Implementasi Program Kesehatan Reproduksi Remaja D

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 11

IMPLEMENTASI PROGRAM KESEHATAN REPRODUKSI

REMAJA DI KOTA PEKANBARU

Hetty Maria Isabela Sihotang1*, Jusuf S. Efendi2, Insi Farisa Desy Arya3
Akademi Kebidanan Sempena Negeri Pekanbaru
1
2
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran,Universitas Padjajaran
3
Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjajaran
*
E-mail : [email protected]

ABSTRACT
Prevalence of risk behaviors in adolescents has increased and worrisome impact. The main purpose
of this study is exploring implementation of adolescent sexual and reproductive health (ASRH)
programs, differences of knowledge and attitudes ASRH’s which is given by peer educators, teachers
and parents. This research is using mixed method with concurrent embedded strategy. Qualitative
research is a case study approach through in-depth interviews from the three groups. Quantitative
research is analytical approach to look at the differences in both adolescents’ knowledge and
attitude. Qualitative results found five themes ASRH Program which is the importance of ASRH,
implementation process, inhibiting factors and support of ASRH programs and ASRH models
development. Quantitative shows that there are differences in knowledge and attitudes about ASRH
who have followed the reproductive health education program provided by the peer
educators, teachers and parents with p<0.001. The group has a good knowledge and attitude which
are the majority in the peer group. ASRH program requires public’s promotion and dissemination to
engage every element of society aware to raise the importance of ASRH education and their
participation in the knowledge increase program such as ASHR’s attitudes and behavior to prevent
teenagers won’t fall down to risky behavior.

Keywords: Implementation of the program, reproductive health, adolescent

ABSTRAK
Prevalensi perilaku berisiko pada remaja semakin meningkat dan dampak yang ditimbulkannya
semakin mengkhawatirkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pelaksanaan program
pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR), menganalisis perbedaan pengetahuan dan sikap
mengenai KRR yang diberikan oleh pendidik sebaya, guru dan orangtua. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode campuran (mixed method) dengan strategi concurrent embedded.
Penelitian kualitatif dilakukan pendekatan studi kasus melalui wawancara mendalam kepada tiga
kelompok program KRR yaitu PIK-KRR, BKR dan guru. Penelitian kuantitatif dilakukan pendekatan
analitik untuk melihat perbedaan pengetahuan dan sikap remaja dengan membagikan kuesioner
kepada remaja dari tiga kelompok program pendidikan KRR. Hasil penelitian kualitatif didapatkan
lima tema mengenai pelaksanaan program pendidikan KRR yaitu alasan pentingnya KRR, proses
pelaksanaan program, faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan pendidikan KRR dan
pengembangan model pendidikan kesehatan reproduksi. Hasil penelitian kuantitatif terdapat
perbedaan pengetahuan dan sikap tentang KRR antara remaja yang telah mengikuti program
pendidikan kesehatan reproduksi yang diberikan oleh pendidik sebaya, guru dan orangtua dengan
nilai p< 0,001. Kelompok yang mempunyai pengetahuan dan sikap baik yaitu mayoritas pada
kelompok teman sebaya. Diperlukan promosi dan sosialisasi mengenai program pendidikan KRR
kepada masyarakat sehingga meningkatkan kesadaran setiap elemen masyarakat akan pentingnya
pendidikan sehingga dapat mencegah remaja tidak jatuh dalam perilaku berisiko.

KataKunci: Pelaksanaan program, Kesehatan reproduksi, remaja


PENDAHULUAN
Kesehatan reproduksi merupakan reproduksi tetapi para orangtua memiliki rasa
aspek penting dari kesehatan manusia. The malu, takut memberikan informasi yang salah
World Health Organization (WHO) dan juga merasa itu merupakan tanggung
menetapkan kesehatan reproduksi adalah salah jawab guru dan tenaga kesehatan. Sedangkan
satu hak mendasar yang dimiliki setiap orang para guru merasa tidak nyaman, tidak
dimana mengandung konsep dan hak-hak memiliki bahan dan keterampilan yang
reproduksi yang harus terpenuhi sepanjang memadai untuk memberikan pengetahuan
siklus hidupnya. Elemen-elemen penting itu kesehatan reproduksi (Stacy, 2008). Sehingga
mencakup pemahaman hak-hak reproduksi, para remaja mencari informasi sendiri
kematangan/tanggungjawab individu, dan hak- mengenai kesehatan reproduksi melalui media
hak individu memperoleh pengetahuan dari informasi,teman sebaya maupun saudara
pelayanan yang diberikan. kandung yang seringkali memberikan
Prevalensi perilaku berisiko pada informasi yang salah dan timbul
remaja semakin meningkat dan dampak yang kesalahpahaman mengenai kesehatan
ditimbulkannya juga semakin reproduksi. (Karen,2002)
mengkhawatirkan. Perilaku-perilaku berisiko Upaya pendidikan kesehatan
yang mengganggu kesehatan seperti merokok, reproduksi yang komprehensif melalui
konsumsi minuman beralkohol, kecanduan keluarga/orangtua, sekolah (guru), teman
obat-obatan, kekerasan dan perilaku seksual sebaya dan komunitas baik melalui jalur
yang berisiko sangat rentan terjadi pada usia pendidikan formal atau non formal merupakan
remaja. (Lestari, 2011). Berdasarkan data strategi yang penting dan lebih baik dalam
Survey Kesehatan Reproduksi Remaja upaya untuk mendidik remaja pada usia yang
Indonesia (SKKRI) 2012 dibandingkan dengan lebih dini sehingga remaja perempuan dan
SKKRI 2007 menunjukkan peningkatan laki- laki akan memiliki informasi yang
prevalensi dari keempat perilaku berisiko mereka butuhkan untuk membuat keputusan
dalam kurun waktu 5 tahun yaitu merokok mengenai kesehatan reproduksinya, walaupun
(laki-laki 80% dan perempuan 10%), minum masih sedikit penelitian mengenai hal tersebut.
alkohol (laki-laki 40% dan perempuan 5%), (Jackson,2012 dan Shaikh, 2006)
hubungan seksual pranikah (laki-laki 8% dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana
perempuan 1%) dan penyalahgunaan narkoba Nasional (BKKBN) memiliki strategi yang
(laki-laki 4,3% dan perempuan 0,2%) berkaitan dengan Kesehatan Reproduksi
(SDKI,2012). Hal ini tentu akan memengaruhi Remaja yaitu program GenRe (Generasi
status kesehatan remaja yang pada akhirnya Berencana). Arah program GenRe memiliki 2
akan berdampak pada kualitas generasi dimasa bagian yaitu PIK-KRR (Pusat Informasi dan
mendatang. Oleh karena itu dibutuhkan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja) dan
program pencegahan dan tindakan lanjut yang BKR (Bina Keluarga Remaja).
dapat memengaruhi pengetahuan, sikap dan Pelaksanaan PIK-KRR ini dilakukan
perilaku kesehatan reproduksi remaja yang oleh pendidik sebaya yang menjadi
sehat dan bertanggungjawab .(Brooks, 2012 narasumber bagi kelompok remaja sebayanya
dan Farah, 2013) yang telah mengikuti pelatihan pendidik
Data Riskesdas Tahun 2010 sebaya KRR. Dengan memberikan ketrampilan
menyatakan kelompok remaja di Indonesia konseling kepada remaja, diharapkan remaja
yang pernah mendapatkan penyuluhan yang menjadi teman curhat dapat memberikan
kesehatan reproduksi baru 25 % dimana solusi yang cerdas. Di tahun 2015, diharapkan
Provinsi Riau hanya 20% remaja usia 10-24 seluruh sekolah di Indonesia akan memiliki
tahun yang pernah mendapatkan penyuluhan PIK. Sampai saat ini, diperkirakan baru 70%
kesehatan reproduksi. sekolah di Indonesia yang memiliki PIK.
Permasalahan dalam memberikan (Masri,2008)
pendidikan kesehatan reproduksi kepada BKR (Bina Keluarga Remaja) adalah
remaja yaitu para remaja sebenarnya suatu kelompok/wadah kegiatan yang
menginginkan orang tua mereka yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan ,
memberikan informasi mengenai kesehatan sikap dan perilaku orangtua remaja dalam
rangka pembinaan tumbuh kembang remaja.
Program BKR beranggotakan keluarga yang
mempunyai remaja 10-24 tahun yang penghambat dan pendukung program yang
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan diberikan oleh pendidik sebaya, guru dan
dan ketrampilan orangtua dan anggota orangtua. Serta menganalisis perbedaan
keluarga lainnya dalam pengasuhan dan pengetahuandan sikap mengenai pendidikan
pembinaan anak remaja. kesehatan reproduksi yang diberikan oleh
Pendidikan kesehatan reproduksi pendidik sebaya, guru dan orangtua.
remaja juga sudah waktunya untuk masuk
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari METODE PENELITIAN
kegiatan pembelajaran di sekolah.(Yip Metode penelitian ini adalah mixed
PS,2013). Isi pembelajaran kesehatan methods concurrent embedded berupa
reproduksi yang diberikan terutama bertujuan kombinasi antara penelitian kualitatif dan
untuk mendidik dari segi moral dan etika kuantitatif yang menerapkan satu tahap
sehingga remaja dapat menghargai hak-hak pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif
dari kesehatan reproduksi tersebut dimana hal dalam satu waktu dengan metode kualitatif
ini dapat dilakukan oleh guru yang ada di sebagai metode primer dan metode kuantitatif
sekolah. Salah satu kendala dari program sebagai metode sekunder. Dengan
pelatihan pendidikan kesehatan reproduksi menggunakan metode kombinasi ini, maka
untuk guru di sekolah adalah program ini data yang diperoleh akan lebih lengkap dan
belum sepenuhnya diterima oleh pihak akurat.. Penelitian ini telah dilaksanakan pada
sekolah. (Song Y, 2010). Program pendidikan remaja (usia 15-18 tahun) yang mewakili tiga
kesehatan reproduksi untuk diterapkan di kelompok program pendidikan kesehatan
sekolah juga belum disetujui dan dievaluasi reproduksi remaja di wilayah Kota Pekanbaru.
secara nasional, sehingga isi dan struktur Tahap penelitian kualitatif merupakan
pendidikan kesehatan reproduksi seringkali penelitian dengan pendekatan secara studi
sesuai dengan kebijaksanaan masing-masing kasus (case study). informan dalam penelitian
sekolah dan kepala sekolah.(Glasier,2006) ini adalah remaja dan fasilitator pendidikan
Ada banyak program di Indonesia kesehatan reproduksi (pendidik sebaya, guru
yang dilaksanakan baik oleh pemerintah, dan orangtua. Metode yang digunakan terdiri
organisasi maupun LSM (Lembaga Swadaya dari observasi partisipan, studi dokumen,
Masyarakat) dalam usaha mengurangi perilaku wawancara mendalam, dan diskusi kelompok
berisiko pada remaja yaitu antaralain terarah atau FGD(Focus Group Discussion)
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR di berdasarkan pedoman wawancara. Selain itu,
puskesmas), Program Genre BKKBN, peneliti juga melakukan observasi terhadap
Program Hebat FK Unpad, MCR (Mitra Citra kondisi lingkungan tempat pemberian
Remaja) PKBI, dan masih banyak lagi pendidikan kesehatan reproduksi berlangsung.
program yang lainnya. Program Kesehatan Teknik analis data dimulai dengan membuat
Reproduksi Remaja (KRR) pada dasarnya transkrip wawancara kemudian melalui tahap
bertujuan untuk memberi pemenuhan hak-hak reduksi data, pengkajian data dan verifikasi
reproduksi bagi remaja dalam hal promosi, data (triangulasi data).
pencegahan dan penanganan masalah- masalah Tahap Penelitian Kuantitatif dilakukan
kesehatan reproduksi tetapi hal ini masih sulit pendekatan deskriptif dengan pengambilan
karena sering dianggap tabu oleh masyarakat data secara cross sectional study. Penelitian
sehingga pada kenyataannya pendidikan kuantitatif ini dilakukan dengan tujuan untuk
kesehatan reproduksi masih sulit untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap
dilaksanakan. Untuk itu perlu dilakukan remaja mengenai kesehatan reproduksi yang
penelitian yang meneliti bagaimana mendapatkan pendidikan kesehatan reproduksi
pelaksanaan program kesehatan reproduksi dari teman sebaya, guru dan orangtua. Cara
pada remaja yang diberikan oleh pendidik pemilihan sampel pada penelitian ini dengan
sebaya, guru dan orangtua sehingga dapat multistage cluster sampling. Jumlah sampel
dirancang strategi baru dalam pendidikan pada masing-masing kelompok berjumlah 100
untuk meningkatkan pengetahuan remaja orang. Analisisa data dilakukan secara
mengenai kesehatan reproduksi. univariat dan bivariat dilakukan dengan uji
Adapun tujuan yang ingin dicapai chi-kuadrat untuk menggambarkan distribusi
dalam penelitian ini adalah mengeksplorasi dan frekuensi karakteristik variabel
pelaksanaan program pendidikan kesehatan independen dan variabel dependen dan untuk
reproduksi remaja dengan melihatfaktor melihat perbedaan tingkat
pengetahuan dan sikap remaja tentang terhadap informasinya mengenai sistem
kesehatan reproduksi yang diberikan oleh reproduksinya yang merupakan salah satu
pendidik sebaya, guru dan orangtua tahap proses dari kematangan seksual remaja.
Setelah dilakukan analisis pada kedua Hal ini didukung oleh pernyataan informan:
jenis data (kualitatif dan kuntitatif), maka Sangat penting,klo misalnya kita terpaut
dilakukan interpretasi data. Pada mixed dengan pergaulan bebas trus berkecimpung
method research jenis concurrent embedded , dengan free seks dan lain sebagainyaitu
data kualitatif dan kuantitatif tersebut menyangkut masa depan juga. Kan gak lucu
digabungkan sehingga dapat diketahui data juga masih umur 16 tahun sudah punya anak.
kuantitatif mana yang dapat memperluas dan Baik dia sebagai ibu maupun sebagai ayah.
meningkatkan akurasi data kualitatif. Jadi sangat pentinglah,masa depannya
tergantung pada dirinya sendiri. Jadi dia
HASIL DAN PEMBAHASAN harus tahu mengenai kesehatan reproduksi
Pada penelitian kualitatif, dilakukan remaja itu supaya bisa membentengi dirinya
wawancara mendalam untuk mengetahui sendiri. (informan 1,7,10)
gambaran yang luas dan mendalam mengenai
hal-hal yang memengaruhi pelaksanaan Sebagai akibat dari kegagalan proses
pendidikan kesehatan reproduksi terhadap pembentukan identitas diri, remaja sering jatuh
peningkatan pengetahuan dan sikap remaja pada perilaku-perilaku berisiko dan akan
menurut pandangan remaja dan fasilitator mempertimbangkan untuk bereksperimen dan
pendidikan kesehatan reproduksi (pendidik eksplorasi yang berisiko membahayakan diri
sebaya, guru dan orangtua). Dari hasil mereka. Oleh karena itu remaja perlu dibekali
penelitian yang dilakukan oleh peneliti pengetahuan agar mampu melindungi diri dari
didapatkan 5 tema yang mempengaruhi masalah-masalah kesehatan reproduksi. Hasil
pelaksanaan program pendidikan kesehatan wawancara mendalam sebagian besar remaja
reproduksi remaja. Adapun tema dari hasil menyadari bahwa kesehatan reproduksi sangat
penelitian dapat diuraikan sebagai berikut di penting dan diperlukan bagi remaja untuk
bawah ini: membentengi diri dari perilaku-perilaku
berisiko seperti pergaulan bebas, narkoba dan
1) Alasan Pentingnya Kesehatan menjaga kesehatan. Apabila dilihat dari hasil
Reproduksi penelitian kuantitatif pada tabel 1 didapatkan
Salah satu tahap perkembangan sebagian besar remaja berpengetahuan cukup,
remaja yang penting adalah pembentukan terutama pada kelompok guru (42 %) dan
sebuah identitas pribadi, dimana remaja harus kelompok orangtua (45 %). Tingkat
menemukan apa yang mereka yakini, sikap pengetahuan remaja dan pemahaman
dan nilai-nilai idealnya yang dapat mengenai kesehatan reproduksi yang rendah
memberikan suatu peran dalam kehidupan akan mempengaruhi sikap remaja. Hal ini
sosialnya. Bagian dari proses pencarian dapat dilihat dari tabel 2 rata-rata sikap remaja
identitas diri adalah remaja bereksplorasi, terhadap kesehatan reproduksi remaja masih
mencari tahu, dan melakukan eksperimen negatif yaitu pada kelompok guru (40 %) dan
(Geldard,2011). Hasil wawancara mendalam orangtua (55 %) sehingga dapat membawa
didapatkan bahwa sebagian remaja mulai remaja ke arah perilaku berisiko.
tertarik dan antusias
Tabel 1. Perbedaan Pengetahuan Remaja tentang Pendidikan KesehatanReproduksi yang
Diberikan oleh Teman Sebaya, Guru dan Orangtua

Kelompok Program Nilai Perbandingan Pengetahuan Remaja


Pendidikan Kesehatan p* (Nilai p)
Reproduksi
Variabel Guru Teman Orangtua Guru Guru Teman Sebaya
Pengetahuan Sebaya vs vs vs Orangtua
Remaja** Teman Orangtua
(PIK- (BKR) Sebaya
KRR)
(n=100) (n=100) (n=100)
Kurang 39 14 31
Cukup 42 40 45 <0,001 <0,001 0,450 <0,001
Baik 19 46 24

Ket: *)Berdasarkan uji Chi Square


**)Kurang (skor/nilai <56%), Cukup ( skor/nilai 56-75%) dan Baik (skor/nilai 76-100%)
Tabel 2. Perbedaan Sikap Remaja tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi yang Diberikan
oleh Teman Sebaya, Guru dan Orangtua

Kelompok Program Nilai Perbandingan Sikap Remaja


Pendidikan Kesehatan p* (Nilai p*)
Reproduksi
Guru Teman Orangtua Guru Guru vs Teman
Sebaya vs Orangtua Sebaya
Variabel (PIK- (BKR) Teman vs
Sikap KRR) Sebaya Orangtua
Remaja**
(n=100) (n=100) (a=100)
45
Positif 60 76 <0,001 0,015 0,034 <0,001
Negatif 40 24 55
Ket: *) Berdasarkan uji Chi Square
**) Positif: jika jumlah jawaban ≥ median, Negatif: jika jumlah jawaban < median (
median = 86,7 )
Klo mengenai kesehatan reproduksi remaja
Salah satu penyebab masih tingginya ibu belum pernah itu mendapatkan pelatihan,
jumlah remaja yang berpengetahuan cukup Cuma paling tentang kanker. (informan 15,
dapat dilihat dari hasil wawancara didapatkan orangtua)
bahwa sebagian besar narasumber yang Penyebab lain dari rendahnya tingkat
memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pengetahuan remaja terutama pada kelompok
memiliki keterbatasan pengetahuan dan orangtua dan guru, berdasarkan hasil
keterbatasan pelatihan tentang kesehatan wawancara didapatkan adanya kesenjangan
reproduksi baik dari pendidik sebaya, orangtua pengetahuan yang diterima remaja.
maupun guru. Kesenjangan pengetahuan ini dapat
Hal ini sesuai dengan pernyataan informan mempengaruhi akses dan keterjangkauan
yaitu: remaja terhadap informasi pendidikan
Sejauh ini belum ada pelatihan yang diikuti kesehatan reproduksi. Dari hasil wawancara
mengenai kesehatan reproduksi. (informan 2, didapatkan kesenjangan pengetahuan sering
pendidik sebaya) terjadi pada remaja antar kelompok IPA dan
Untuk saya pribadi belum pernah diberikan IPS dimana remaja yang masuk kelas IPS
pelatihan kesehatan reproduksi remaja, tapi jarang sekali menerima pengetahuan kesehatan
tidak tau dengan guru lain. (informan 14,
guru)
reproduksi di sekolah. Hal ini sesuai dengan 2) Proses Pelaksanaan Program
pernyataan informan yaitu: Pendidikan Kesehatan Reproduksi
Udah cukup untuk alat reproduksi pada Arah kebijakan dari program
biologi itu udah cukup, tapi itu untuk Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) adalah
jurusan IPA. Jadi muncul kendala untuk mewujudkan Tegar Remaja 2015. Membangun
jurusan IPS, karena dia gak belajar kan. setiap remaja Indonesia menjadi Tegar remaja,
Jadi IPS kan gak belajar biologi, tentu yaitu remaja yang berperilaku sehat,
inilah perlu perhatian daripada sekolah. menghindari resiko Triad KRR, menunda usia
(informan 10,14) perkawinan, menginternalisasi norma keluarga
Perbedaan pola pengasuhan yang kecil berkualitas dan menjadi contoh, idola,
diberikan orangtua berkaitan dengan gender teladan, dan model bagi remaja-remaja
juga dapat menyebabkan kesenjangan sebayanya dalam rangka mewujudkan Tegar
pengetahuan dimana informasi yang diberikan Keluarga untuk mencapai keluarga berkualitas.
berdasarkan kasus perilaku berisiko yang Tujuan umum dari program KRR adalah
sering terjadi pada salah satu jenis kelamin meningkatkan pemahaman, pengetahuan, sikap
misalnya narkoba lebih sering diberikan pada dan perilaku remaja tentang kesehatan, hak-
laki-laki dan seksualitas kepada perempuan. hak reproduksi dan Triad KRR. Hal ini sesuai
Selain itu kesenjangan pengetahuan juga dapat dengan hasil wawancara mendalam dimana
terjadi dimana remaja yang putus sekolah tidak pada umumnya informan mengatakan tujuan
mendapatkan akses terhadap informasi dari program pendidikan kesehatan reproduksi
kesehatan reproduksi. Hal ini sesuai dengan adalah untuk meningkatkan pengetahuan
pernyataan informan: remaja tentang kesehatan reproduksi sehingga
Gak ada, klo anak laki-laki dari sekolah sering remaja lebih mengenal diri mereka sendiri
seminar kesana kemari tentang HIV, kanker. yang akan mendorongremaja untuk
Jadi saya gak ada memberikan pendidikan berperilaku yang sehat dan tidak beresiko.
kesehatan reproduksi, palingan anak Berdasarkan hasil wawancara
perempuan saja. (informan 15, orangtua) mendalam kepada informan dan pengamatan
yang dilakukan oleh peneliti, pelaksanaan
Tapi klo perempuan jarang sih saya berikan program pendidikan kesehatan reproduksi
pendidikan tentang narkoba. (informan 16, remaja masih kurang aktif. Hasil wawancara
orangtua) mendalam terhadap anggota PIK-KRR
Faktor lain yang mempengaruhi didapatkan bahwa masih sedikit remaja yang
pelaksanaan pendidikan kesehatan reproduksi datang ke PIK-KRR dan frekuensi kunjungan
adalah faktor komunikasi efektif antara yang kurang. Sebagian besar orangtua yang
remaja- teman sebaya, remaja-orangtua dan berada pada lingkup kelompok BKR
remaja- guru dimana akan terjalin komunikasi mengatakan bahwa masih sedikit kegiatan
dua arah dan unsur keterbukaan dan yang dilakukan untuk pemberian informasi
kepercayaan sehingga informasi yang mengenai kesehatan reproduksi remaja di
dibutuhkan akan lebih mudah diterima. lingkungan mereka, sehingga kemampuan dan
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan pengetahuan orangtua masih terbatas.
biasanya pendidikan kesehatan reproduksi Sedangkan pada kelompok guru, pemberian
diberikan dalam bentuk penyuluhan dan materi mengenai kesehatan reproduksi terbatas
ceramah sehingga remaja enggan untuk lebih hanya pada saat jam mata pelajaran
terbuka dan memilih curhat kepada teman berlangsung. Hal ini didukung oleh hasil
sebayanya. penelitian kuantitatif pada tabel 3 dimana
Hal ini sesuai dengan penelitian yang intensitas pemberian pendidikan kesehatan
mengatakan perilaku berisiko pada remaja di reproduksi sebagian besar tidak rutin yaitu
Indonesia berhubungan signifikan dengan sebesar 79 % (kelompok guru), 90 %
pengetahuan, sikap, umur, jenis kelamin, (kelompok teman sebaya) dan 88 %
pendidikan, status ekonomi, akses terhadap (kelompok orangtua). Harapan remaja
media informasi, komunikasi dengan orangtua, berdasarkan hasil wawancara adalah intensitas
dan adanya teman yang berperilaku berisiko .. pemberian pendidikan kesehatan reproduksi
(Lestary,2011) lebih sering sehingga tidak cepat lupa.
Hasil penelitian mengatakan bahwa kelompok teman sebaya mayoritas > 2 tahun
pelaksanaan program pendidikan kesehatan yaitu sebesar 74%, dari hasil ini dapat diambil
reproduksi pada remaja sebaiknya dilakukan kesimpulan bahwa remaja pada kelompok
sejak usia yang lebih muda sehingga teman sebaya sudah mendapatkan pendidikan
memberikan dampak yang lebih baik dalam kesehatan reproduksi sejak usia yang lebih
mengurangi perilaku berisiko karena diberikan muda atau sejak mereka berada di tingkat SMP
lebih awal sebelum mereka mengenal dan dan apabila dibandingkan dengan tingkat
jatuh ke dalam perilaku berisiko.(Jackson,2012 pengetahuannya juga kelompok teman sebaya
dan Rondini,2009). Hal ini sesuai dengan hasil memiliki rata-rata lebih tinggi daripada
penelitian kuantitatif dalam tabel 4 didapatkan kelompok lainnya dan mayoritas memiliki
durasi atau lama remaja mendapatkan pengetahuan baik (46 %).
pendidikan kesehatan reproduksi pada

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Intensitas Mendapatkan Pendidikan Kesehatan ReproduksiDari


Tiga Kelompok Program Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja.

Intensitas Kelompok Program Pendidikan Kesehatan Nilai


Reproduksi p*
Guru Teman Orangtua
Sebaya
(PIK- (BKR)
KRR)
(n=100) (n=100) (n=100)
- Rutin 21 10 12 0,061
- Tidak 79 90 88
Rutin
Ket:*) Nilai p dihitung berdasarkan uji Chi square, bermakna jika p<0,05

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Durasi/Lama Mendapatkan Pendidikan Kesehatan Reproduksi


Dari Tiga Kelompok Program Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja.

Durasi Kelompok Program Pendidikan Kesehatan Reproduksi Nilai p*


Guru Teman Sebaya Orangtua
(PIKKRR) (BKR)
(n=100) (n=100) (n=100)

- < 6 bulan 12 0 17 <0,001


- 6 bulan-1 17 8 33
tahun
- > 1- 2 tahun 38 18 28
- >2 tahun 33 74 22
Ket:*) Nilai p dihitung berdasarkan uji Chi square, bermakna jika p<0,05

3) Faktor Penghambat dari memiliki rasa malu, takut memberikan


PelaksanaanPendidikan Kesehatan informasi yang salah dan juga merasa itu
Reproduksi merupakan tanggungjawab guru dan tenaga
Hasil penelitian mengatakan bahwa kesehatan. Sedangkan guru merasa tidak
mayoritas remaja ingin mendapatkan nyaman, tidak memiliki bahan dan
pendidikan kesehatan reproduksi di keterampilan yang memadai untuk
lingkungan rumah yaitu diberikan oleh memberikan pengetahuan kesehatan
orangtua, walaupun pada kenyataannya reproduksi. Hal ini lah yang menyebabkan
sebagian besar dari mereka tidak membahas kualitas pelayanan kesehatan reproduksi yang
mengenai kesehatan reproduksi sehingga kurang dan kesenjangan pengetahuan yang
mereka sering mencari sumber informasi yang diterima remaja.(Karen,2002 dan Tawfik,
salah. Orangtua 2013)
orangtuanya. Kesibukan orangtua
Hasil wawancara didapatkan bahwa mengakibatkan kurangnya kedekatan dengan
narasumber pendidikan kesehatan reproduksi remaja dan komunikasi yang buruk antara
baik yang diberikan oleh orangtua, guru orangtua dengan remaja, yang dapat
maupun teman sebaya sebagian besar belum meningkatkan risiko remaja melakukan
terlatih, hal ini akan berpengaruh terhadap perilaku berisiko.(Lestary, 2011). Hal ini
kualitas informasi yang diberikan kepada sesuai dengan hasil wawancara dengan
remaja. Hasil penelitian kuantitatifnya informan yang mengatakan komunikasi efektif
didapatkan sebagian besar remaja dari tiga antara orangtua dan remaja sangat diperlukan
kelompok mendapatkan informasi melalui dimana tercipta komunikasi dua arah dan
guru yaitu pada kelompok guru (77%), teman suasana keterbukaan namun karena kesibukan
sebaya (96%) dan orangtua (79%). Hal ini orangtua sehingga tidak mempunyai waktu
sesuai dengan hasil penelitian yang lebih untuk memberikaan pendidikan
mengatakan bahwa lingkungan sekolah kesehatan repoduksi yang mengakibatkan
merupakan tempat sumber informasi yang kedekatan antara orangtua dan remaja menjadi
penting mengenai kesehatan reproduksi bagi kurang. Rendahnya perasaan kedekatan
remaja dimana sumber informasinya adalah keluarga berhubungan dengan meningkatnya
guru (Stacy,2008 dan Tawfik, 2013) perilaku berisiko apabila hubungan dengan
Apabila orangtua, guru maupun teman guru juga rendah sehingga dapat disimpulkan
sebaya diberikan pelatihan yang mendukung hubungan/kedekatan dengan guru juga
tentang kesehatan reproduksi remaja, mereka mempengaruhu perilaku berisiko.(Brooks,
bisa menjadi pendidik kesehatan reproduksi 2012). Oleh karena itu perlu dikembangkan
yang lebih efektif karena ketiga sumber juga bagaimana untuk membina komunikasi
informasi ini merupakan orang yang ada yang efektif antara guru dan remaja serta
paling lama di sekitar remaja dan bisa menciptakan lingkungan sekolah yang
mempengaruhi perilaku berisiko remaja. Hal kondusif dan ramah remaja.
ini sesuai dengan penelitian yang mengatakan
bahwa baik guru maupun teman sebaya dapat 5) Pengembangan Model Pendidikan
menjadi pendidik kesehatan reproduksi yang Kesehatan Reproduksi
efektif apabila mendapatkan pelatihan dan Hasil analisis wawancara mendalam
dukungan yang baik. (Shaikh,2006 dan kepada informan didapatkan bahwa dari segi
Mccauley, 1995) tempat yang ideal menurut informan adalah
tempat yang dekat dengan dengan remaja,
4) Faktor Pendukung Pelaksanaan terjangkau untuk didatangi remaja dan dapat
Program Pendidikan Kesehatan menjamin kerahasiaan setiap informasi yang
Reproduksi diberikan, dimana dalam hal ini sekolah
Hasil analisis wawancara didapatkan merupakan tempat yang paling
faktor pendukung dari pelaksanaan pendidikan memungkinkan. Lingkungan sekolah sangat
kesehatan reproduksi yaitu tersedianya sarana berpengaruh dengan perilaku berisiko remaja
dan prasarana pendukung kegiatan yang dan penggunaan obat-obatan apabila remaja
diberikan oleh pihak sekolah baik pada merasakan perasaan yang tidak aman dan
kelompok PIK-KRR maupun kelompok yang terpinggirkan pada saat sekolah sehingga
diberikan oleh guru. Pusat Informasi dan remaja akan mencari tempat untuk melarikan
Konseling dapat berhasil dalam mendukung diri dan meninggalkan sekolah. Hubungan
program kesehatan reproduksi remaja dimana yang positif dengan guru dan kebijakan di
tempat ini bisa menjadi multifungsi yaitu sekolah juga dapat mengurangi terjadinya
sebagai tempat berbagai kegiatan misalnya perilaku berisiko di remaja. (Farah,2008)
group diskusi, kumpul bersama, perpustakaan, Walaupun pemberian pengetahuan
tempat konseling dan distribusi materi yang kesehatan reproduksi remaja melalui sekolah
berhubungan dengan kesehatan reproduksi. diperlukan namun itu saja tidak cukup untuk
(Shaikh,2006) mencegah perilaku berisiko remaja. Intervensi
Remaja yang memiliki hubungan yang baik yang lebih kompleks lebih efektif daripada
dengan orangtuanya cenderung dapat intervensi melalui kurikulum sekolah, hal ini
menghindarkan diri dari pengaruh negatif disebabkan oleh faktor penyebab perilaku
teman sebayanya, dibandingkan dengan berisiko yang banyak. Strategi melalui sekolah
remaja yang kurang baik hubungannya dengan hanya terbatas pada anak-anak yang hadir di
sekolah sedangkan anak-anak yang putus Hal ini didukung oleh hasil kuantitatif
sekolah atau tidak bersekolah tidak terjangkau, dalam tabel 5 dimana kelompok teman sebaya
hal ini dapat memperlebar kesenjangan memiliki rata-rata pengetahuan lebih tinggi
pengetahuan. (Jackson,2012).Hal ini sesuai daripada kelompok yang lain yaitu 70,4 dan
dengan hasil wawancara mendalam tidak mayoritas memiliki pengetahuan yang baik
hanya di sekolah, dibutuhkan juga tempat yang yaitu sebesar 46% dan sikap yang positif yaitu
ada di lingkungan masyarkat sehingga 76%. Kelompok teman sebaya berdasarkan
kapanpun remaja ingin mendapatkan informasi hasil analisis memiliki perbedaan pengetahuan
tidak terbatas hanya di sekolah terutama dan sikap terhadap kelompok orangtua dan
fasilitas di masyarakat ini sangat bermanfaat guru (p<0,05). Hasil penelitian kuantitatif ini
agar dapat menjangkau remaja yang putus dapat dilihat bahwa remaja yang berada di
sekolah atau tidak sekolah. kelompok teman sebaya (PIK-KRR) memiliki
Sebagian besar remaja menginginkan pengetahuan dan sikap yang lebih baik
sumber informasi utama mengenai kesehatan daripada kelompok lain, hal ini mungkin
reproduksi adalah melalui orangtua. penyebabnya adalah PIK-KRR berada di
Sebaliknya sebagian besar orangtua lingkungan sekolah jadi selain dari teman
menginginkan sumber informasi mengenai sebaya mereka juga mendapatkan informasi
kesehatan reproduksi diserahkan kepada orang mengenai kesehatan reproduksi dari guru pada
yang menurut mereka lebih tahu mengenai saat jam pelajaran biologi, penyuluhan tentang
kesehatan reproduksi baik melalui guru atau kesehatan reproduksi yang datang ke sekolah
tenaga kesehatan. Dari hasil wawancara dan ditambahkan oleh orangtua di rumah.
mendalam informan baik kepada remaja, Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
orangtua dan guru dapat diambil kesimpulan diperlukan multi informasi dari berbagai
bahwa agar program pendidikan kesehatan elemen serta komitmen dari guru, orangtua,
reproduksi lebih efektif bila diberikan melalui teman sebaya dan komunitas dalam
multi sumber informasi yaitu melalui meningkatkan pengetahuan dan sikap
pendekatan orangtua, guru dan teman sebaya yangmencegah terjadinya perilaku berisiko.
serta sumber informasi lainnya. Pendekatan
multi intervensi yang melibatkan gabungan
keluarga, sekolah dan elemen masyarakat
dapat mengurangi perilaku berisiko remaja.
(Brooks,2012 dan Jackson,2012).

Tabel 5.Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Pengetahuan dan Sikap Remaja
tentang Kesehatan Reproduksi Remaja

Kelompok Program Pendidikan Nilai p*


Kesehatan Reproduksi
Guru Teman Sebaya Orangtua
(PIK-KRR) (BKR)
(n=100) (n=100) (n=100)
Pengetahuan <0,001
X (SD) 57,5 ( 16,5 ) 70,4 (13,2) 61,2 (18,2)
Median 60 73,3 63,3
Rentang 16,7-86,7 40-96,7 13,3-96,7
Sikap <0,001
X (SD) 81,7 ( 13,5 ) 86,9 (8,9) 77,9 (17,6)
Median 86,7 86,7 80
Rentang 46,7-100 46,7-100 6,7-100
Ket: *) Berdasarkan uji Kruskal-Wallis
Tabel 6. Perbedaan Sikap Remaja tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi yang Diberikan
oleh Teman Sebaya, Guru dan Orangtua

Kelompok Program Nilai Perbandingan Sikap Remaja


Pendidikan Kesehatan p* (Nilai p*)
Reproduksi
Guru Teman Orangtua Guru Guru vs Teman
Sebaya vs Orangtua Sebaya
Variabel (PIK- (BKR) Teman vs
Sikap KRR) Sebaya Orangtua
Remaja**
(n=100) (n=100) (a=100)
45
Positif 60 76 <0,001 0,015 0,034 <0,001
Negatif 40 24 55
Ket: *) Berdasarkan uji Chi Square
**) Positif: jika jumlah jawaban ≥ median, Negatif: jika jumlah jawaban < median (
median = 86,7 )
akan selesai tanpa bantuan berbagai pihak.
SIMPULAN Penulis mengucapkan terimakasih kepada
Beberapa faktor penghambat yang semua pihak yang sudah memfasilitasi
mempengaruhi pelaksanaan pendidikan penelitian ini sehingga penulis dapat
kesehatan reproduksi yaitu persepsi negatif
menyelesaikan jurnal.
remaja terhadap program KRR (merasa malu,
gengsi, ragu dan kerahasiaannya), keterbatasan
pelatihan fasilitator, adanya kesenjangan
DAFTAR PUSTAKA
informasi KRR (perbedaan jurusan IPA/IPS,
Badan Pusat Statistik (BPS),2012. Survey
jenis kelamin, pemerataan fasilitator
perempuan dan laki-laki).
Demografi dan Kesehatan Indonesia.
Berdasarkan penelitian kuantitatif Jakarta
didapatkan terdapat perbedaan pengetahuan Balitbangkes,2010.Riskesdas 2010. Jakarta
kesehatan reproduksi antara remaja yang telah Brooks, Magnusson, dkk, 2012.
mengikuti program pendidikan kesehatan Adolescent Multiple Risk Behaviour: An
reproduksi yang diberikan oleh pendidik Asset Approach to The Role of Family,
sebaya, guru dan orangtua. Kelompok yang School and Community. Journal of
mempunyai pengetahuan yang baik yaitu Public Health. Vol 34 :56-148
mayoritas berada pada teman sebaya dimana Farah J., 2013. The school environment
kelompok yang mempunyai perbedaan and student health: a systematic
pengetahuan yang bermakna adalah antara review and meta-ethnography of
teman sebaya dengan guru dan teman sebaya
qualitative research. BMC Public
dengan orangtua.
Dari hasil penelitian dapat diambil bahwa Health. Vol 13: 798
pengembangan model pendidikan kesehatan Geldard Kathryn, 2011. Konseling
reproduksi remaja diperlukan multi informasi Remaja.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
dan komprehensif dari berbagai elemen serta Glasier A, Gebbie A, 2006. Keluarga
komitmen dari guru, orangtua, teman sebaya Berencana dan Kesehatan
dan komunitas dalam meningkatkan Reproduksi. Edisi 4. Jakarta: EGC
pengetahuan dan sikap yang mencegah Hassani KF, Kosunen E, Shiri R, Jokela J,
terjadinya perilaku berisiko. Liinamo A., 2009. Adolescent
Sexual Behaviour During Periods of
UCAPAN TERIMAKASIH Increase and Decrease in the
Allhamdulillahirobbil’alamin,penulis Abortion Rate. American Journal Of
dapat menyelesaikan penyusunan jurnal Obstetric & Gynecology.Vol. 114.
yang ini. Penulis menyadari jurnal ini tidak
Jackson CA, Henderson M, Frank JW, dan Layanan Kesehatan Seksual dan
Haw SJ.,2012. An Overview of Reproduksi.Jurnal
Prevention of Multiple Risk Makara.Vol.10:29-40.
Behaviour in Adolescence and Tawfik May, et al,2013. School-Based
Young Adulthood. Oxfford Reproductive Health Education
University Press Among Adolescent Girls In
Karen K, Christine N.,2002. Reproductive Alexandria, Egypt. Mena Working
Health Knowledge and Use of Paper Series: Population Reference
Services Among Young Adults in Bureau
Dakar Senegal. Cambridge Wiegersma PA, Hofman A, Zielhuis
University Press. Vol 34: 31-215 GA.,2000. Prevention of Unhealthy
Lestary H, Sugiharti, 2011. Perilaku Behaviour by Youth Health Care in
Berisiko Remaja Di Indonesia The Netherlands. Journal of Public
Menurut Survey Kesehatan Health Medicine.
Reproduksi Remaja Indonesia Yip PS, Zhang H, Lam TH, Lam KF, Lee
(SKRRI) Tahun 2007. Jurnal AM, Chan J., 2013. Sex Knowledge,
Kesehatan Reproduksi.Vol.1:44-136 Attitudes, and High Risk Sexual
Masri M, dkk,2008. Kurikulum dan Modul Behaviours Among Unmarried
Pelatihan Pemberian Informasi Youth in Hong Kong. BMC Public
Remaja Oleh Pendidik Sebaya. Health
Jakarta: BKKBN Yusuf S., 2012. Psikologi Perkembangan
Mccauley, et al.,1995. Meeting The Needs Anak dan Remaja. Bandung: Remaja
Of Young Adults. Population Rosdakarya
Reports Family Planning Program
Rondini Simon, Krugu John. Asses, 2009.
Knowledge, Attitude and Practices
Study on Reproductive Health
among Secondary School Students in
Bolgatanga, Upper EastRegion
Ghana.African Journal of
Reproductive Health
Shaikh BT, Rahim ST., 2006. Assessing
Knowledge, Exploring needs: A
Reproductive Health Survey of
Adolescent and Young Adults in
Pakistan. The European Journal of
Contraception and Reproductive
Health Care.Vol.11:7-132
Song Y, Ji CY.,2010. Sexual Intercourse
and High- Risk Sexual Behaviours
Among a National Sample of Urban
Adolescent in China. Journal of
Public Health.Vol. 32: 21-312
Stacy LT, dkk.,2008. What Schools Teach
Our Patients About Sex. The
American College of Obstetricians
and Gynecologist. Vol 111: 66-256
Suryoputro A, Ford NJ, 2006. Faktor-
faktor yang mempengaruhi perilaku
seksual remaja di Jawa Tengah:
Implikasinya Terhadap Kebijakan

You might also like