasi tumbuhan bawah ada yang jalur berpetak yang didahului dengan
bersifat annual, biannual atau perennial penentuan titik awal secara purposive
dengan bentuk hidup soliter, berumpun, sampling sehingga dapat mewakili kondisi
tegak, menjalar atau memanjat (Aththorick, yang diharapkan.
2005). Tumbuhan bawah atau sebagian
orang menyebutnya sebagai gulma Pengumpulan data dilakukan secara
merupakan suatu jenis tanaman yang pada langsung melalui eksplorasi lapangan,
dasarnya belum diketahui secara pasti tumbuhan yang ditemukan keberadaannya
tentang kegunaannya sehingga lebih kemudian diambil sampel untuk dianalisa
banyak dipandang sebagai sesuatu yang secara deskriptif berdasarkan literatur yang
menyebabkan nilai negatif terutama di areal relevan. Mengamati setiap struktur dan
tanaman yang dipelihara. Tidak sedikit jenis komposisi jenis tumbuhan yang terdapat
gulma yang sekarang sudah mendapat dalam plot pengamatan (1m x 1m)
perhatian karena beberapa manfaat yang kemudian menganalisa dengan perhitungan
dapat diambil. INP (Indeks Nilai Penting) berdasarkan nilai
Kerapatan, Frekuensi dan Dominansi.
Tumbuhan bawah sering dijadikan Kemudian melihat tingkat keragaman
sebagai indikator kesuburan tanah dan dihitung menggunakan Indeks Shanon-
penghasil serasah dalam meningkatkan Wiener (Sutomo, 2015).
kesuburan tanah. Beberapa jenis tumbuhan
bawah juga dimanfaatkan sebagai bahan
pangan, tumbuhan obat dan sumber energi
alternatif. Namun tidak jarang juga
tumbuhan bawah dapat berperan sebagai
gulma yang menghambat pertumbuhan
tanaman. Penelitian ini dilakukan di hutan
rawa gambut di daerah kabupaten Banjar
HASIL DAN PEMBAHASAN
tepatnya kelurahan gambut yang
berbatasan dengan desa Pematang
Panjang Sungai Tabuk pada wilayah Hasil eksplorasi terhadap tumbuhan
Sebelah utara, Sebelah selatan Desa Kayu bawah yang berada dalam plot penelitian, di
Bawang, Sebelah timur kelurahan hutan rawa gambut kabupaten Banjar
Landasan Ulin Liang Anggang dan sebelah ditemukan sebanyak 24 jenis tumbuhan
barat adalah kelurahan Gambut Barat. yang tersebar masing-masing kedalam
Tingkat kedalaman gambut berkisar dangkal luasan hektar berada di antara 1.300
sampai sedang. Penelitian ini bertujuan rumpun/batang sampai dengan 28.000
untuk melihat struktur dan komposisi yang rumpun/batang.

299
Dina Naemah. et al. : Keragaman Jenis Tumbuhan ……. (8): 298-305

Tabel 1. Jenis Tumbuhan Bawah


No Nama Jenis tumbuhan bawah Family
1 Ambin buah (Phyllanthus niruri L) Phyllanthaceae
2 Balaran Kusan (Passiflora foetida) Passifloraceae
3 Bangkal (Nauclea sp.) Rubiaceae
4 Bangkerei (Chromolaena odorata) Asteraceae
5 Banta (Megathyrsus sp) Poaceae
6 Jejagungan (Brachiaria mutica) Poaceae
7 Juragi (Borreria alata) Rubiaceae
8 Kalakai (Stenochlaena palustris) Blechnaceae
9 Karamunting Kodok ((Melastoma candidum) Myrtaceae
10 Karamunting Duduk (Rhodomyrtus tomentosa) Myrtaceae
11 Kasisap (Borreria latifolia) Rubiaceae
12 Kramak (Alternanthera sessilis) Amaranthaceae
13 Laladingan (Lophatherum gracile) Poaceae
14 Lalaigajah (Heliotropium indicum) Boraginaceae
15 Magatseh (Alternanthera sp.) Amaranthaceae
16 Pancing-pancing (Ageratum conyzoides) Asteraceae
17 Papisangan (Ludwigia octovalis) Ongraceae
18 Patah kemudi -
19 Pulut-pulut (Urena lobata) Malvaceae
20 Purun Tikus (Eleocharis dulcis) Cyperaceae
21 Ribu-ribu (Mikania micrantha) Asteraceae
22 Roko-roko (Lycopus europaeus) Lameaceae
23 Sarapangan (Digitaria decumbens) Poaceae
24 Susugi (Casia tora) Leguminose

Dari 24 jenis tumbuhan terdapat 1 jenis lebar. Dari 25 jenis tumbuhan bawah banyak
yang belum teridentifikasi dan terdiri dari 14 didominasi oleh kelompok family
Family, diperoleh beberapa golongan Asteraceae, Poaceae, Rubiceae. Dikatakan
tumbuhan bawah seperti teki yaitu oleh Aththorick (2005) bahwa salah satu
tumbuhan bawah dengan batang segitiga yang mentukan struktur komunitas
dengan system rhizome dan umbi yang tumbuhan bawah adalah faktor edafik,
sangat luas, jenis rumput yaitu tumbuhan sebagaimana tumbuhan bawah yang ada di
bawah dengan batang silindris dan hutan rawa tidak selalu tergantung kepada
berongga serta golongan tumbuhan bawah factor biotik disekitar jenis bisa saja berbeda
berdaun biasanya dari golongan dikotil disetiap plot pengamatan,
dengan bentuk daun yang sempit ataupun

Tabel 2. Persentase (%) Penggolongan Jenis Tumbuhan Bawah Hasil Eksplorasi


No Golongan Jenis Tumbuhan Bawah Jumlah Persentase(%)
1 Berdaun 15 62,5
2 Teki 4 16,7
3 Rumput-rumputan 5 20,8

Asteraceae adalah salah satu family dari dalam satu bongkol yang sama terdapat dua
jenis herba, semak yang biasanya macam bunga, yaitu bunga cakram
mempunyai bunga kecil berwarna serta berbentuk tabung dan bunga tepi berbetuk
merupakan jenis yang banyak tumbuh di pita. Dalam eksplorasi tumbuhan bawah
iklim tropis Indonesia. Secara umum sifat ditemukan beberapa jenis yaitu Bangkerei
fisik dari famili Asteraceae termasuk (Chromolaena odorata), Pancing-pancing
tumbuhan herba, perdu atau tumbuhan- (Ageratum conyzoides) dan Ribu-ribu
tumbuhan memanjat, dengan daun tersebar (Mikania micrantha).
atau berhadapan, tunggal. Bunga dalam
bongkol kecil dengan daun pembalut, sering

300
Jurnal Hutan Tropis Volume 8 No. 3, Edisi November 2020

Poaceae memiliki kesamaan morfologi Banta (Megathyrsus sp), Jejagungan


berupa daun yang berbentuk lanset, daun (Brachiaria mutica), Laladingan
memiliki ligula, dan bunga yang tidak (Lophatherum gracile) dan Sarapangan
memiliki mahkota (berbentuk bulir) (Steenis, (Digitaria decumbens).
2008). Ciri-ciri dari familia Poaceae yaitu
Rubiaceae kebanyakan merupakan
memiliki daun berbentuk bulat memanjang,
pohon perdu atau herba, kadang-kadang
lanset atau pita, tulang daun sejajar,
memanjat, dengan daun yang biasanya
permukaannya kadangkadang berbulu,
bersilang berhadapan atau kadang-kadang
berpelepah, bunga majemuk, mempunyai
berkarang. Daun kebanyakan bertepi rata.
bulir, tandan atau malai. Poaceae atau juga
Bunga di ketiak atau terminal, kadang-
biasa dikenal dengan suku rumput-rumputan
kadang tunggal, kebanyakan dalam
termasuk dalam kelas Liliopsida yang
berbagai bentuk karangan bunga beraturan.
banyak dijumpai di daerah tropis dan
Jenis ini juga tumbuh liar di pematang
subtropis (Simpson, 2006). Poaceae
sawah, tebing-tebing sungai, pinggir jalan,
merupakan tanaman yang dapat dengan
kebun atau di padang rumput. Tumbuh dari
mudah dijumpai dan jumlahnya sangat
dataran rendah sampai menengah dari
banyak, selain itu Poaceae juga berperan
ketinggian 10 m sampai 600 m di atas
dalam kehidupan manusia, baik
permukaan laut. Dalam penelitian ini yang
menguntungkan ataupun merugikan. Dari
tergolong kedalam family ini adalah Bangkal
hasil eksplorasi tumbuhan bawah di
(Nauclea sp.) dan Kasisap (Borreria
kabupaten Banjar didapatkan 4 jenis yaitu
latifolia).

(a) (b)

(c)
Gambar 1. Famili Rubiaceae (a), Poaceae (b) dan Myrtaceae (c)

Perhitungan indeks nilai penting penting tertinggi adalah jenis Papisangan


dilakukan untuk mengetahui tingkat sebaran (Ludwigia octovalis) sebesar 41,537%
dan dominansi setiap jenis tumbuhan bawah sedangkan indeks Nilai Penting terendah
yang teridentifikasi dan diperoleh 9 jenis sebesar 3,577% dari jenis Susugi (Casia
tertinggi sebagaimana terdapat pada Tabel tora).
2. Pada tabel ditunjukkan bahwa nilai indek

301
Dina Naemah. et al. : Keragaman Jenis Tumbuhan ……. (8): 298-305

Tabel 3. Indeks Nilai Penting (INP) Terbesar 9 Jenis Tumbuhan Bawah


No Nama Tumbuhan Bawah Nama Botani Besar INP (%)
1 Papisangan Ludwigia octovalis 41,537
2 Banta Megathyrsus sp 39,594
3 Purun Eleocharis dulcis 29,597
4 Laladingan Lophatherum gracile 23.363
5 Pulut-pulut Urena lobata 19,367
6 Kalakai Stenochlaena palustris 18,880
7 Pancing-pancing Ageratum conyzoides 14,279
8 Karamunting duduk Rhodomyrtus tomentosa 13,396
9 Lalaigajah Heliotropium indicum 12,633

Papisangan (L. octovalis) merupakan kehadiran berbagai jenis gulma pada suatu
tumbuhan bawah yang mudah terlihat daerah membentuk komunitas. Tipe
karena kenampakan bunganya yang komunitas dapat terjadi karena adanya sifat
berwarna kuning biasanya juga mudah yang berbeda dalam dominasi jenis,
ditemui disekitar persawahan dan biasanya komposisi jenis, struktur lapisan tajuk atau
dihindari oleh para petani karena dianggap bentuk pertumbuhan sehingga dapat
gulma, menurut Krachmer et. al. (2016) jenis dikatakan bahwa komunitas adalah
ini di Korea merupakan gulma yang perlu kumpulan populasi yang hidup dalam suatu
dikendalikan mulai penanaman padi sampai habitat (Tanasale, 2010). Berdasarkan nilai
dengan 4-6 minggu setelah tanam. Tingkat kerapatan, frekuensi dan kerapatan maka
Kerapatan, frekuensi setiap jenis tentu saja dapat terlihat jenis Megathyrsus sp.
tergnatung seberapa banyak dan sering mempunyai jumlah yang relative lebih tinggi
dijumpai setiap jenis didalam plot contoh dibanding jenis lainnya yaitu sebesar 3,3
dilapangan (Gambar 2 dan 3). atau 50 rumpun dalam satuan plot
pengamatan, hal ini berarti jenis ini dapat
Dalam penelitian yang dilakukan oleh
mencapai 33.000 rumpun dalam luasan satu
Onarely et.al. (2016) dikatakan bahwa
hektar.

3.5 L. octovalis
3
Megathyrsus sp
2.5

2 E. dulcis

1.5
L.gracile
1
U. lobata
0.5

0 S.palustris
Frekuensi Kerapatan

Gambar 2. Frekuensi dan Kerapatan 6 Jenis Tumbuhan Bawah dengan Nilai INP tertinggi

Berbeda dengan jenis Megathyrsus sp., 15,43% dari jenis Megathyrsus sp.dan
maka jenis S. palustris mempunyai terendah yaitu 0,62% adalah jenis Magatseh
kerapatan yang rendah namun karena (Alternanthera sp.). Frekuensi adalah
jumlah tumbuhan ini cukup banyak keseringan jenis tersebut ditemui
menyebabkan nilai kerapatan lebih tinggi disetiapplot pengammatan sehingga dapat
dibandingkan jenis U.lobata.. Secara menunjukkan sebaran dari sutau jenis
keseluruhan nilai kerapat tertinggi sebesar tumbuhan. Frekuensi relative tertinggi

302
Jurnal Hutan Tropis Volume 8 No. 3, Edisi November 2020

sebesar 14,061% diperoleh oleh dua jenis Penguasaan jenis ini sangat besar yang
tumbuhan bawah yaitu Megathyrsus sp dan tentu saja dapat dipengaruhi oleh beberapa
L. octovalis. hal baik faktor dalam dan lingkungan
dimana jenis ini berada, sebagaimana yang
Nilai kerapatan dan frekuensi tidak selalu
pernah dilakukan oleh Sutomo dan Fardila
sebanding dengan nilai dominansi karena
(2013) menyebutkan bahwa kelimpahan
nilai ini dipengaruhi oleh berat kering jenis
suatu jenis tumbuhan di habitat alaminya
tersebut sebagai dasar pengukuran Nilai
berkorelasi dengan faktor-faktor lingkungan
dominansi jenis terbesar adalah L.octovalis
yang terkait dengan mikroklimat dan
sebesar 31,28 atau dominansi relative
lansekap, seperti kelembaban, temperatur,
dalam satuan plot adalah 14,51%.
slope, dan altitude.

Dominansi L. octovalis

Megathyrsus sp
16.61
31.28 E. dulcis
18.33
L.gracile

18.22 21.77 U. lobata

21.01 S.palustris

Gambar 3. Dominansi 6 Jenis Tumbuhan Bawah dengan Nilai INP tertinggi

Nilai indeks keanekaragaman jenis Heriyanto,2007). Untuk melihat tingkat


menggambarkan tingkat keanekaragaman keragaman jenis tumbuhan bawah di hutan
jenis dalam suatu komunitas tumbuhan. Bila rawa gambut kabupaten Banjar maka
nilai ini semakin tinggi maka semakin kemudian dianalisis berdasarkan dan
meningkat keanekaragamannya dalam dihasilkan nilai kergaman Indeks Shanon-
komunitas tersebut (Garsetiasih dan Wiener.

Nilai H'
0.4000

0.3000

0.2000
Nilai H'
0.1000

0.0000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Gambar 4. Nilai Indeks Keragaman 24 jenis Tumbuhan Bawah Teridentifikasi

303
Dina Naemah. et al. : Keragaman Jenis Tumbuhan ……. (8): 298-305

Nilai indeks keanekaragaan (H') DAFTAR PUSTAKA


berhubungan dengan kekayaan spesies
pada lokasi tertentu, tetapi juga dipengaruhi
oleh distribusi kelimpahan spesies, bahwa
nilai H' ≤ 1 termasuk keanekaragaman Aththorick,T.A. 2005. Kemiripan Komunitas
rendah dan nilai 1≤ H' ≤ 3 termasuk Tumbuhan Bawah Pada Beberapa Tipe
keanekaragaman sedang dan kestabilan Ekosistem Perkebunan di Kabupaten
komunitas sedang (Ura et al., . Berdasarkan Labuhan Batu. Jurnal Komunikasi
hasil perhitungan indek keragaman jenis Penelitian Vol 17 (5). p. 42– 48.
makan jenis tumbuhan bawah di hutan rawa Bogidarmanti, R. 2014. Komposisi Dan
gambut tersebut mempunyai nilai 2,79, yang Keragaman Tumbuhan Bawah Di Bawah
merupakan hasil banyaknya jumlah Tanaman Binuang Bini (Octomeles
keragaaman jenis yang tersebar kedalam sumatrana Miq.) Di KHDTK Haurbentes,
luasan areal penelitian (Gambar 4.). Indeks Jasinga, Bogor. Pusat Penelitian Dan
keragaman menggambarkan tingkat Pengembangan Hutan. Bogor.
kestabilan dalam suatu komunitas, tingkat
keragaman vegetasi dipengaruhi oleh Faisal, R., E. Batara, M.S., N. Anna. 2011.
jumlah individu pada setiap spesies. Inventarisasi Gulma Pada Tegakan
Sedikitnya jumlah individu yang ditemukan Tanaman Muda Eucalyptus spp.
dalam setiap spesies menyebabkan Program Studi Kehutanan, Fakultas
tingginya keragaman dalam suatu Pertanian, Universitas Sumatera Utara
komunitas (Yusuf & Purwaningasih, 2005). Garsetiasih, R. dan Heriyanto, N.M. 2007.
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan
Bawah Dan Potensi Kandungan
SIMPULAN DAN SARAN Karbonnya Pada Hutan Agathis Di
Baturraden. Jurnal Penelitian Kehutanan
dan Konservasi alam Volume IV No 2
:161-168.
Dari hasil penelitian dapat diambil
kesimpulan bahwa jumlah tumbuhan bawah Hilwan, I., Mulyana, D., Pananjung, W.G.
terdidentifikasi di hutan rawa gambut adalah 2013. Keanekaraaman Jenis Tumbuhan
sebanyak 24 jenis yang terbagi dalam 14 Bawah pada Tegakan Sengon Buto
familiy. Tingkat penguasaan jenis terbesar (Enterolobium cyclocarpum Griseb.) dan
adalah jenis L. octavalis yaitu 41,537%, Trembesi (Samanea saman Merr.) di
dengan nilai sebaran masing-masing Lahan Pasca Tambang Batubara PT
14,061% untuk nilai frekuensi, 12,963% Kitadin, Embalut, Kutai Kartanagara,
untuk nilai kerapatan dan untuk nilai Kalimantan Timur. Jurnal Silvikultur
dominansi 14,513%. Nilai keragaman jenis Tropika Volume 04 N0 01, April 2013.
tumbuhan bawah yang terdapat pada hutan
Krachmer, H., J. Khawar, M. Husrev, S.C.
rawa adalah 2,79 yang termasuk dalam
Bhagi. 2016. Global distribution of rice
kategori tingkat sedang.
weeds-A review. Crop Protection. 80: 73-
86.
UCAPAN TERIMAKASIH Marsusi. 2012. Studi Flora Gulma Pada
Lingkungan Hutan Rakyat Tanaman
Albizia di Boyolali. Jurnal Ekosains
Volume IV No 1 Maret 2012.
Terimakasih disampaikan kepada tim
peneliti DPWM ULM: Normelawati R. dan Onarely, A., Riry, J., Wattimena A.Y. 2016.
Eny Dwi P., yang sebagian datanya Studi Komunitas Gulma Di Areal
digunakan untuk artikel ini serta rekan-rekan Pertanaman Pala (Mirystica Fragrans
mahasiswa: Fauzi Karni, Kardianoor dan Houtt) Pada Stadium Tanaman Belum
Andre Toberto yang sudah memberikan Menghasilkan Dan Menghasilkan Di
tenaganya untuk terkumpulnya data, Desa Rutong Kecamatan Leitimur
semoga bermanfaat untuk kita semua. Selatan Kota Ambon. Jurnal Budidaya
Pertanian. Vol. 12 (2) : 80-88

304
Jurnal Hutan Tropis Volume 8 No. 3, Edisi November 2020

Prahasti, E.A., Tukiran, Suyatno, Hidayati,


N., 2014. Eksplorasi Tu,mbuhan Obat di
Desa Lebani Waras Kecamatan
Wringinanom Kabupaten Gresik.
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN
: 978-602-0951-00-3. Suranbaya
Steenis, V.C. G. G. J.. 2008. Flora.
Pradnya Paramita. Jakarta.
Suharjo, R. dan Titik Nur Aeny. 2011.
Eksplorasi Potensi Gulma Siam
(Chromolaena odorata) Sebagai
Biofungisida Pengendali Phytophthora
palmivora yang diisolasi Dari Buah
Kakao. Jurnal Hama Penyakit Tanaman
Tropika Volume 11 No 2: 201-209.
September 2011. ISSN 1411-7525
Sutomo,S. 2015. Komposisi Komunitas
Tumbuhan Bawah di Dalam Plot
Permanen 1 Ha Gunung Pohen Cagar
Alam Batukahu Bali. Jurnal Metamorfosa
II (1): 41-49. Journal Biologist Sciences
Sutomo dan Fardila, D. 2013. Autekologi
Tumbuhan Obat Selaginella Doederleinii
Hieron Di Sebagian Kawasan Hutan
Bukit Pohen Cagar Alam Batukahu,
Bedugul Bali. Jurnal Penelitian Hutan
Dan Konservasi alam Volume 10 No. 2:
153-161
Tanasale, V. 2010. Komunitas Gulma Pada
Pertanaman Gandaria Belum
Menghasilkan dan Menghasilkan Pada
ketinggian Tempat Yang Berbeda.
(Tesis) UGM, Yogyakarta.
Ura’, R., Paembonan, S.A., Malamassam,
D. 2017. Analisis Vegetasi Tanaman
Bawah Berkhasiat Obat Pada Sistem
Agrisilvikultur di Lembang Sereale Toraja
Utara. Jurnal Ilmu Alam dan
Lingkungan,8 (16) (2017)45-51
Yusuf, R. & Purwaningsih. 2005. Komposisi
jenis dan struktur vegetasi hutan di
kawasan Pakuli, Taman Nasional Lore
Lindu, Sulawesi Tengah. Biodiversitas.
6(2): 123-128.

305

You might also like