30570-Kinerjarantaipasok Beras Dikabupatenkarawang

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Jurnal Aplikasi Manajemen dan Bisnis, Vol. 6 No.

2, Mei 2020 TERAKREDITASI PERINGKAT 2


Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.17358/jabm.6.2.325 Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan,
Tersedia online http://journal.ipb.ac.id/index.php/jabm Kemenrisek DIKTI No. 30/E/KPT/2018

KINERJA RANTAI PASOK BERAS DI KABUPATEN KARAWANG

PERFORMANCE OF RICE SUPPLY CHAINS IN KARAWANG DISTRICT

Ahmad Irfan Nurmahdy*)1, Machfud**), dan M. Faiz Syuaib***)


*)
Sekolah Bisnis, IPB University
Jl. Padjajaran, Bogor, Indonesia 16151, Indonesia
**)
Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB University
Jl. Lingkar Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680, Indonesia
***)
Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB University
Gedung Fateta, Kampus IPB Darmaga PO BOX 220, Bogor 16002, Indonesia

Abstract: Karawang Regency is an area of rice production center which will be a model
for supply chain studies in this research. This study aims to determine the condition of
the rice supply chain, determine the performance of the rice supply chain, and formulate
efforts to improve the performance of the rice supply chain. The method used is the
Food Supply Chain Network (FSCN) and Supply Chain Operation Network (SCOR)
approaches. Based on the results of research members of the rice supply chain starts
from farmers, traders, and rice mills. The value of performance metrics for farmers
that are still not in line with expectations include the metric for orders delivered in full,
perfect conditions, production costs, ranges of debt and receivables payments. Obtained
several factors causing ineffective and inefficient performance of the rice supply chain
in Karawang regency in each supply chain actor. Factors affecting farmers are the
high cost of farming and the long range of payment of receivables can be overcome by
increasing knowledge and application of technological developments and agricultural
machinery, and strengthening the function of farmer groups. Factors affecting collecting
traders are the low value of suitability of procurement flexibility. Factors affecting the
low performance of rice milling are procurement flexibility and shipping flexibility.

Keywords: effort to improve the performance, paddy, performance measurement, SCOR,


supply chain

Abstrak: Kabupaten Karawang merupakan daerah sentra produksi beras yang akan
menjadi model untuk studi rantai pasok pada penelitian ini. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kondisi rantai pasok beras, mengetahui kinerja rantai pasok beras,
dan merumuskan upaya peningkatan minerja rantai pasok beras. Metode penelitian
menggunakan pendekatan Food Supply Chain Network (FSCN) dan Supply Chain
Operation Network (SCOR). Hasil penelitian menunjukkan anggota rantai pasok
beras dimulai dari petani, pedagang pengumpul, dan penggilingan padi. Nilai metrik
kinerja pada petani yang masih tidak sesuai dengan harapan diantaranya yaitu pada
metrik pemesanan terkirim secara utuh, kondisi sempurna, biaya produksi, rentang
pembayaran hutang dan piutang. Nilai kinerja pada pedagang pengumpul yang masih
belum sesuai harapan diantaranya pada metrik tepat jumlah, waktu siklus pemenuhan
pemesanan, fleksibilitas pengadaan, fleksibilitas pengiriman dan biaya kirim. Faktor
yang mempengaruhi petani yaitu tingginya biaya usaha tani dan rentang pembayaran
piutang yang lama dapat diatasi dengan meningkatkan pengetahuan dan penerapan
perkembangan teknologi dan mesin pertanian, serta memperkuat fungsi kelompok
tani. Faktor yang memengaruhi pedagang pengumpul yaitu rendahnya nilai kesesuaian
fleksibilitas pengadaan. Faktor yang mempengaruhi rendahnya kinerja penggilingan
padi yaitu fleksibilitas pengadaan dan fleksibilitas pengiriman.

Kata kunci: upaya peningkatan kinerja, padi, pengukuran kinerja, SCOR rantai pasok

1
Corresponding author:
Email: [email protected]

Copyright © 2020, ISSN: 2528-5149/EISSN: 2460-7819 325


P-ISSN: 2407-5434 E-ISSN: 2407-7321 Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen (JABM),
Vol. 6 No. 2, Mei 2020
Accredited by Ministry of RTHE Number 32a/E/KPT/2017

PENDAHULUAN kinerja, maka pelaku rantai pasok dapat menentukan


arah perbaikannya. Kabupaten Karawang merupakan
Produksi padi Indonesia pada tahun 2018 mencapai daerah bisnis beras yang baik untuk dijadikan studi
sebanyak 78.81 juta ton Gabah Kering Panen (GKP) rantai pasok beras.Tujuan dari penelitian ini yaitu:
atau mengalami peningkatan sebanyak 1.45 juta ton mengetahui kondisi rantai pasok beras di Kabupaten
(1.88 persen) dibandingkan tahun 2017 (Kementerian Karawang, mengetahui kinerja rantai pasok beras
Pertanian 2019). Tingkat keberhasilan petani dalam dalam lingkup Kabupaten Karawang, dan merumuskan
memproduksi gabah tidak diikuti dengan meningkatnya upaya peningkatan kinerja rantai pasok beras di
kesejahteraan petani dikarenakan tingginya biaya, Kabupaten Karawang. Pengukuran kinerja rantai pasok
termasuk biaya rantai pasok yang dikeluarkan oleh dibatasi pada pelaku rantai pasok beras di Kabupaten
petani (Swastika dan Sumaryanto (2012); Wahyuni Karawang saja yaitu petani, pedagang pengumpul, dan
(2016)). penggilingan padi dengan skala kecil dan sedang.

Sharma dan Rai (2013) dalam meneliti rantai pasok


padi yang masih menggunakan sistem tradisional METODE PENELITIAN
juga mengungkapkan apabila tidak diantisipasi dapat
mengakibatkan inefisiensi dalam proses penyaluran Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Karawang
produk atau jasa. Penataan ulang perlu dilakukan Provinsi Jawa Barat. Waktu pengumpulan data dimulai
dikarenakan kurangnya standar proses komunikasi pada bulan Januari hingga Maret 2019. Pertimbangan
dalam manajemen persediaan, sehingga mengakibatkan pemilihan lokasi penelitian dan penentuan responden
kekurangan jumlah persediaan saat jumlah permintaan penggilingan padi dilakukan secara sengaja (purposive).
tinggi, dan lebihnya persediaan saat jumlah permintaan Pemilihan responden pedagang pengumpul dan
rendah. Ketidakpastian menjadi sumber kendala petani untuk menganalisis kondisi rantai pasok beras
dalam mengelola suatu rantai pasok. Ketidakpastian dilakukan dengan teknik snowball sampling dengan
menimbulkan rasa tidak percaya terhadap rencana yang menelusuri saluran rantai pasok beras di lokasi
sudah dibuat. Perusahaan membuat suatu pengamanan penelitian berdasarkan informasi yang diperoleh dari
di sepanjang rantai pasok. Pengamanan ini meliputi anggota rantai pasok sebelumnya. Responden yang
persediaan, waktu, kapasitas produksi maupun dipilih merupakan penggilingan padi kecil dan sedang
transportasi (Pujawan 2005, Bubun et al. 2018). di Kecamatan Lemahabang, Telagasari, dan Jatisari
Berbagi informasi merupakan aktivitas taktis dan dimana daerah-daerah tersebut merupakan daerah yang
operasional dalam manajemen rantai pasok, sehingga memiliki jumlah penggilingan padi yang cukup banyak.
mampu mebantu orientasi menjadi aksi yang nyata Setiap Kecamatan diambil sebanyak dua penggilingan
guna mencapai tujuan rantai pasok (Gerry, 2016). padi, empat orang pedagang pengumpul, dan enam
orang petani, dengan total responden sebanyak 36
Ketersediaan produk secara tepat tempat dan tepat waktu sampel, sehingga dapat menggambarkan kondisi
saat ini sangat dipertimbangkan oleh konsumen. SCM rantai pasok beras di Kabupaten Karawang. Penentuan
(Supply Chain Management) dianggap sebagai solusi kriteria penggilingan padi berdasarkan input produksi.
terbaik untuk memperbaiki tingkat produktivitas setiap Penggilingan padi kecil memiliki kapasitas kurang
pelaku (Fassoula, 2008; Anwar, 2011; Akhmad, 2013). dari satu ton gabah per jam, penggilingan sedang
Manajemen rantai pasok yang baik dapat menciptakan memiliki kapasitas satu sampai tiga ton gabah per jam,
hubungan yang saling menguntungkan antar pelaku dan penggilingan padi besar memiliki kapasitas lebih
yang terkait untuk jangka yang panjang (Fatahilah dari tiga ton gabah per jam. Hipotesis dari penelitian
et al. 2010; Sariyun, 2011). Konsumen saat ini tidak ini yaitu ditemukannya masalah terhadap rantai pasok
lagi sekedar membeli beras sebagai komoditas saja beras yang sudah terjadi di Kabupaten Karawang.
melainkan mulai beralih ke arah beras sebagai produk kerangka penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
dengan keunggulan tertentu dari segi mutu dan rasa
(Mardianto et al. 2005). Rachman (2013) menyatakan, Teknik pengolahan data dan metode analisis data
kinerja rantai pasok ditentukan oleh kemampuan pada penelitian ini melalui tahapan Analisis deskriptif
dalam hal reliabilitas, responsivitas, dan fleksibilitas untuk menggambarkan kondisi rantai pasok beras
dalam memenuhi kebutuhan konsumen dengan biaya menggunakan kerangka Food Supply Chain Network
serendah-rendahnya. Dengan adanya pengukuran (FSCN). Penerapan model Supply Chain Operation

326 Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship, Vol. 3 No. 2, May 2017
P-ISSN: 2407-5434 E-ISSN: 2407-7321 Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen (JABM),
Vol. 6 No. 2, Mei 2020
Accredited by Ministry of RTHE Number 32a/E/KPT/2017

Network (SCOR) dapat mengidentifikasi indikator Pedagang pengumpul


kinerja rantai pasok dengan menunjukkan proses rantai
pasok perusahaan, sehingga dapat dijadikan evaluasi Pedagang pengumpul merupakan pedagang yang
dalam meningkatkan kinerja (Wayyum et al. (2010); membeli gabah dari petani dan menyalurkannya kepada
Kurien dan Qureshi (2012); Ambe (2014)). Pengukuran pabrik penggilingan padi. Pedagang pengumpul terbagi
kinerja rantai pasok beras dengan berdasarkan menjadi dua kriteria yaitu pedagang pengumpul kecil
langkah dengan tahap: penentuan metrik kinerja dan pedagang pengumpul besar, dibedakan berdasarkan
dengan menggunakan metode SCOR, pembobotan jumlah kapasitas dalam menampung gabah dan mencari
menggunakan pairwise comparison, perhitungan atau memberi informasi mengenai gabah. Pedagang
kinerja. Perumusan upaya peningkatan kinerja rantai pengumpul kecil berperan sebagai orang yang mencari
pasok dengan langkah: analisis kesenjangan (gap informasi dan mengontrol kualitas gabah, sedangkan
analysis), analisis masalah rantai pasok (diagram tulang pedagang pengumpul besar setelah memperoleh
ikan), dan menyusun upaya peningkatan kinerja. informasi mengenai kualitas gabah dilapangan, mereka
akan memberikan informasi tersebut kepada pabrik
penggilingan padi.
HASIL
Penggilingan padi
Kondisi Rantai Pasok Beras
Penggilingan padi merupakan anggota rantai yang
Petani berperan menampung dan membeli GKP dari pedagang
pengumpul untuk dilakukan pengolahan hingga
Petani merupakan anggota rantai yang berperan menjadi beras putih. Kegiatan pembelian GKP (Gabah
sebagai penyedia utama bahan baku berupa gabah. Kering Panen) dari pedagang pengumpul dilakukan di
Menurut hasil dari wawancara, para petani menjual lokasi penggilingan padi. Beras yang sudah dikemas
semua hasil panenannya kepada pedagang pengumpul. disimpan di gudang penyimpanan atau langsung dimuat
Petani merasa sangat terbantu dengan adanya pedagang ke dalam truk untuk langsung diantarkan ke pedagang
pengumpul. grosir di Pasar Johar, Kabupaten Karawang.

Kondisi rantai pasok beras di Kabupaten Karawang

Analisis kondisi rantai pasok beras


(analisis deskriptif dengan pendekatan Pengukuran kinerja rantai pasok beras:
FSCN) 1. Pemilihan metric kinerja (model SCOR)
2. Pembobotan metric kinerja
(pairwise comparison)
3. Perhitungan kinerja

Perumusan upaya peningkatan kinerja rantai


pasok beras:
1. Analisis kesenjangan
2. Analisis masalah (root cause analysis)

Rekomendasi pengembangan rantai pasok beras di Kabupaten


Karawang yang lebih efisien dan efektif bagi seluruh anggota rantai
pasok

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship, Vol. 3 No. 2, May 2017 327
P-ISSN: 2407-5434 E-ISSN: 2407-7321 Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen (JABM),
Vol. 6 No. 2, Mei 2020
Accredited by Ministry of RTHE Number 32a/E/KPT/2017

Manajemen Rantai Pasok dan sepeda motor. Penggilingan padi memiliki sumber
daya fisik berupa mesin penggilingan yang terdiri dari
Pemilihan mitra mesin molen dan mesin polisher serta lapangan jemur
dan mesin oven.
Pedagang pengumpul memiliki rasa keterikatan secara
sosial dengan petani dalam membeli gabah karena telah Sumber daya teknologi
bekerja sama dalam waktu yang cukup lama. Petani akan
merasa tidak nyaman jika menolak pedagang pengumpul Teknologi yang biasa diterapkan petani padi yaitu
yang membeli gabahnya. Harga yang ditawarkan sebatas teknologi budidaya, seperti penggunaan benih
pedagang pengumpul dianggap menjadi harga yang dengan varietas unggul, penggunaan hand sprayer,
umum. Proses jual beli gabah dari petani diperlukan penggunaan mesin traktor, dan menggunakan mesin
rasa kepercayaan pada setiap anggota rantainya, karena perontok. Penggilingan padi menerapkan teknologi
calo yang mencari gabah tersebut berasal dari daerah dalam melakukan kegiatan produksi yaitu dengan
yang sama dengan para petaninya. Anggota rantai menggunakan mesin penggilingan yang terdiri dari
berikutnya, yaitu penggilingan padi dimana dalam 4 tahap. Penggilingan padi di Kabupaten Karawang
memilih pemasok sangat mempertimbangkan kualitas juga memiliki mobil truk dengan kapasitas 10 ton per
dan kuantitas dari pedagang pengumpul. satu kali pengangkutan. Mobil truk tersebut digunakan
untuk mengirim beras ke pedagang grosir di Pasar
Kesepakatan kontraktual Johar, Kabupaten Karawang dan juga disewakan
kepada pedagang pengumpul padi.
Kesepakatan yang terjadi pada setiap anggota rantai
pasok padi di Kabupaten Karawang tidak dilakukan Sumber daya manusia
melalui kontrak secara formal atau tertulis, namun
hanya melalui kesepakatan secara lisan. Kesepakatan Dalam kegiatan penanaman dan panen, petani
yang dibuat antar kedua belah pihak baik dari petani mempekerjakan 10–20 orang tenaga kerja. Tenaga kerja
padi ke pedagang pengumpul, maupun pedagang yang dibutuhkan oleh pedagang pengumpul sekitar 10
pengumpul ke penggilingan padi yaitu mengenai orang. Penggilingan padi membutuhkan tenaga kerja
kuantitas penjualan dan kualitas gabah maupun beras untuk kegiatan penjemuran, penggilingan, sortasi, dan
kepada calon pembeli. pengemasan berkisar 2–6 orang.

Sistem transaksi Sumber daya modal

Sistem penjualan yang terjadi secara umum di tingkat Sebagian besar petani di Kabupaten Karawang
petani yaitu dilakukan dengan sistem kiloan/timbangan. menggunakan modal untuk melakukan usaha budidaya
Sistem transaksi yang terjadi diantara anggota rantai padi yang berasal dari pinjaman bank dan sistem bagi
pasok beras umumnya dilakukan dengan mekanisme hasil dengan pemilik lahan. Modal yang digunakan
tawar menawar. Sistem pembayaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul berasal dari uang muka yang
oleh penggilingan padi kepada pedagang pengumpul diperoleh dari penggilingan padi. Penggilingan padi di
maupun pedagang pengumpul kepada petani Kabupaten Karawang lebih sering menggunakan modal
menggunakan sistem pembayaran sebagian terlebih pribadi untuk melakukan kegiatan produksinya.
dahulu, dimana uang muka tersebut digunakan sebagai
modal dari pedagang pengumpul dalam mencari GKP. Hubungan proses bisnis rantai pasok

Sumber Daya Pedagang pengumpul, dan penggilingan padi dalam


kasus ini melakukan siklus procurement, sedangkan
Sumber daya fisik penggilingan padi melakukan siklus manufacturing.
Kemudian siklus replenishment dilakukan oleh
Sumber daya fisik yang dimiliki oleh petani berupa lahan pedagang pengecer. Perbedaan dari siklus-siklus, yaitu
sawah, saprotan, dan sumber daya penunjang lainnya. jumlah pesanan yang dilakukan. Apabila semakin
Pedagang pengumpul memiliki beberapa sumber daya mendekati siklus procurement maka jumlah pesanan
fisik berupa timbangan, karung, tali rafia, handphone akan semakin banyak.

328 Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship, Vol. 3 No. 2, May 2017
P-ISSN: 2407-5434 E-ISSN: 2407-7321 Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen (JABM),
Vol. 6 No. 2, Mei 2020
Accredited by Ministry of RTHE Number 32a/E/KPT/2017

Dalam kasus ini terjadi permintaan konsumen akhir yang Aliran informasi
menggerakkan pedagang pengecer dalam merespon
permintaan konsumen, merupakan proses pull. Siklus Aliran informasi pada rantai pasok beras di Kabupaten
replenishment, manufacturing, dan procurement Karawang berlangsung secara timbal-balik yang
terjadi saat sebelum pemesanan oleh konsumen akhir dimulai dari petani hingga ke penggilingan padi.
dan pedagang pengecer sehingga penggilingan padi, Informasi yang dialirkan antar anggota rantai pasok
pedagang pengumpul, dan petani dalam kasus ini dapat berupa informasi harga, kualitas produk, dan
melakukan proses push. kuantitas produk. Aliran informasi rantai pasok beras
di Kabupaten Karawang dapat dilihat pada Gambar 4.
Pola distribusi
Anggota rantai pendukung
Aliran produk
Petani padi membutuhkan bahan baku input seperti
Dalam rantai pasok ini produk yang dialirkan bermula benih padi, pupuk, dan obat-obatan. Input tersebut
dari bahan baku yang berupa GKP hingga menjadi diperoleh petani dari toko sarana pertanian. Petani
produk akhir yang berupa beras. Dalam hal ini petani dalam melakukan kegiatan pengolahan lahan tidak
menjadi pihak yang paling awal untuk mengalirkan memiliki alat seperti traktor dikarenakan keterbatasan
produk. Aliran produk rantai pasok beras di Kabupaten modal, namun ada pihak yang menyewakan mesin
Karawang dapat dilihat pada Gambar 2. traktor dan mesin perontok berikut jasanya. Pedagang
pengumpul membutuhkan bahan baku pengemasan
Aliran finansial berupa karung GKP ukuran 60 Kg, tali rafia, serokan
gabah, timbangan, dan serokan gabah yang mampu
Aliran finansial dalam rantai pasok beras di Kabupaten diperoleh dari toko khusus penjual karung dan took
Karawang yaitu berupa uang pembayaran atas produk kelontong di lingkungan desa. Penggilingan padi
yang dijual kepada anggota rantai yang menjadi mitra. juga memperooleh karung dari toko khusus penjual
Uang yang dibayarkan akan digunakan kembali sebagi karung, serta memperoleh bahan bakar dari pom bensin
modal untuk melakukan produksi, dengan demikian terdekat.
terbentuklah siklus. Aliran finansial dimulai dari
pedagang pengecer hingga petani. Aliran finansial rantai
pasok beras di Kabupaten Karawang pada Gambar 3.

Pedagang Pedagang Pengilingan Pedagang


Petani pengumpul pengumpul Padi pengecer
kecil besar

Gambar 2. Aliran produk rantai pasok beras di Kabupaten Karawang

Pedagang Pedagang Pengilingan Pedagang


Petani pengumpul pengumpul Padi pengecer
kecil besar

Gambar 3. Aliran finansial rantai pasok beras di Kabupaten Karawang

Pedagang Pedagang Pengilingan Pedagang


Petani pengumpul pengumpul Padi pengecer
kecil besar

Gambar 4. Aliran informasi rantai pasok beras di Kabupaten Karawang

Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship, Vol. 3 No. 2, May 2017 329
P-ISSN: 2407-5434 E-ISSN: 2407-7321 Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen (JABM),
Vol. 6 No. 2, Mei 2020
Accredited by Ministry of RTHE Number 32a/E/KPT/2017

Jaminan identitas merek Pedagang pengumpul

Beras yang berasal dari rantai pasok di Karawang Dalam metrik pemenuhan pesanan sempurna pedagang
memiliki merek yang berbeda-beda. Penggilingan padi pengumpul dapat mengumpulkan gabah sebanyak 12
pada umumnya mencantumkan masing-masing sesusai 139 Kg. Waktu siklus pemenuhan pesanan pedagang
nama penggilingan. Penggunaan merk produk hanya pengumpul membutuhkan waktu selama dua hari. Siklus
diterapkan oleh penggilingan padi saja. Petani dan produksi yang dibutuhkan pedagang pengumpul yaitu
pedagang pengumpul tidak mencantumkan merk pada selama satu hari. Sedangkan waktu siklus pengiriman
produknya, sehingga produk dari petani dan pedagang pedagang pengumpul membutuhkan waktu selama
pengumpul tidak dapat terlacak melainkan hanya satu hari. Diperoleh hasil nilai total kinerja pedagang
produk beras dari penggilingan padi saja. pengumpul dalam rantai pasok beras di Kabupaten
Karawang sebesar 73,98.
Aspek risiko
Penggilingan padi
Dalam melakukan kegiatan budidaya, petani
menghadapi risiko berupa kegagalan panen dan Dalam melakukan kegiatan pengolahan gabah
rendahnya kualitas maupun kuantitas gabah. Pedagang menjadi beras, penggilingan padi membutuhkan biaya
pengumpul memiliki risiko berupa harga jual yang sebesar Rp5.654. Harga beras yang dihasilkan oleh
rendah. Risiko yang dihadapi oleh penggilingan padi di penggilingan padi di Kabupaten Karawang sebesar
Kabupaten Karawang, yaitu rendemen yang dihasilkan Rp10.500/Kg beras, dengan rendemen padi menjadi
tidak sesuai yang diharapkan. beras mencapai 55%. Siklus waktu produksi terdiri dari
beberapa kegiatan yaitu: waktu penjemuran selama
Proses membangun kepercayaan 8 jam, waktu penggilingan selama 9 jam, dan waktu
pengemasan selama 9 jam. Diperoleh hasil nilai total
Proses membangun kepercayaan diantara anggota kinerja penggilingan padi dalam rantai pasok beras di
rantai pasok beras di Kabupaten Karawang terjadi Kabupaten Karawang sebesar 70,80.
dikarenakan hubungan kerjasama yang terjalin
sudah berjalan cukup lama. Kerja sama yang terjalin Perumusan Upaya Peningkatan Kinerja Rantai
sepanjang rantai pasok beras di Kabupaten Karawang Pasok Beras
tidak terikat dalam kontrak secara formal, namun
hanya mengandalkan kontrak secara informal melalui Analisis kesenjangan
lisan. Rasa kepercayaan antar anggota rantai mulai
dari petani hingga penggilingan padi tetap bisa terjalin Petani memiliki nilai tingkat keseuaian yang dibawah
karena masing-masing menjaga hubungan yang baik. target pada metrik biaya, terutama dalam biaya tenaga
kerja budi daya sebesar 61 persen dan tenaga kerja
Perhitungan Kinerja Rantai Pasok Beras panen dan pascapanen sebesar 61,54 persen. Petani
tidak melakukan seluruh kegiatan sendiri, tetapi
Petani membutuhkan banyak tenaga kerja. Sebagai contoh
saat panen raya terkadang jumlah tenaga panen cukup
Dalam semusim petani mampu menghasilkan gabah sedikit atau berebut dengan petani lainnya, sehingga
sebanyak 5.755 Kg/Ha. Harga gabah yang dihasilkan menyebabkan meningkatnya biaya tenaga kerja.
petani pada saat panen memiliki harga tawar sebesar Metrik rentang pembayaran piutang juga merupakan
Rp5.000/Kg GKP. Total waktu yang dibutuhkan metrik yang memiliki nilai kinerja yang dibawah target,
petani dalam menyediakan gabah, yaitu 163 hari. yaitu sebesar 34,92 persen, hal tersebut dikarenakan
Total biaya yang dikeluarkan petani dalam semusim pedagang pengumpul terkadang masih harus
untuk membudidayakan padi sebesar Rp26.070.000. memutarkan modalnya terlebih dahulu. Faktor kualitas
Diperoleh hasil nilai total kinerja petani dalam rantai gabah juga dapat memengaruhi lamanya pembayaran
pasok beras di Kabupaten Karawang sebesar 79,18. gabah petani.

330 Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship, Vol. 3 No. 2, May 2017
P-ISSN: 2407-5434 E-ISSN: 2407-7321 Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen (JABM),
Vol. 6 No. 2, Mei 2020
Accredited by Ministry of RTHE Number 32a/E/KPT/2017

Metrik tepat jumlah pada pedagang pengumpul dikarenakan faktor usia dan persaingan dengan bidang
memiliki nilai keseuaian diabawah target yaitu sebesar pekerjaan lainnya seperti bidang industri.
52 persen, hal tersebut dipengaruhi oleh permintaan
dari konsumen yang semakin meningkat dan pedagang Rentang pembayaran piutang juga merupakan metrik
pengumpul di Kabupaten Karawang terpaksa harus yang memiliki nilai kesenjangan yang tidak sesuai
mencari bahan baku gabah keluar daerah Kabupaten harapan, hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor,
Karawang. Metrik tersebut memengaruhi nilai yaitu keterbatasan modal dari pedagang pengumpul
kesesuaian metrik lainnya seperti waktu penerimaan dan jumlah gabah yang dibutuhkan oleh pedagang
bahan baku yaitu sebesar 50 persen. Rendahnya nilai pengumpul untuk memenuhi permintaan cukup banyak.
kesesuaian pada metrik tepat jumlah juga memberikan Pedagang pengumpul menggunakan seluruh modal
pengaruh kepada rendahnya nilai keseuaian metrik usahanya berasal dari pihak penggilingan padi dan
fleksibilitas pengadaan yaitu sebesar 36,11 persen. jumlah pesanan gabah cukup banyak, maka pedagang
pengumpul harus mencari gabah keluar Kabupaten
Penggilingan padi memiliki nilai tingkat keseuaian Karawang. Modal yang diterima oleh pedagang
yang dibawah target pada metrik ketepatan jumlah, pengumpul akan terlebih dahulu dibayarkan kepada
yaitu sebesar 32,82 persen, hal tersebut dikarenakan petani yang berada di luar Kabupaten Karawang.
permintaan konsumen yang semakin meningkat
menuntut penggilingan padi harus memproduksi Berdasarkan pengukuran kinerja dan analisis
beras lebih. Rendahnya milai kesesuaian metrik kesenjangan pada pedagang pengumpul, diketahui
tersebut memberikan pengaruh kepada metrik lain bahwa metrik kinerja yang memiliki nilai kesesuaian
seperti waktu penerimaan bahan baku dan fleksibilitas tidak sesuai harapan, yaitu rendahnya fleksibilitas
pengadaan secara berturut-turut sebesar 50 dan 33,5 pengadaan. Nilai keseuaian metrik fleksibilitas yang
persen. Penggunaan mesin pengolahan padi yang masih rendah dikarenakan beberapa faktor yaitu kurangnya
tergolong belum modern akan memberikan pengaruh memperoleh bahan baku gabah dan waktu untuk
terhadap metrik fleksibilitas pengiriman sebesar 35,55 memperoleh bahan baku yang lama. Permintaan
persen. Sederhananya teknologi yang digunakan gabah yang cukup tinggi dari pihak penggilingan padi
juga memberikan pengaruh terhadap metrik biaya menuntut pedagang pengumpul mencari gabah hingga
penjemuran sebesar 42,39 persen, biaya penggilingan keluar Kabupaten Karawang, dengan kata lain hasil
sebesar 37,82 persen, biaya pengemasan 30,32 persen, panen dari petani di Kabupaten Karawang masih belum
dan biaya pengiriman sebesar 63,16 persen. mencukupi permintaan dari konsumen. Pedagang
pengumpul dalam mencari gabah keluar Kabupaten
Analisis masalah Karawang juga akan memakan waktu hingga dua kali
lipat lebih lama sehingga waktu yang dibutuhkan oleh
Berdasarkan pengukuran kinerja dan analisis pedagang pengumpul dalam mencari bahan baku juga
kesenjangan pada petani, diketahui bahwa metrik memiliki nilai keseuaian yang rendah.
kinerja yang memiliki nilai kesesuaian tidak sesuai
harapan yaitu tingginya biaya usaha tani. Tingginya Berdasarkan pengukuran kinerja dan analisis
biaya usaha tani disebabkan oleh beberapa faktor kesenjangan pada penggilingan padi sama halnya
diantaranya teknologi yang digunakan oleh petani padi dengan pedagang pengumpul, diketahui bahwa metrik
di Kabupaten Karawang masih tergolong sederhana, kinerja yang memiliki nilai kesesuaian tidak sesuai
hal demikian dikarenakan petani padi di Kabupaten harapan yaitu rendahnya fleksibilitas pengadaan. Nilai
Karawang masih belum merasa terbuka terhadap kesesuaian metrik fleksibilitas yang rendah dikarenakan
perkembangan penggunaan mesin teknologi pertanian. beberapa faktor, yaitu kurangnya memperoleh bahan
Jumlah tenaga kerja juga merupakan faktor yang baku gabah dan waktu untuk memperoleh bahan baku
memengaruhi tingginya biaya usaha tani. Masa tanam yang lama. Permintaan gabah yang cukup tinggi dari
dan panen merupakan masa-masa yang cukup krusial konsumen menuntut penggilingan padi meminta gabah
dalam melakukan kegiatan usahatani, pada kondisi dengan kuantitas yang lebih besar, dengan kata lain
tersebut juga jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh hasil panen dari petani di Kabupaten Karawang masih
petani cukup banyak. Jumlah tenaga kerja untuk bidang belum mencukupi permintaan dari konsumen. Pedagang
pertanian di Kabupaten Karawang terbilang terbatas pengumpul dalam mencari gabah keluar Kabupaten

Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship, Vol. 3 No. 2, May 2017 331
P-ISSN: 2407-5434 E-ISSN: 2407-7321 Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen (JABM),
Vol. 6 No. 2, Mei 2020
Accredited by Ministry of RTHE Number 32a/E/KPT/2017

Karawang juga akan memakan waktu hingga dua kali dapat diatasi dengan hasil penelitian Sobichin (2013)
lipat lebih lama, sehingga waktu yang dibutuhkan oleh yaitu, petani harus mengoptimalkan peran kelompok
pedagang pengumpul dalam mencari bahan baku juga tani dalam kegiatan panen dan pascapanen hasil panen
memiliki nilai keseuaian yang rendah. padi secara terpadu dan terkoordinir. Bersatunya
petani akan meningkatkan nilai tawar atau beragaining
Faktor yang memiliki nilai keseuaian yang tidak power terhadap pelaku tata niaga gabah dan beras.
sesuai harapan lainnya yaitu fleksibilitas pengiriman. Optimalnya hasil panen petani akan mempermudah
Rendahnya fleksibilitas pengiriman dipengaruhi oleh pedagang pengumpul dalam mencari gabah, sehingga
beberapa faktor yaitu tingginya biaya pengolahan gabah rentang pembayaran piutang akan tidak terlalu lama.
dan tingginya biaya pengiriman. Penggilingan padi Bambang (2017) menyatakan, model budidaya padi
dalam mengolah gabah masih menggunakan teknologi dengan penerapan komponen epidemik secara selektif
yang terbilang sederhana, seperti dalam menjemur harus dirancang terlebih dahulu dengan penggunaan
gabah penggilingan padi masih menggunakan lapangan benih yang bersertifikat, pengolahan tanah secara
jemur dan panas matahari saja. Mesin penggilingan sempurna dan pemberian bahan organik. Pembatasan
yang digunakan juga hanya mesin penggilingan yang penggunaan pestisida kimia pun harus didasarkan pada
terdiri dari 4 tahap, yaitu tahap pertama yaitu proses ambang kerusakan atau ambang kendali agar biaya
pecah kulit menggunakan mesin molen yang terdiri aplikasi pestisida dapat diminimalisir.
dari dua buah mesin dan masih membutuhkan cukup
banyak tenaga kerja manusia. Gabah yang sudah selesai Pedagang pengumpul
diolah menjadi beras putih kemudian langsung dikemas
menggunakan kemasan karung plastik ukuran 50 Kg. Nilai kinerja fleksibilitas pengadaan yang rendah
kegiatan pengemasan masih banyak menggunakan disebabkan oleh keterbatasan modal yang dimiliki
tenaga manusia. oleh pedagang pengumpul. Endang (2012)
menyatakan, modal usaha yang dilakukan secara
Implikasi Manajerial individu dan bersama berpengaruh signifikan terhadap
pengembangan usaha, sedangkan strategi pemasaran
Petani secara individu tidak memberikan pengaruh signifikan
terhadap pengembangan usaha, namun yang dilakukan
Tingginya biaya usaha tani yang dikeluarkan secara bersama akan memberikan pengaruh yang
oleh petani yang disebabkan oleh beberapa faktor signifikan.
seperti biaya input, alsintan, dan tenaga kerja yang
tinggi. Faktor tersebut dapat diatasi dengan cara Peggilingan padi
penggunaan alat mesin yang lebih modern. Sebagai
contoh dalam melakukan kegiatan budidaya padi Meningkatnya kebutuhan dan permintaan beras dari
Suhendra (2013) menjelaskan pada kondisi petakan konsumen memaksa penggilingan padi memproduksi
sawah yang luas dengan kedalaman lumpur kurang beras dengan jumlah yang lebih banyak. Hasil penilaian
dari 40 cm, penggunaan mesin transplanter dapat nilai kesesuaian fleksibilitas pengdaan dan pengiriman
membantu memecahkan permasalahan tenaga kerja pada penggilingan padi masih belum sesuai harapan.
saat tanam. Tommy et al. (2008) mengungkapkan, Faktor yang menyebabkan tidak sesuainya nilai
dengan menggunakan mini combine harvester tingkat sesuai harapan dipengaruhi juga oleh beberapa faktor
kehilangan pada proses pemanenan bias ditekan hingga yang sudah dibahas sebelumnya. Rendahnya nilai
mencapai kurang dari 2 persen dan tingkat kebersihan kesesuaian fleksibilitas pengiriman dipengaruhi oleh
gabah mencapai lebih dari 95 persen, hal ini sejalan tingginya biaya dalam mengolah gabah. Penggilingan
dengan penelitian Amerina (2014) dimana petani tidak padi kecil dan sedang di Kabupaten Karawang masih
ditunjang dengan pengetahuan yang baik. menggunakan mesin pengolahan gabah yang sederhana
dan sudah berumur. Firdaus (2019) mengungkapkan,
Rentang pembayaran piutang kepada petani terbilang umur mesin penggilingan sudah tua dan teknologi
lama, hal tersebut dikarenakan kecenderungan terhadap mesin yang dimiliki sudah tertinggal dengan konfigurasi
satu pedagang pengumpul saja dan mutu gabah yang mesin sederhana. Kondisi tersebut menghasilkan
dihasilkan masih kurang maksimal. Faktor tersebut rendemen, kualitas, dan efisiensi yang rendah berakibat

332 Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship, Vol. 3 No. 2, May 2017
P-ISSN: 2407-5434 E-ISSN: 2407-7321 Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen (JABM),
Vol. 6 No. 2, Mei 2020
Accredited by Ministry of RTHE Number 32a/E/KPT/2017

pada tingginya biaya produksi. Peningkatan dan fleksibilitas pengiriman. Peningkatan fleksibilitas
pembaharuan mesin diperlukan agar penggilingan pengiriman penggilingan padi dapat dilakukan dengan
dapat mempercepat kegiatan produksi demi memenuhi cara meningkatkan teknologi yang digunakan.
kebutuhan konsumennya.
Saran

KESIMPULAN DAN SARAN Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai


penelitian ini dengan cakupan ruang lingkup yang lebih
Kesimpulan luas hingga konsumen akhir. Upaya peningkatan kinerja
rantai pasok beras di Kabupaten Karawang, diperlukan
Anggota rantai pasok beras dimulai dari petani, perbaikan atau peningkatan terhadap beberapa kinerja
pedagang pengumpul, dan penggilingan padi. Pola yang masih belum tercapai baik dari petani hingga ke
saluran rantai tersebut sudah berjalan dalam waktu penggilingan padi. Pewujudan perbaikan kinerja rantai
yang cukup lama. Petani merasa cukup terbantu dengan pasok beras di Kabupaten Karawang, dibutuhkan
adanya pedagang pengumpul dalam menjual gabahnya. komitmen yang tinggi dari setiap pelaku rantai
Pedagang pengumpul hanya menyalurkan gabah pasok dengan cara menjalankan peran, tugas, dan
saja. Penggilingan padi melakukan seluruh kegiatan kewajibannya secara fokus.
pengolahan hingga menjadi beras putih.

Pelaku rantai pasok beras di Kabupaten Karawang DAFTAR PUSTAKA


dari petani, pedagang pengumpul dan penggilingan
padi memiliki beberapa metrik kinerja yang masih Akhmad M. 2013. Model dinamis supply chain beras
tidak sesuai dengan harapan. Nilai metrik kinerja berkelanjutan dalam upaya ketahanan pangan
pada petani yang masih tidak sesuai dengan harapan nasional. Jurnal Management dan Agribisnis
diantaranya yaitu pada metrik pemesanan terkirim 10(2): 81–89.
secara utuh, kondisi sempurna, biaya produksi, Ambe IM. 2014. Key indicators for optimising
rntang pembayaran hutang dan piutang. Nilai kinerja sc performance: the case of light vehicle
pada pedagang pengumpul yang masih belum sesuai manufacturers in South Africa. Journal of
harapan diantaranya pada metrik tepat jumlah, waktu Applied Business Research 30(1): 277–290.
siklus pemenuhan pemesanan, fleksibilitas pengadaan Anwar S N. 2011. Manajemen Rantai Pasokan (Supply
dan biaya kirim. Nilai kinerja yang masih belum Chain Management): Konsep dan Hakikat.
sesuai harapan pada penggilingan padi yaitu pada Jurnal Dinamika Informatika 3(2): 92–98.
metrik pemesanan terkirim secara utuh, waktu siklus Bambang N. 2017. Pengendalian penyakit tanaman padi
pengadaan, fleksibilitas pengdaan dan pengiriman, berwawasan lingkungan melalui pengelolaan
biaya produksi, dan biaya pengiriman. komponen epidemik. Jurnal Litbang Pertanian
37(1): 1–12.
Diperoleh beberapa faktor penyebab kurang efektif Bubun, Sukardi, Ono S. 2018. Kinerja Rantai Pasok
dan efisiennya kinerja rantai pasok beras di Kabupaten Kedelai di Kabupaten Grobogan. Jurnal Aplikasi
Karawang pada setiap pelaku rantai pasok. Faktor yang Bisnis dan Manajemen 4(1): 32–43.
memengaruhi petani, yaitu tingginya biaya usaha tani Endang P. 2102. Pengaruh karakteristik wirausaha,
dan rentang pembayaran piutang yang lama dapat diatasi modal usaha, strategi pemasaran terhadap
dengan meningkatkan pengetahuan dan penerapan perkembangan UMKM di Desa Dayaan dan
perkembangan teknologi dan mesin pertanian, serta Kalilondo Salatiga. Jurnal Among Makarti 5(9):
memperkuat fungsi kelompok tani. Perbaikan rentang 13–28.
pembayaran piutang pada petani juga akan mengatasi Fatahilah YH, Marimin, Harianto. 2010. Analisis
rendahnya nilai keseuaian pedagang pengumpul dan kinerja rantai pasok agribisnis sapi potong: studi
penggilingan padi pada faktor fleksibilitas pengadaan. kasus pada PT Kariyana Gita Utama, Jakarta.
Faktor yang memengaruhi pedagang pengumpul yaitu Jurnal Teknologi Industri Pertanian 20(3):193–
rendahnya nilai kesesuaian fleksibilitas pengadaan. 205.
Faktor yang memengaruhi rendahnya kinerja Fassoula ED. 2008. Transforming the supply
penggilingan padi yaitu fleksibilitas pengadaan dan chain. Journal of Manufacturing Technology

Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship, Vol. 3 No. 2, May 2017 333
P-ISSN: 2407-5434 E-ISSN: 2407-7321 Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen (JABM),
Vol. 6 No. 2, Mei 2020
Accredited by Ministry of RTHE Number 32a/E/KPT/2017

Management 17(5): 848–860. Journal of Managing Value and Supply Chains


Firdaus YR. 2019. Strategi Penguatan Usaha 4(1): 25–36.
Penggilingan Padi Kecil di Kabupaten Indramayu Sobichin M. 2013. Nilai rantai distribusi komoditas
[Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. gabah dan beras di Kabupaten Batang. Jurnal
Gerry G. 2016. Keterkaitan antara orientasi rantai Unnes 2(1): 1–8.
pasok, berbagai manajemen informasi dan Suhendra T. 2013. Pengaruh Pengembangan Mesin
kepuasan inter-relasi antar perusahaan. Jurnal Tanam Pindah Bibit (Rice Transplanter) dalam
Manajemen dan Bisnis 12(1): 1–9. Rangka Mengarasi Kelangkaan Tenaga Kerja
Kementrian Pertanian. 2019. Data Lima Tahun Terakhir. Tanam Bibit Padi. Jurnal Sosial Ekonomi
https : // www . pertanian . go . id / home / ? show Pertanian dan Agribisnis (inpress).
= page & act = view & id = 61. [21 Jun 2019. Swastika, D KS, Sumaryanto. 2012. Rantai Pasok Beras
Kurien GP, Qureshi MN. 2012. Performance di Indonesia (Kasus Provinsi Jabar, Kalbar, dan
measurement system for green scs using modified Kalsel). Bogor: Bunga Rampai Rantai Pasok
balanced score card and analytical hierarchical Komoditas Pertanian Indonesia, Pusat Penelitian
process. Scientific Research and Essays 7(36): Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian IPB.
3149-3161. Tommy P, Didik A, Kiki S. 2008. Inovasi teknologi
Mardianto S, Supriatna Y, Agustin NK. 2005. Dinamika mesin panen mini combine harvester mendukung
pola pemasaran gabah dan beras di Indonesia. penanganan panen dan pascapanen padi di
Forum Peneliti Agro Ekonomi 23(2): 116-131. Kalimantan Barat. Jurnal Enjineering Pertanian
Pujawan, I Nyoman. 2005. Supply Chain Management. 6(1): 1382-1386.
Surabaya: Guna Widya. Wahyuni D. 2016. Analisis Sistem Pengupahan
Rachman T. 2013. Pengukuran Kinerja SCM. Jakarta: “Bawon” pada Pertanian Padi (Studi Kasus pada
Universitas Esa Unggul. Petani di Desa Gambar Kecamatan Wonodadi
Sariyun. 2011. Manajemen rantai pasokan (Supply Kabupaten Blitar). Jurnal Bisnis Manajemen
Chain Management): konsep dan hakikat. Jurnal dan Perbankan 2(2): 121–140.
Dinamika Informatika 3(2): 454–472. Wayyum R, Ahmad S, Usman M. 2010. Effects of
Sharma RM GS, Rai SS. 2013. The effect of supply SCOR on management of SC. International
chain management of rice in india: rice Journal of Management & Organizational
processing company’s perspective. International Studies 2(1): 85–91

334 Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship, Vol. 3 No. 2, May 2017

You might also like