Jurnal Krisna Wardana Apload - Compressed
Jurnal Krisna Wardana Apload - Compressed
Jurnal Krisna Wardana Apload - Compressed
ABSTRACT
System farming agriculture of verticultural was cultivation system that is carried out
vertically or stratified. One of spesies of plant using cultivation of verticultur system is basil
plant (Ocimum sanctum. L). The increase in the growth of basil plants in the verticulture
system can be determined from a good quality planting medium. The purpose of this study
was to determine the response and best treatment of the composition of the plant media on the
growth of basil plants. This research was carried out in Banjar Dinas Baikbang Kelod,
Umbang Village, Kerambitan District, Tabanan Regency. On January until March 2020. The
design used was a randomized block design (RBD) with a single factor, namely the
composition of the growing media. Planting composition media consisted of vermicompost
fertilizer, soil and sand weighing 5 kg per treatment. The treatments tested were as; M0: Soil
+ Sand (100%); M1: Soil + vermicompost fertilizer + sand (50%: 50%: 0%); M2: Soil +
vermicompost + Sand (50%: 0%: 50%); M3: Soil + vermicompost fertilizer + sand (50%:
30%: 20%); M4: Soil + vermicompost fertilizer + Sand (50%: 20%: 30%); M5: Soil +
vermicompost fertilizer + sand (40%: 40%: 20%); M6: Soil + vermicompost fertilizer + Sand
(40%: 30%: 30%); M7: Soil + vermicompost fertilizer + Sand (30%: 40%: 30%); M8: Soil +
vermicompost fertilizer + sand (30%: 50%: 20%). The results of the growth of the basil plant
(Ocimum sanctum L.) showed significantly different results on plant height, number of
leaves, wet weight above the soil, total wet weight, dry weight above the soil, total dry
weight, c-organic content and microorganism population. dominantly showed a response to
the composition of the media (soil: vermicompost fertilizer: sand) treatment of M4, which is
related to soil structure with good porosity levels and adequate nutrition and M2 is quite good
and is a medium commonly used as a planting medium. The composition of M4 media is the
best composition based on the metabolic value and biomass based on the total fresh weight
and oven dry weight of the plant.
PENDAHULUAN
Tanaman kemangi (Ocimun Scantum L.) merupakan salah satu sayuran dan menjadi
bahan makanan yang disukai banyak orang. Kemangi memiliki potensi dan mulai di jadikan
salah satu produk pertanian yang dibudidayakan. Kemangi mengandung minyak atsiri, asam
askorbat, asam kafeat, iskulin, histidin, magnesium, beta karoten, dan betasitosterol
(Putriyanti, 2009). Komposisi gizi daun kemangi per 100 gram bahan mengandung air 87
gram, protein 3,3 gram, serat sebanyak 2 gram, unsur Ca 320 mg, unsur Fe 4,5 mg, dan
vitamin C sebesar 27 mg. Simon (1992) menyatakan bahwa kemangi mengandung minyak
atsiri yang dapat digunakan sebagai parfum, farmasi, dan industri makanan. Kandungan
minyak atsiri kemangi meliputi metil kavikol, linalool, kamfor, sitral, dan eugenol.
2
Adapun penanaman kemangi dapat dilakukan secara sistem pertanian vertikal. Sistem
pertanian vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau
bertingkat. Sistem budidaya pertanian menggunakan teknologi vertikultur secara vertikal atau
bertingkat ini merupakan sistim budidaya yang sangat sesuai dan direkomendasikan untuk
daerah perkotaan dengan lahan pekarangan yang terbatas atau sempit. Jika pada lahan seluas
1 m2 biasanya hanya bisa untuk menanam 5 batang tanaman, pada sistem vertikal
menggunakan teknologi vertikultur bisa menghasilkan 24 – 27 batang tanaman tergantung
jenis tanaman dan kebutuhan. Keuntungan budidaya sayuran sistim vertikultur antara lain
efisien dalam penggunaan lahan, mudah dalam pemeliharaan, penghematan pemakaian pupuk
dan biopestisida, praktis dan mudah dalam kontrol pertumbuhan rumput dan gulma.
Agar mendukung peningkatan produksi budidaya vertikultur pertumbuhan tanaman
juga harus diimbangi dengan unsur hara dan kandungan bahan organik yang tersedia bagi
tanaman yakni dengan penggunaan media tanam yang tepat dan pemupukan. Media tanam
berfungsi sebagai tempat melekatnya akar, juga sebagai penyedia hara bagi tanaman.
Campuran beberapa bahan untuk media tanam harus menghasilkan struktur yang sesuai
karena setiap jenis media mempunyai pengaruh yang berbeda bagi tanaman. Media tanam
dapat diperbaiki dengan pemberian bahan organik seperti kompos, pupuk kandang atau bahan
organik lain. Tanah yang berstruktur remah sangat baik untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, karena di dalamnya mengandung bahan organik yang merupakan
sumber ketersediaan hara bagi tanaman. Selain media tanam yang baik, pemupukan juga
perlu dilakukan untuk meningkatkan kesediaan hara bagi tanaman (Syahputra dkk., 2014).
Pasir merupakan salah satu media alternatif pengganti tanah, hal ini disebabkan
beberapa tekstur fisik dalam jenis tanah tertentu memang tersusun oleh pasir, oleh sebab itu
banyak tanaman baik tanaman hias maupun produksi yang sesuai dengan media ini.
Kelebihan dari media ini adalah kemampuan airase dan drainase yang baik, pasir mampu
menyerap banyak air namun mudah juga untuk kering. Pasir akan lebih cocok jika dijadikan
media tambahan, bukan sebagai media tunggal, karena akan sangat merepotkan untuk
mengatur nutrisi dan air jika pasir dijadikan media tunggal (Krisnaningsih ,2009).
Pemupukan yang ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan adalah melalui sistem
organik. Bahan pemupukan yang dapat digunakan salah satunya adalah pupuk kascing atau
yang sering disebut kotoran bekas pemeliharaan cacing. Pupuk kascing merupakan salah satu
pupuk organik yang mempunyai kelebihan dari pupuk organik yang lain, sehingga sering
disebut “pupuk organik plus”. Kascing adalah kotoran cacing tanah yang merupakan pupuk
3
organik yang sangat baik, karena unsur hara yang dikandung langsung dapat tersedia bagi
tanaman sehingga kualitas kascing jauh lebih baik dibandingkan pupuk organik lainnya
(Mungara dkk., 2013). Pupuk kascing mengandung unsur hara seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Fe
dan unsur lainnya yang dibutuhkan oleh tanaman. Komponen-komponen biologis yang
terkandung dalam pupuk kascing adalah hormon pengatur tubuh giberallin, sitokinin dan
hormon auksin juga tidak mempunyai efek negatif terhadap lingkungan dan sangat
bermanfaat bagi tanaman (Simanjuntak, 2004). Pada penelitian Pratama et al (2018)
menyatakan pengaruh penggunaan pupuk kascing dapat mempengaruhi hasil tinggi tanaman,
jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman sawi. Adapun faktor ini dikarenakan
pupuk kascing mampu memenuhi kebutuhan unsur hara, terutama unsur N yang penting bagi
bobot basah dan bobot kering. Serapan nitrogen yang meningkat menyebabkan kebutuhan
nitrogen pada fase vegetatif tanaman tercukupi, sehingga meningkatkan biomasa tanaman.
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji dan mengetahui komposisi media tanam
terhadap pertumbuhan tanaman kemangi berdasarikan sifat tanah pada sistem penanaman
vertikultur.
BAHAN DAN METODE
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pipa talang dengan panjang 270 cm
dan lebar 22 cm. Kemudian jarak antar lubang tanam yaitu 30 cm dan jarak tinggi pipa talang
yaitu 80 – 100 cm. Juga menggunakan bor tanah, ember, kantong plastik, timbangan, jangka
sorong, meteran, alat tulis, alat dokumentasi, ayakan 0,5 mm , botol kocok, neraca, mesin
shaker, pH meter, tin, neraca, oven, eksikator, alat titrasi, Labu Kjeldahl 100 ml, alat
destruksi, penyulingan, labu penyulingan, gelas ukur 10 ml, 50 ml dan 100 ml, erlenmeyer 50
ml dan 100 ml, buret, pipet 10 ml dan 5 ml, labu takar 50 ml, tabung reaksi, labu ekstraksi,
kertas saring, Perlakuan standar 0 – 5, spektrofotometer, corong plastik laboratorium, cawan
petridis, lampu bunsen. Selanjutnya bahan yang digunakan yaitu tanaman kemangi, pupuk
kascing, pasir dan sampel tanah, larutan KCl, air murni, asam sulfat (H2SO4) 0,05 N,
campuran selenium, asam borat 1%, natrium hidroksida (NaOH) 30%, batu didih atau
karborondum, kalium dikromat (K2Cr2O7), asam fosfat (H3PO4) 85%, aquadest, larutan
4
FeSO4, larutan P-A, larutan P-B, larutan P-C, Media Bacto Agar, larutan fisiologis, alkohol
dan spiritus.
Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktor tunggal yaitu
komposisi media tanam. Komposisi media tanam terdiri dari pupuk kascing, tanah dan pasir
dengan berat 5 kg per perlakuan. Perlakuan yang dicobakan yaitu sebagai berikut : M0:
Tanah + Pasir (100%); M1: Tanah + Pupuk Kascing + Pasir (50%: 50%: 0%); M2: Tanah +
Pupuk Kascing + Pasir (50%: 0%: 50%); M3: Tanah + Pupuk Kascing + Pasir (50%: 30%:
20%); M4: Tanah + Pupuk Kascing + Pasir (50%: 20%: 30%); M5: Tanah + Pupuk Kascing
+ Pasir (40%: 40%: 20%); M6: Tanah + Pupuk Kascing + Pasir (40%: 30%: 30%); M7:
Tanah + Pupuk Kascing + Pasir (30%: 40%: 30%); M8: Tanah + Pupuk Kascing + Pasir
(30%: 50%: 20%). Secara keseluruhan ada 9 perlakuan, dari setiap perlakuan diulang 3 kali,
sehingga terdapat 27 petak perlakuan.
Parameter yang diuji dalam penelitian ini adalah 1) tinggi tanaman, 2) jumlah cabang,
3) panjang akar, 4) berat basah diatas tanah, 5) berat basah dibawah tanah, 6) total berat
basah tanaman 7) berat kering oven diatas tanah, 8) berat kering oven dibawah tanah, 9) total
berat kering tanaman, 10) populasi mikroorganisme, 11) pH tanah, 12) N-total, 13) C-
organik.
Hasil analisis statistik pada tabel 1.1 menyatakan bahwa komposisi media terhadap
parameter tinggi tanaman pada 10 hari setelah tanam menunjukkan hasil yang tidak berbeda
nyata pada semua perlakuan. Pada 20 hari setelah tanam menunjukkan bahwa perlakuan
komposisi M4 (Tanah + Pupuk Kascing + Pasir (50 % : 20 % : 30 %)) menunjukkan nilai
sebesar 23,50 cm yang tertinggi yang berbeda nyata dibandingkan perlakuan lain. Gambar
grafik 4.1 menunjukkan titik puncak grafik tertinggi terdapat pada perlakuan M4, hal ini
sesuai dengan pernyataan Sitompul dan Guritno (1995) tinggi tanaman merupakan indikator
yang biasa digunakan untuk mengukur pertumbuhan tanaman.
5
Tabel 1.1
Pengaruh Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Tinggi Tanaman Kemangi
Pada 20 HST
Tinggi Tanaman (cm)
Perlakuan
10 hst 20 hst 30 hst
M0 9,67 a 16,33 b 36,33 c
M1 9,50 a 12,33 b 40,67 a
M2 8,50 a 17,67 b 46,00 a
M3 8,17 a 12,17 b 34,00 c
M4 11,00 a 23,50 a 47,67 a
M5 10,50 a 14,33 b 34,67 c
M6 8,67 a 12,50 b 40,00 b
M7 9,50 a 12,83 b 32,67 c
M8 9,17 a 14,00 b 37,33 c
Keterangan : angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan perbedaan
yang tidak nyata berdasarkan uji Jarak Berganda Duncant taraf 5%
Gambar 4.1
Pengaruh Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Tinggi Tanaman Kemangi
Menurut Salisbury dan Ross (1992), komposisi media tanam yang baik akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan sel yang baik, dalam penelitian ini,
pernyataan ini sesuai dengan fisiologi yang ditunjukkan pada perlakuan M4.
Pada hari ke-30 setelah tanaman, perlakuan M4 (Tanah + Pupuk Kascing + Pasir (50
% : 20 % : 30 %)) sebesar 47,67 cm, M1 (Tanah + Pupuk Kascing + Pasir (50 % : 50 %: 0 %)
sebesar 40,67 cm dan perlakuan M2 (Tanah + Pupuk Kascing + Pasir (50 % : 0 % : 50 %))
6
sebesar 46 cm menunjukkan nilai tertinggi yang tidak berbeda nyata. Dari data tersebut
menyatakan bahwa perlakuan dengan nilai tertinggi pada kombinasi 3 komposisi antara
tanah : pupuk kascing : pasir (50 % : 20 % : 30 %) pada perlakuan M4 mampu mempercepat
pertumbuhan pada tanaman kemangi mulai hari ke-20 dan hari ke-30. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan bahwa media tanam tanah yang dicampurkan dengan pasir dapat
memperbaiki porositas tanah, sehingga media tanam menjadi lebih gembur dan memberikan
peluang bagi akar tanaman untuk tumbuh dan mencari unsur hara (Prameswari dan Tata,
2004). Pasir merupakan media renggang dan tidak terlalu mengikat air. Perpaduan media
(tanah:pasir) dengan pupuk organik akan menghasilkan media yang baik dimana media
menyediakan hara dan dapat mengikat air bagi pertumbuhan tanaman (Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Sumatera Barat, 2014).
Pupuk organik yang digunakan pada penelitian ini berupa pupuk kascing pada
komposisi media antara tanah : pupuk kascing : pasir (50 % : 20 % : 30 %) pada perlakuan
M4 dalam hasil pengamatan tinggi tanaman cenderung menunjukkan bahwa adanya
peningkatan tinggi tanaman pada pemberian komposisi pupuk kascing 20 % pada penelitian
ini. Hasil penelitian lain yang menunjukkan bahwa komposisi perpaduan media tanam
dengan pupuk kascing yang tepat pada tanaman sawi berpengaruh terhadap pertumbuhan
vegetatif tanaman sawi (Fransisca, 2009). Pupuk kascing mengandung berbagai unsur hara
yang dibutuhkan tanaman seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Fe, Mn, Al, Na, Cu, Zn, Co, dan Mo
(Lingga dan Marsono, 2007). Sehingga pada pengaplikasian yang tepat kombinasi media
dengan pupuk kascing dapat menyuburkan tanah, hal tersebut sesuai dengan data nilai
tertinggi yang berbeda nyata populasi mikroorganisme pada tabel 4.6 dimana jumlah populasi
mikroorganime yang tinggi akan berpengaruh bertambahnya kandungan hara disertai
fitohormon sehingga pertumbuhan vegetatif tanaman akan lebih baik (Krisnawati, 2003).
Demikian pula dengan komposisi media tanam pasir : tanah pada perlakuan M1 (pasir: tanah
(100%)) dan M2 (pasir : pupuk kascing : tanah (50% : 0% : 50%) pada hari ke-30 , hal
tersebut diduga dengan adanya tambahan media tanam pasir akan memberikan aerase dan
drainase yang cukup untuk penyerapan unsur hara (Nugraha, 2008). Media pasir dan tanah
cukup dengan perbandingan 50% - 100 % sudah cukup baik sebagai media tanam didukung
dengan pernyataan Benu dkk. (2016) perlakuan tanah dan pasir memberikan pengaruh beda
nyata terhadap pertumbuhan semai cendana.
Tinggi tanaman memberikan potensi pada jumlah daun yang dapat terbentuk.
Semakin tinggi tanaman maka jumlah daun juga berpotensi lebih banyak. Daun merupakan
7
organ untuk melakukan fotosintesis yang dapat menghasilkan karbohidrat yang digunakan
untuk pertumbuhan dan perkembangan (Salisbury dan Ross, 1992; Bidwell, 1979; Devlin,
1975).
Tabel 1.2
Pengaruh Faktor Komposisi Media pada Jumlah Daun pada Tanaman Kemangi (helai)
20 HST
Jumlah daun (helai)
Perlakuan
10 hst 20 hst 30 hst
M0 18,67 a 24,33 b 123,00 a
M1 8,67 b 16,67 b 194,33 a
M2 9,00 b 28,33 b 155,00 a
M3 9,33 b 10,67 c 148,00 a
M4 24,67 a 51,00 a 224,33 a
M5 9,00 b 17,00 b 191,67 a
M6 8,00 b 16,00 b 150,67 a
M7 11,00 b 16,67 b 178,67 a
M8 8,00 b 9,67 c 155,67 a
Keterangan : angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan perbedaan yang
tidak nyata berdasarkan uji Jarak Berganda Duncant taraf 5%
Adapun pada data tabel 4.2 diperoleh bahwa hari ke-10 setelah tanaman pada
perlakuan M0 (Tanah + Pasir (100%)) sebesar 19 helai dan M4 (Tanah + Pupuk Kascing +
Pasir (50 % : 20 % : 30 %)) sebanyak 25 helai memiliki jumlah daun terbanyak dengan nilai
tertinggi yang tidak berbeda nyata dibandingkan perlakuan lain. Pada hari ke-20 setelah
tanam nilai tertinggi yang berbeda nyata ditunjukkan pada perlakuan M4 (Tanah + Pupuk
Kascing + Pasir (50 % : 20 % : 30 %)) sebanyak 51 helai. Hari ke-30 semua perlakuan
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Hasil tersebut menyatakan bahwa perlakuan M4
komposisi media antara tanah : pupuk kascing : pasir (50 % : 20 % : 30 %) komposisi media
tanam (tanah : pasir) yang poros dipadukan dengan pupuk kascing menghasilkan media
campuran pertumbuhan tanaman kemangi yang dapat menyediakan unsur hara untuk
pertumbuhan dengan mengikat air yang baik.
Gambar grafik 1.2 menunjukkan titik puncak grafik tertinggi terhadap jumlah daun
kemangi terdapat pada perlakuan M4 saat tanaman berumur 20 HST. Media M4 memiliki
struktur tanah yang gembur dan subur. Osman (1996) menyatakan bahwa tanah dengan
keadaan tekstur dan struktur yang baik sangat menunjang keberhasilan usaha pertanian,
struktur tanah yang dikehendaki tanaman adalah struktur tanah yang gembur mempunyai
ruang pori yang berisi air dan udara sehingga penyerapan unsur hara dapat berjalan optimal.
Menurut Nyakpa dan Hasinah (1985) pupuk organik dapat menambah unsur hara dalam tanah
8
sebagai penyediaan humus yang dapat memperbaiki struktur tanah dan mendorong kehidupan
jasad renik tanah. Penggunaan pasir sangat baik untuk perbaikan sifat fisik tanah memegang
peranan penting untuk mencapai pertumbuhan dan hasil yang maksimal (Hayati et al. 2012).
Gambar 1.2
Pengaruh Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Jumlah Daun Kemangi
Campuran media yang digunakan mampu mengikat air di daerah perakaran dan
menyediakan O2 maka akan memperlancar proses fotosintesis yang akan menghasilkan
karbohidrat yang banyak dan digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan secara
keseluruhan termasuk pertambahan organ tanaman berupa daun. Tanaman yang memiliki
daun yang lebih banyak memberikan potensi menyerap sinar matahari lebih banyak dan lebih
optimal sehingga memberikan potensi hasil fotosintesis yang lebih banyak pula. Semakin
banyak daun maka semakin cepat terjadi penguapan dan laju fotosintesis semakin cepat dan
hasil fotosintesis meningkat Salisbury dan Ross, 1992). Namun terkait jumlah cabang pada
tabel 1.3 semua perlakuan tidak menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata terkait
perbedaan komposisi meda tanam, hal ini menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan
rendah kandungan unsur N. Sehingga penggunaan pupuk kascing belum dapat memperbaiki
kandungan unsur N dan belum bisa meningkatkan jumlah batang pada tanaman kemangi, hal
ini juga sesuai dengan hasil analisis akhir kandungan N-total pada tabel 1.6 yang tidak
berbeda nyata.
9
Tabel 1.3
Pengaruh Faktor Komposisi Media terhadap Jumlah Cabang pada Tanaman Kemangi
(batang)
Jumlah cabang (batang)
Perlakuan
10 hst 20 hst 30 hst
M0 0,00 a 11,00 a 14,00 a
M1 0,00 a 6,67 a 16,33 a
M2 0,00 a 11,00 a 15,33 a
M3 0,00 a 6,00 a 14,33 a
M4 0,00 a 14,67 a 13,67 a
M5 0,00 a 8,00 a 13,33 a
M6 0,00 a 7,00 a 14,67 a
M7 0,00 a 10,00 a 13,00 a
M8 0,00 a 6,67 a 13,00 a
Keterangan : angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan perbedaan yang
tidak nyata berdasarkan uji Jarak Berganda Duncant taraf 5%
Gambar 1.3
Pengaruh Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Total Berat Basah Kemangi
Kemangi
Adapun grafik pada gambar 1.3 menunjukkan nilai komposisi media M4 terkait total
berat basah dapat memberikan respon pertumbuhan kemangi yang baik. Menurut Sitompul
dan Guritno (1995) berat basah dipengaruhi oleh kandungan air pada sel-sel tanaman yang
kadarnya dipengaruhi oleh lingkungan seperti suhu dan kelembaban udara, sehingga berat
kering tanaman lebih menunjukkan status pertumbuhan tanaman. Hubungan bobot basah
diatas tanah dengan total berat basah dengan pupuk kascing pada komposisi M4 menyatakan,
hasil bobot tertinggi pada berat basah diatas tanaman faktor ini dikarenakan pupuk kascing
mampu memenuhi kebutuhan unsur hara, terutama unsur N yang penting bagi bobot basah.
10
Serapan nitrogen yang meningkat menyebabkan kebutuhan nitrogen pada fase vegetatif
tanaman tercukupi, sehingga meningkatkan biomasa tanaman (Irwan, 2005). Unsur yang
berhubungan terkait pertumbuhan tanaman adalah nitrogen, nitrogen merupakan suatu unsur
yang paling banyak (Russel, 1997). Unsur ini dijumpai dalam jumlah besar pada bagian
jaringan tanaman yang muda dari pada jaringan tanaman yang tua, terutama berakumulasi
pada bagian daun dan biji. Nitrogen merupakan unsur penyusun setiap sel hidup. Dengan
demikian jumlah nitrogen yang diserap tanaman dari dalam tanah berhubungan langsung
dengan bobot basah diatas tanah dengan berat basah total.
Tabel 1.4
Pengaruh Faktor Komposisi Media terhadap Berat Basah Tanaman di Atas Tanah, Berat
Basah Tanaman di Bawah Tanah dan Total Berat Basah pada Tanaman Kemangi
Variabel Pengamatan
Perlakuan Berat basah tanaman Berat basah tanaman Total berat basah
di atas tanah (g) di bawah tanah (g) tanaman (g)
M0 12,23 d 5,13 a 20,10 b
M1 24,83 b 4,17 a 28,87 b
M2 28,43 b 5,80 a 34,13 b
M3 16,17 c 2,77 a 18,87 c
M4 40,10 a 5,67 a 46,93 a
M5 21,43 b 2,63 a 24,37 b
M6 22,17 b 3,67 a 25,83 b
M7 22,50 b 3,70 a 26,20 b
M8 21,90 b 3,27 a 25,17 b
Keterangan : angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan perbedaan yang
tidak nyata berdasarkan uji Jarak Berganda Duncant taraf 5%
Hasil berat basah dibawah tanah menyatakan nilai yang tidak berbeda nyata pada
semua perlakuan, karena kandungan hara berupa nitrogen pada semua perlakuan masih
kurang untuk mencukupi pertumbuhan pada akar tanaman, hal ini sesuai pada penelitian sawi
dengan komposisi media dengan pupuk kascing pada organ tanaman dibawah tanah yakni
berat akar tanaman sawi terkait kontrol dengan perbedaan komposisi media yang tidak
berpengaruh dan tidak berbeda nyata (Pratama et al, 2018).
Hasil sidik ragam (Anova) menunjukkan tidak terjadi pengaruh komposisi media
tanam terhadap berat basah dibawah tanah (tabel 1.4) dan panjang akar (tabel 1.5).
Komposisi media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar tetapi data pada
Tabel 1.5. menunjukkan bahwa akar dari tanaman yang ditanam pada media tanam dengan
komposisi media M4 (Tanah + Pupuk Kascing + Pasir (50 % : 20 % : 30 %)) cenderung lebih
panjang. Hal ini berarti bahwa media tanam tanah yang dicampurkan dengan pasir disertai
11
pengunaan pupuk kascing dapat memperbaiki porositas tanah, sehingga sehingga media
tanam menjadi lebih gembur dan memudahkan akar tanaman menyerap unsur hara lebih
mudah (Prameswari dan Tata, 2004; Krisnawati et, al. 2003).
Tabel 1.5
Pengaruh Faktor Komposisi Media pada Berat Kering Oven di Atas Tanah, Berat Berat
Kering Oven di Bawah Tanah, Total Berat Kering Oven dan Panjang Akar Tanaman
Kemangi
Variabel Pengamatan
Berat kering Berat kering oven Total berat Panjang akar
Perlakuan
oven tanaman tanaman dibawah kering oven (cm)
diatas tanah (g) tanah (g) tanaman (g)
M0 3,10 b 0,50 a 3,60 b 19,67 a
M1 3,77 b 0,37 a 4,47 b 18,17 a
M2 5,23 a 0,70 a 5,93 a 19,33 a
M3 2,80 b 0,17 a 2,97 b 19,00 a
M4 7,47 a 0,87 a 8,33 a 27,33 a
M5 2,97 b 0,23 a 3,27 b 19,83 a
M6 3,60 b 0,43 a 4,03 b 18,83 a
M7 3,77 b 0,37 a 4,07 b 16,17 a
M8 3,50 b 0,27 a 4,20 b 21,00 a
Keterangan : angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan perbedaan yang
tidak nyata berdasarkan uji Jarak Berganda Duncant taraf 5%
Data berat kering oven diatas tanah pada tabel 1.5 menyatakan bahwa terdapat nilai
tertinggi yang tidak berbeda nyata pada perlakuan M4 (Tanah + Pupuk Kascing + Pasir (50 %
: 20 % : 30 %) sebesar 7,47 gram dan M2 (Tanah + Pupuk Kascing + Pasir (50 % : 0 % : 50
%) sebesar 5,23 gram. Hal tersebut juga sejajar dengan data total berat kering dimana nilai
tertinggi yang tidak berbeda nyata pada perlakuan M4 (Tanah + Pupuk Kascing + Pasir (50 %
: 20 % : 30 %)) sebesar 8,33 gram dan M2 (Tanah + Pupuk Kascing + Pasir (50 % : 0 % : 50
%sebesar 5,93 gram. Seperti hal yang telah disampaikan pada parameter terkait berat basah
hal ini juga sebanding dengan hasil biomassa pada tanaman kemangi dimana komposisi
media (Tanah + Pupuk Kascing + Pasir (50 % : 20 % : 30 %)) dengan media tanah: pasir
(1:1) dapat menunjukkan pertumbuhan tanaman kemangi yang baik dari segi komposisi
media. Menurut Sitompul dan Guritno (1995) bobot kering tanaman merupakan nilai
biomassa suatu tanaman, semakin besar nilai biomassanya maka semakin baik pertumbuhan
tanaman. Hal ini dikarenakan selama pertumbuhan tanaman membentuk biomassa yang
dihasilkan dari proses fotosintesis yang digunakan untuk membentuk bagian-bagian tanaman.
Maka dari itu perlakuan M4 dan M2 merupakan media yang memberikan nutrisi yang
sehingga tanaman kemangi pada perlakuan tersebut memiliki nilai biomassa yang tinggi.
Hasil bobot tertinggi pada perlakuan M4 setara pada media tanam M2 pada umumnya, faktor
12
ini dikarenakan pupuk kascing belum mampu memenuhi kebutuhan unsur hara, terutama
unsur N yang penting bagi berat basah dan berat kering. Diduga energi yang dihasilkan hanya
cukup digunakan oleh tanaman utuk memenuhi kebutuhan energinya untuk dapat tumbuh
normal karena tanaman tumbuh dalam tekanan lingkungan sehingga penyimpanan dalam
bentuk bahan kering hanya sedikit (Fitter dan Hay, 1998).
Tabel 1.6
Pengaruh Faktor Komposisi Media pada Kadar pH Tanah, Kadar C-Organik, Populasi
Mikroorganisme dan Kadar N-Total Tanaman Kemangi
Variabel Pengamatan
Perlakuan Kadar C- Populasi Kadar N-total
Kadar pH tanah
organik mikroorganisme (N) (%)
M0 6,64 c 0,64 d 0,23 d 0,14 a
M1 7,36 a 3,23 a 1,28 d 0,22 a
M2 7,08 a 2,37 b 4,48 d 0,13 a
M3 6,79 b 2,24 b 4,05 d 0,06 a
M4 6,80 b 1,18 c 60,22 a 0,16 a
M5 7,20 a 2,48 b 14,00 c 0,18 a
M6 7,10 a 1,99 b 46,19 b 0,16 a
M7 7,27 a 2,02 b 16,99 c 0,23 a
M8 7,38 a 2,43 b 17,14 c 0,19 a
Keterangan : angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan perbedaan
yang tidak nyata berdasarkan uji Jarak Berganda Duncant taraf 5%
Tabel 1.6 menunjukkan bahwa kadar pH tanah dengan skala tingkat kualitas pH
berdasarkan standar taraf nilai kualitas tanah yang baik ditunjukkan pada semua perlakuan
yakni masuk dalam kategori nilai (6.50 – 7,80). Namun berdasarkan nilai analisis statistik
yang telah diuji dengan uji lanjutan Duncant menyatakan bahwa pH tanah yang baik
ditunjukkan pada perlakuan M1 (Tanah + Pupuk Kascing + Pasir (50 % : 50 %: 0 %)), M2
(Tanah + Pupuk Kascing + Pasir (50 % : 0 % : 50 %)), M5 (Tanah + Pupuk Kascing + Pasir
(40 % : 40 % : 20 %)), M6 (Tanah + Pupuk Kascing + Pasir (40 % : 30 % : 30 %)), M7
(Tanah + Pupuk Kascing + Pasir (30 % : 40 % : 30 %)) dan M8 Tanah + Pupuk Kascing +
Pasir (30 % : 50 % : 20 %)) dengan nilai pH secara berturut- turut sebesar 7,36; 7,08; 7,20;
7,10; 7,27 dan 7,38. Dari hal tersebut apabila dikaitkan dengan perbaikan kualitas tanah
dengan penambahan komposisi media pasir dan pupuk kascing dikaitkan dengan data analisis
tanah awal yang menyatakan pH awal pada tanah penelitian 6,50 ( sangat asam) dapat
menjadi netral setelah perlakuan.
13
Tabel 1.6
Pengaruh Faktor Komposisi Media pada Kadar pH Tanah, Kadar C-Organik, Populasi
Mikroorganisme dan Kadar N-Total Tanaman Kemangi
Variabel Pengamatan
Perlakuan Kadar C- Populasi Kadar N-total
Kadar pH tanah
organik mikroorganisme (N) (%)
M0 6,64 c 0,64 d 0,23 d 0,14 a
M1 7,36 a 3,23 a 1,28 d 0,22 a
M2 7,08 a 2,37 b 4,48 d 0,13 a
M3 6,79 b 2,24 b 4,05 d 0,06 a
M4 6,80 b 1,18 c 60,22 a 0,16 a
M5 7,20 a 2,48 b 14,00 c 0,18 a
M6 7,10 a 1,99 b 46,19 b 0,16 a
M7 7,27 a 2,02 b 16,99 c 0,23 a
M8 7,38 a 2,43 b 17,14 c 0,19 a
Keterangan : angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan perbedaan
yang tidak nyata berdasarkan uji Jarak Berganda Duncant taraf 5%
Kadar C-Organik yang tertera pada tabel 1.6 menunjukkan bahwa perlakuan M1
(Tanah + Pupuk Kascing + Pasir (50 %: 50 %: 0 %)) memiliki nilai C-Organik tertinggi yang
berbeda nyata sebesar 3,32 dikaitkan dengan analisis tanah awal kandungan awal C-organik
mencapai 3.05 (tinggi), maka hal tersebut menunjukkan bahwa pada semua perlakuan dengan
perpaduan media kascing dan pupuk kascing dapat meningkatkan kadar C-organik tanah.
Gambar 1.4
Pengaruh Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Kadar C-Organik Kemangi
Grafik yang ditunjukkan pada gambar 1.4 menunjukkan titik puncak tertinggi terkait
kadar c-organik tanah ditunjukkan pada perlakuan M1. Adapun perlakuan M1 memiliki nilai
yang tinggi dikarenakan komposisi tanah dan pupuk kascing dengan perbandingan (1:1)
memiliki sumber unsur hara ensensial yang tinggi dan lengkap baik hara makro dan mikro
(Sinta et al.2015). Namun terkait parameter pertumbuhan nilai pertumbuhan pada perlakuan
14
M1 terkait tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman menunjukkan
nilai yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan lain. Hal ini dikarenakan
factor komposisi penggunaan tanah, pupuk kascing dan pasir sangat berpengaruh besar terkait
struktur media yang tepat dengan pertumbuhan tanaman kemangi.
Populasi mikroorganisme pada penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan M4
(Tanah + Pupuk Kascing + Pasir (50 % : 20 % : 30 %) memiliki nilai populasi
mikroorganisme yang tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lain sebesar 60,22 N.
Gambar 1.5
Pengaruh Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Populasi Mikroorganisme Tanaman
Kemangi
Grafik yang ditunjukkan pada gambar 1.5 menunjukkan titik puncak tertinggi terkait
kadar c-organik tanah ditunjukkan pada perlakuan M4. Hal ini sesuai dengan penelitian
Rajiman et al (2008) yang menyatakan penggunaan jenis tanah bahan organik dan pasir nyata
memperbaiki sifat tanah pada tanaman bawang merah. Dimana salah satu faktor sifat tanah
yang baik juga dipengaruhi dengan penggunaan pupuk kascing. Peningkatan P-tersedia dari
eksekresi pada tubuh cacing berupa pupuk kascing akan bersimbiosa pada berbagai macam
mikroorganisme yang bisa menghasilkan enzim fosfatase yang berfungsi meningkatkan
ketersediaan P seperti mikrobia pelarut fosfat, bakteri pelarut fosfat yang mampu memecah
ikatan fosfat yang tadinya tidak tersedia menjadi tersedia (Kartini, 2018). Begitu juga terkait
nilai tertinggi nilai populasi mikoorganisme pada perlakuan M4 (Tanah + Pupuk Kascing +
Pasir (50 % : 20 % : 30 %) dikarenakan dengan 30 % pasir dapat memberikan aerasi yang
lebih baik, dimana ketersediaan O2 yang cukup dapat mendukung kehidupan mikroorganisme
dalam tanah, dimana pemberian kalsium (pasir) pada tanah dan pupuk organik dapat
menyatukan butir – butir menjadi menjadi agregat mikro menjadi agregat yang lebih besar.
Proses agregasi butiran tanah dapat dipercepat dengan kehadiran Ca pada pasir, maka dari itu
15
kehadiran pasir pada jenis tanah dan penggunaan pupuk organik dapat mengubah tata udara,
padatan dan air sehingga kadar bahan organik (mikroorganisme) akan meningkat (Lahuddin,
1996; Triwahyuningsih, 1998 dan Wigena et al, 2001).
Kadar N-total terkait perbedaan komposisi pada seluruh perlakuan menunjukkan nilai
yang tidak berbeda nyata dan ditunjukkan grafik pada gambar 1.6 yang menunjukkan garis
linier dan stagnan.Namun bila dikaitkan dengan analisis awal tanah (lampiran) dengan tabel
4.6kadar N-total pada perlakuan dengan pupuk kascing meningkat. Terjadi peningkatan N-
total pada perlakuan dengan penambahan kascing karena adanya Azotobacter pada pupuk
kascing yang dapat mengikat N yang bebas yang ada di udara (Kartini, 2018)
Gambar 1.6
Pengaruh Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Kadar N-total Tanaman Kemangi
16
DAFTAR PUSTAKA
Benu, D., Sukarno, A. dan S. Sulastri, 2016. Pengaruh Media Tanam Terhadap Pertumbuhan
Semai Cendana (Santalum Album Linn). Jurnal Ilmu Kehutanan. 1 (1) : 13—16.
Malang
Bidwell, R. G. S. 1979. Plant Physiologi second edition. Macmillan Phublising. New York.
Hal: 259-267
Devlin, R. M. 1975. Plant Physiologi Third Edition. D. Van Nostand Company. New York.
Hal : 306-322
Fransisca, S. 2009. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)
Terhadap Penggunaan Pupuk Kascing dan Pupuk Organik Cair. USU. Medan.
Skripsi.
Fitter, A.H, dan R.K.M. Hay. 1998. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Penerjemah.
Hayati E, Sabaruddin dan Rahmawati. 2012. Pengaruh Jumlah Mata Tunas Dan Komposisi
Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Setek Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas
L.) Jurnal Agrista . 16 (3): 23-30.
Irwan. 2005. Pengaruh Dosis Kascing dan Bokashi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) 2 (1) : 209-314
Kartini, N.L., 2018. Pengaruh Cacing Tanah dan Jenis Media Terhadap Kualitas Pupuk
Organik. Universitas Udayana. Pastura 8 (1) : 49 – 53
Krisnaningsih. 2009. Pengaruh Jenis Media Tanam dan Dosis Nitrogen terhadap
Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.). Program Pascasarjana Universitas
Udayana. Denpasar.
Kusuma, (2010). Efek ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum. L) terhadap Kerusakan
Hepatosit Mencit Akibat Minyak Sawit Dengan Pemanasan Berulang. Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Retrieved from
https://digilib.uns.ac.id
Lahuddin, 1996. Pengaruh Kompos Blotong tehadap Beberapa Sifat Fisik dan Kandungan
Unsur Hara Tanah Serta Hasil Tanaman Jagung. J Pene. Pert. 15 (1): 13-18
Lakitan, B. 2013. Dasar – dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Pers. Jakarta. 206 halaman.
Lingga, P., dan Marsono, 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta. Hal
: 89.
Muliawati, E. S. 2001. Kajian Tingkat Serapan Hara, Pertumbuhan dan Produksi Sambiloto
(Androgaphis Paniculata Ness.)42 pada Beberapa Komposisi Media Tanam dan
18
Mulatsih, R.T., W. Slamet dan F. Kusmiati. 2005. Perbaikan Kualitas dan Perancangan Alat
Pembibitan Sayuran dengan Teknik Vertikultur. Laporan Akhir Pelaksanaan
Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat Program Vucer. Fakultas Peternakan.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Mungara, E., D. Indradewa dan R. Rogomulyo, , 2013. Analisis Pertumbuhan dan Hasil Padi
Sawah (Oryza sativa L.) pada Sistem Pertanian Konvesional, Transisi Organik, dan
Organik. Yogyakarta Jurnal Vegetalika. 2 (3) :1 - 12.
Nyakpa, M.Y. & Hasinah HAR. 1985. Pupuk dan Pemupukan. Fakultas Pertanian Unsyiah,
Darussalam Banda Aceh.
Osman, F. 1996. Memupuk Tanaman Padi dan Palawija. Penebar Swadaya, Jakarta
Prameswari, D. dan M. H. L. Tata. 2004. Effect of Planting Media on the Growth of Sborea
pi11anga Scheff Seedlings. Journal of Forestry Research. 1 (1) : 25-30
Pratama, T. Y., Nurmayulis, dan I. Rohmawati. 2018. Tanggap Beberapa Dosis Pupuk
Organik Kascing Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sawi (Brassica juncea
L.) Yang Berbeda Varietas AGROLOGIA. Fakultas Pertanian Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa: 7 (2) :81-89.
Putriyanti, 2009. Cantik Rahasia Dibalik Buah dan Sayur, Penerbit Best Publisher,
Yogyakarta
Russel, S. 1997. Plant Root System. Their Function and Interaction with the Soil. London.
McGraw Hill Book Company (UK) Limited.
Rosadi, A. 2007. Pembuatan Permen Tablet Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum basilicum).
Skripsi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 65 hal.
Sembiring, E. L., Sampoerno, dan Sjofjan, J. 2013. Pengaruh Penggunaan Pupuk Kascing
Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dari Berbagai
Sumber Asal Bibit di Pembibitan Utama. Jurnal Agroteknologi. 6 (1): 25 – 32. Riau.
Simanjuntak, D. 2004. Manfaat Pupuk Organik Kascing Dan Cendawan Mikoriza Arbuskula
(CMA) Pada Tanah Dan Tanaman. Riau. Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian. 2
(2) : 5 – 9.
Simon, J.E. 1992. Basil: promising new essential oil crop. New Crops News 12 (1): 458-462
19
Safwan, D. (2016). Pengaruh Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.) Terhadap
Motilitas Dan Konsentrasi Spermatozoa Mencit Jantan (Mus musculus). Jurnal
Ilmiah Ibnu Sina, 1(2): 173-181 .
Sulianti, S.B. 2008. Studi fitokimia Ocimum spp. : komponen kimia minyak atsiri kemangi
dan ruku-ruku. Jurnal Ilmu-ilmu Hayati 9(3):237-241.
Syahputra, E., M. Rahmawati, dan S. Imran, 2014. Pengaruh Komposisi Media Tanam Dan
Konsentrasi Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Selada
(Lactuca sativa L.). Aceh.Jurnal Floratek. 9 : 39 - 45.
Triwahyuningsih, N. 1998. Kajian Pemberian Blotong, Kapur dan Pupuk NPK pada Tanah
Pasir, Pengaruh terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung. Tesis. Program
Pascasarjana UGM Yogyakarta.
Wigena, I.G.P., A. Rachim, D. Santoso, dan A. Saleh. 2001. Pengaruh Pasir dan Bahan
Mineral terhadap Hasil Tanaman Kacang Tanah. Jurnal Tanah dan Iklim. 19: 27-36
Verma. 2016. Chemical constituents and pharmacological action of Ocimum sanctum (Indian
holy basil-Tulsi). The Journal of Phytopharmacology 5(5): 205- 207.
Zainal, B., F. Aini, dan Lestari. (2006). Aktivitas Antifungi Ekstrak Daun Kemangi
(Ocimum americanum L.) Terhadap Fungi Fusarium oxysporum schlecht. Jurnal
Biota 2 (1): 12-19