Hubungan Potensial Pemercepat Terhadap Kuat Arus Dan Jejari Berkas Elektron Dalam Nisbah Muatan Listrik E/M
Hubungan Potensial Pemercepat Terhadap Kuat Arus Dan Jejari Berkas Elektron Dalam Nisbah Muatan Listrik E/M
Hubungan Potensial Pemercepat Terhadap Kuat Arus Dan Jejari Berkas Elektron Dalam Nisbah Muatan Listrik E/M
1, Desember 2014
JFT. Vol. 1, Desember 2014
Abstract: This research is about the e / m electric charge ratio with the aim of
(1) to determine the relationship between accelerator potential and current
strength and electron beam radius, (2) to determine the value of e / m for
electron particles based on calculation results and graphs. . This research
uses a cathode tube and a coil which functions to generate a magnetic field.
This coil is called a Helmholtz coil (a coil that has a radius equal to the distance
of the two coils). Based on the research results, it was found that (1) the
greater the potential value of the accelerator, the smaller the value of the
electron beam radius, and vice versa, if the smaller the potential value of the
accelerator, the greater the value of the electron beam radius. whereas the
acceleration potential relation to the electron current strength, if the value of
the accelerator voltage is enlarged, the strength of the electron current will
also be greater, and vice versa; (2) the average e / m value of the calculation
result is 1.67 × 1011 C / kg and the average e / m value of the graph is 1.66 ×
1011 C / kg. While the percent (%) difference in the value of e / m in literature
with the results of calculations and graphs is 0.05% and the percent (%) of the
difference in the value of e / m in calculations with the results of the graph is
0.001%.
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut hipotesis Maxwell menyatakan bahwa perubahan medan listrik
menghasilkan medan magnet. Pada tahun 1867 Maxwell mengemukakan bahwa
muatan listrik yang dipercepat menimbulkan gangguan listrik dan medan magnet
yang terkait yang menjalar terus-menerus melalui ruang hampa jika muatan
bergetar periodis. Meskipun sinar katoda sudah ditemukan sejak tahun 1859
namun baru tiga puluh delapan tahun kemudian muatan spesifik sinar katoda
diperoleh. J.J Thomson (1856-1940) yang pertama kali melakukan uji
eksperimental untuk menentukan muatan sinar katoda. Seperti halnya dalam
tabung sinar katoda, elektron dihasilkan dari katoda yang dipanaskan oleh filamen.
Elektron dipercepat menuju anoda yang berbentuk silinder dan melewatinya. Pada
bagian selanjutnya dipasang pelat sejajar yang diberi beda potensial sehingga
menimbulkan medan listrik. Pada bagian ini juga terdapat medan magnet yang
digambarkan masuk bidang kertas. Jika kedua medan listrik dan medan magnet
bernilai nol, elektron akan mencapai posisi X dilayar dan menimbulkan fluoresensi.
Prinsip yang digunakan oleh Thomson dalam melakukan pengukuran ini
adalah jika suatu muatan elektron bergerak di dalam ruang yang berada dibawah
pengaruh medan magnet atau medan listrik maka muatan tersebut akan
mengalami gaya sehingga pergerakan elektron akan menyimpang. Adanya gejala
62 | JFT
JFT. No.1, Vol. 1, Desember 2014
JFT. Vol. 1, Desember 2014
Tujuan Penelitian
Tujuan yang dicapai dalam penelitian eksperimental ini adalah:
1. Memahami hubungan antara tegangan pemercepat terhadap kuat arus dan
jejari berkas elektron.
2. Menentukan besarnya nilai e/m untuk partikel elektron berdasarkan hasil
perhitungan dan grafik serta persen (%) perbedaannya.
Ruang Lingkup
Penelitian ini membahas tentang nisbah muatan listrik e/m khususnya
tentang hubungan potensial pemercepat dengan kuat arus dan jejari berkas
elektron, perbandingan nilai e/m secara pustaka dan perhitungan serta grafik yang
diperoleh.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Teori Atom J.J.Thomson
Model struktur atom diperkenalkan untuk pertama kalinya oleh J.J. Thomson
pada tahun 1898, yang telah tersohor karena keberhasilannya mencirikan elektron
dan mengukur nisbah (ratio) muatan terhadap massa (e/m) elektron. Model atom
yang diperkenalkan oleh Thomson dapat menjelaskan beberapa sifat yang dimiliki
oleh atom seperti ukuran, massa, jumlah elektron dan kenetralan muatan listrik.
Model atom Thomson mengusulkan bahwa atom merupakan bola bermuatan
positif yang mengandung elektron (Model kue kismis) (Iswadi, 2013).
Kegagalan model atom Thomson yang sulit untuk dijelaskan adalah saat
meninjau penyerapan radiasi oleh atom, dimana semua atom dalam model ini
memancarkan radiasi dalam frekuensi getarnya, dengan amplitudo yang menurun
atau menyerap radiasi pada frekuensi yang sama pula yang mengakibatkan
amplitudo getarnya meningkat. Mengingat bahwa pada kenyataannya seringkali
63 | JFT
JFT. No.1, Vol. 1, Desember 2014
JFT. Vol. 1, Desember 2014
atom-atom tidak memancarkan dan menyerap radiasi pada frekuensi yang sama.
Kegagalan yang paling mencolok adalah muncul dari hamburan partikel
bermuatan atom (Iswadi, 2013 ).
Teori Thomson memiliki kelebihan yaitu mampu membuktikan adanya
partikel lain yang bermuatan negatif dalam atom. Berarti atom bukan merupakan
bagian terkecil dari suatu unsur namun teori ini tidak dapat menjelaskan susunan
muatan positif dan negatif dalam bola atom tersebut. Selain roti kismis, teori atom
Thomson dapat diumpamakan sebagai semangka. Daging buah yang berwarna
merah melambangkan ruang yang bermuatan positif, sedangkan biji yang tersebar
didalamnya adalah elekton yang bermuatan negatif. Sekiranya teori atom
Thomson dapat diringkas sebagai berikut (Rahma, 2014):
a. Atom berupa bola yang bermuatan positif dengan adanya elektron yang
bermuatan negatif di sekelilingnya.
b. Muatan positif dan negatif pada atom besarnya sama. Hal ini menjadikan atom
bermuatan netral. Suatu atom tidak mempunyai muatan positif atau negatif
yang berlebihan.
Sejarah Sinar Katoda
Sinar katoda merupakan sinar dengan muatan negatif yang memiliki sifat
yakni mampu menghitamkan plat foto, dapat menghasilkan sinar-x, sinar katoda
merambat menurut garis lurus, dapat menghasilkan panas, dapat memendarkan
sulfida, dapat dibelokkan oleh medan listrik dan medan magnet.
Pada tahun 1869 fisikawan Jerman Johann Wilhelm Hittorf melakukan kajian
mengenai konduktivitas listrik dalam gas, dari eksperimen ini berhasil menemukan
sebuah pancaran yang dipancarkan dari katoda dimana ukurannya dari pancaran
ini terus meningkat seiring dengan menurunnya tekanan gas, pada tahun 1876,
fisikawan Jerman Eugen Goldstein menunjukkan bahwa sinar pancaran ini
menghasilkan bayangnya dan kemudian diberi nama sinar katoda (Kenneth,
1982).
Tahun1870-an, kimiawan dan fisikawan asal Inggris William
Crookes mengembangkan tabung katoda pertama dalam keadaan vakum.
Kemudian menunjukkan adanya sinar berpendar yang tampak di dalam tabung
tersebut membawa energi dan bergerak dari katoda menuju ke anoda. Lebih jauh
lagi, dengan menggunakan medan magnetik, sinar dalam tabung tersebut dapat
berbelok maka disimpulkan bahwa berkas ini berperilaku seolah-olah ia bermuatan
negatif. Pada tahun 1879, ilmuan tersebut mengajukan bahwa sifat-sifat ini dapat
dijelaskan menggunakan apa yang diistilahkan sebagai 'materi radian' (radiant
matter). Hasilnya adalah keadaan materi keempat, yang terdiri dari molekul-
molekul bermuatan negatif yang diproyeksikan dengan kecepatan tinggi dari
katode (Kenneth, 1982).
Pada tahun 1896, fisikawan Britania J.J. Thomson, bersama dengan
koleganya John S. Townsend dan H. A. Wilson, melakukan eksperimen yang
mengindikasikan bahwa sinar katode benar-benar merupakan partikel baru dan
bukanlah gelombang, atom ataupun molekul seperti yang dipercayai sebelumnya.
Thomson membuat perkiraan yang cukup baik dalam menentukan muatan e dan
massa m, dan menemukan bahwa partikel sinar katoda, yang ia sebut
"corpuscles" mungkin bermassa seperseribu massa ion terkecil yang pernah
diketahui (hidrogen). Thomson menunjukkan bahwa nisbah massa terhadap
muatan, e/m, tidak tergantung pada material katoda (Kenneth, 1982).
Nisbah e/m
64 | JFT
JFT. No.1, Vol. 1, Desember 2014
JFT. Vol. 1, Desember 2014
(a) (b)
Gambar 1. (a) Rangkaian penelitian nisbah e/m; (b) Hasil tampilan jejari berkas
elektron pada kumparan Hemholtz (Tim Dosen Fisika Eksperimen, 2014)
Berdasarkan sifat-sifat sinar katoda di atas, J.J. Thomson mengusulkan
bahwa sinar katoda merupakan aliran elektron-elektron yang keluar dari katoda
menuju anoda dengan kecepatan tinggi. Selanjutnya, Thomson berhasil
merancang dan melakukan eksperimental untuk menentukan perbandingan
antara muatan per satuan massa (e/m) partikel bermuatan negatif yang terdapat
pada berkas sinar katoda. Elektron yang dihasilkan oleh katoda akibat proses
pemanasan dengan menggunakan filamen pemanas (proses thermo elektron)
dipercepat menuju anoda oleh suatu beda potensial antara anoda dan katoda
sebesar V.
Karakteristik berkas sinar katoda dijelaskan sebagai berikut (Tim Dosen
Fisika Eksperimen, 2014):
a. Berkas 1, hanya dengan adanya medan listrik, berkas sinar katoda dibelokkan
ke atas menyentuh layar pada titik 1.
b. Berkas 2, hanya dengan adanya medan magnet, berkas sinar katoda
dibelokkan ke bawah menyentuh layar pada titik 2.
c. Berkas 3, berkas sinar katoda akan lurus dan menyentuh layar dititik 3, bila
medan listrik dan medan magnet sama besarnya.
Jika kecepatan elektron pada saat lepas dari katoda karena proses
pemanasan diabaikan, maka kelajuan elektron v pada saat melewati anoda dapat
dihitung berdasarkan hukum kekekalan energi. Jari-jari lintasan R dapat dihitung
melalui mistar pada layar. Dengan mengukur potensial pemercepat (V), arus
kumparan Helmholtz (I), dan jari-jari melingkar elektron (r), maka nilai e/m dapat
dihitung dengan mudah.
65 | JFT
JFT. No.1, Vol. 1, Desember 2014
JFT. Vol. 1, Desember 2014
Berkas elektron dipenuhi oleh gaya magnetik F m dan gaya sentrifugal Fs,
kedua gaya tersebut memberikan nilai:
mv 2
Fs = dan Fm = q v B
r
Karena Fm = Fs, maka,
mv 2
qvB (1)
r
q = e = muatan elektron
mv
eB (2)
r
sehingga:
e v
(3)
m Br
Elektron dipercepat melalui potensial (V) dikarenakan memiliki energi kinetik
sebesar:
1
eV mv 2 (4)
2
Kecepatan elektron menjadi:
1
2eV 2
v (5)
m
Medan magnet yang dihasilkan di sekitar sumbu sepasang kumparan Helmholtz
diberikan oleh:
B
Nμo I (6)
5 4 a
3
2
Jika persamaan (3) dan (4) disubtitusi ke persamaan (1), maka diperoleh:
5
e 2V 4 a
2
3
(7)
m μoINr 2
dengan V = potensial pemercepat (volt), a = jejari kumparan Helmholtz (m), μo =
permeabilitas ruang hampa (4 x 10-7 Wb/Am2), I = arus elektron (A), N = jumlah
lilitan kumparan Hemholts dan r = Jejari berkas elektron (m).
Dengan menggunakan persamaan (7) maka dapat ditentukan besarnya harga
perbandingan muatan (e) terhadap massa (m) elektron.
3. METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2014 di Laboratorium Optik
Lantai 2.11, Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar.
66 | JFT
JFT. No.1, Vol. 1, Desember 2014
JFT. Vol. 1, Desember 2014
Alat–alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari balok tabung
katoda beserta soketnya, kumparan Helmholtz satu pasang dengan diameter 40
cm dan jumlah lilitannya 154 lilitan, power supply (0–600 V), power supply
(universal), digital multimeter dua buah. Sedangkan bahan yang digunakan adalah
beberapa kabel penghubung
Prinsip Kerja
Prinsip kerja pada penelitian eksperimental ini adalah elektron yang
dipercepat dalam medan listrik dan dimasukkan medan magnet pada sudut kanan
ke arah gerakan elektron sehingga nilai spesifik muatan elektron ditentukan dari
tegangan pemercepat, kuat medan magnet dan jari-jari orbit elektron. Adapun
model rangkaian penelitian ini adalah:
67 | JFT
JFT. No.1, Vol. 1, Desember 2014
JFT. Vol. 1, Desember 2014
68 | JFT
JFT. No.1, Vol. 1, Desember 2014
JFT. Vol. 1, Desember 2014
250
2.1025 220
200
2.3409 240
2.5600 260 150
2.7556 280 100
2.8900 300 50
3.0976 320
0
3.3124 340 0 1 2 3
(e/m)grafik 1.72518
(×1011 C/kg) I2(A2)
% Perbedaan
0.02
(%)
Tabel 5. Hubungan tegangan pemercepat V terhadap kuat arus elektron I pada
jejari berkas elektron 0,04 m.
r = 0.04 m Grafik 2. Hubungan antara potensial
I2 (A2)
V (V) pemercepat V (V) terhadap kuat arus
1.5376 100 elektron I (A) untuk r = 0.04 m
1.9044 120 400
2.1025 140
350 y = 63,237x + 6,8831
2.4336 160
300 R² = 0,9963
2.7225 180
V (V)
69 | JFT
JFT. No.1, Vol. 1, Desember 2014
JFT. Vol. 1, Desember 2014
% Perbedaan
0.06
(%)
Tabel 6. Hubungan tegangan pemercepat V terhadap kuat arus elektron I pada
jejari berkas elektron 0,03 m.
10.4976 160
150
12.1104 180
100
12.8881 200
14.5924 220 50
15.6025 240 0
0 5 10 15 20
16.7281 260
I2 (A2)
(e/m)grafik 1.63108
(×1011 C/kg)
% Perbedaan
0.07
(%)
70 | JFT
JFT. No.1, Vol. 1, Desember 2014
JFT. Vol. 1, Desember 2014
Tabel 8. Rerata nilai e/m secara grafik dan % perbedaan (e/m) pustaka-grafik dan
grafik-perhitungan
(e/m)1 (×1011 C/kg) (e/m)2 (×1011 C/kg) (e/m)3 (×1011 C/kg) (e/m)4 (×1011 C/kg)
untuk r=0,05 m untuk r=0,05 m untuk r=0,05 m untuk r=0,05 m
1.72518 1.65063 1.63705 1.63108
11
(e/m) rerata total grafik (C/kg) 1.66098×10
% perbedaan (e/m) nilai pustaka
0.05
terhadap nilai (e/m) grafik (%)
% perbedaan (e/m) nilai perhitungan
0.01
terhadap nilai (e/m) grafik (%)
Pembahasan
Interaksi medan magnet yang dihasilkan oleh kumparan Helmholtz dengan
elektron yang bergerak akibat adanya arus akan menghasilkan pembelokan
lintasan. Ini tidak bisa dilihat dengan mata, oleh karena itu dalam penelitian ini
menggunakan zat Helium. Akibat adanya zat Helium, maka sinar katoda (elektron
dari katoda dapat menembus atau menumbuk He sehingga berbentuk seperti
sebuah sinar yang membentuk orbit) berwarna kehijau-hijauan. Warna hijau ini
diakibatkan oleh panjang gelombang yang dicapai oleh elekron valensi He ketika
bertumbukan dengan elektron pada katoda. Elektron yang dihasilkan oleh filamen
(yang berlaku sebagai katoda), akibat proses termoelektron, akan dipercepat ke
arah anoda yang mempunyai beda tegangan (V) terhadap katoda.
Berdasarkan prinsip kekekalan energi, jika tidak ada usaha yang dikenakan
pada elektron, maka elektron tersebut akan mempunyai energi kinetik akibat
tegangan (V). Elektron tersebut bergerak dalam medan magnet seragam (akibat
kumparan Helmholtz), sehingga terjadi perubahan arah dari kecepatan elektron
tanpa merubah kelajuannya, sehingga elektron akan bergerak melingkar. Pada
gerak melingkar ini besar gaya sentripental sama dengan besar gaya medan
magnet pada elektron tersebut, sehingga nilai perbandingan e/m dapat diperoleh
hasilnya. Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diamati bahwa pada saat nilai
tegangan (V) besar maka nilai arus listrik elektron (I) juga semakin besar, maka
jari-jari lintasan elektron akan semakin kecil. Jika semakin besar nilai kuat arusnya
maka medan magnet yang dihasilkan oleh kumparan Helmholtz semakin besar
pula. Medan magnet yang besar akan membelokkan elektron dengan kuat
sehingga diameter lintasan elektron semakin kecil karena diameter elektron
berbanding terbalik dengan medan magnet.
Berdasarkan hasil analisis perhitungan diperoleh secara rata-rata nilai (e/m)
sebesar 1,67×1011 C/kg, sedangkan dari ke empat analisis grafik di atas diperoleh
nilai e/m pada grafik r=0,05 m yaitu 1.72518×1011 C/kg, grafik r=0,04 m yaitu
1.65063×1011 C/kg, nilai e/m pada grafik r=0,03 m yaitu 1.63705×1011 C/kg dan
nilai e/m pada grafik r=0,02 m yaitu 1.63108×1011 C/kg. Dari hasil grafik tersebut
diperoleh nilai e/m secara rerata yaitu 1.66098×1011 C/kg. Dalam penelitian ini,
nilai yang dijadikan sebagai standar (pustaka) adalah nilai e/m yang diperoleh oleh
J.J Thomson yaitu 1.76×1011 C/kg, sehingga dari hasil fokus penelitian diperoleh
persen (%) perbedaan rata-rata 0,05% baik secara perhitungan maupun grafik.
Ini terjadi perbedaan disebabkan karena pada jejari berkas elektronnya saat
dilakukan pemutaran tidak tepat pada orbit elektronnya, kemudian data
pengukuran arus sudah dicatat. Dari hasil penelitian yang diperoleh, dapat
disimpulkan bahwa semakin besar potensial pemercepat yang digunakan maka
71 | JFT
JFT. No.1, Vol. 1, Desember 2014
JFT. Vol. 1, Desember 2014
arus yang mengalirpun semakin besar dan berbanding terbalik dengan jejari
berkas elektron. Namun perlu diperhatikan pula pada jejari berkas elektronnya,
dimana semakin jauh jejari berkas elektronnya maka semakin kecil arus yang
mengalir dan pada akhirnya jika potensialnya dinaikkan terus maka akan terbaca
nilai arus elektron yang konstan yaitu rata-rata 4,03 pada jejari berkas elektron
r=0,02 m. Hal ini disebabkan karena potensial pemercepatnya tidak mampu
menyuplai jejari berkas elektron dalam orbitnya yaitu (260-340) volt.
5. KESIMPULAN
Kesimpulan pada penelitian ini adalah :
a. Semakin besar nilai tegangan pemercepatnya maka akan semakin kecil nilai
jejari berkas elektronnya, begitu juga sebaliknya jika semakin kecil nilai
tegangan pemercepatnya maka akan semakin besar nilai jejari berkas
elektronnya. Sedangkan jika nilai tegangan pemercepatnya diperbesar maka
kuat arus elektronnya juga semakin besar pula.
b. Berdasarkan hasil penelitian di peroleh nilai e/m rata-rata hasil perhitungan
adalah 1,67×1011 C/kg dan nilai e/m rata-rata hasil grafik adalah sebesar
1.66×1011 C/kg. Sedangkan persen (%) perbedaan nilai e/m secara pustaka
dengan hasil perhitungan dan grafik adalah sebesar 0.05% dan (%) perbedaan
nilai e/m secara perhitungan dengan hasil grafik adalah sebesar 0.01 %.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Penelitian J.J.Thomson. 2014. http://www.wikipedia.co.id./Penelitian-jj-
thomson.htm/. (Diakses tanggal 10 November 2014)
Anonim. Nisbah e/m. 2014. http://www.wikipedia.co.id./nisbah-e/m.htm/. (Diakses
tanggal 10 November 2014)
Beiser, Arthur. Konsep Fisika Modern. Jakarta: Erlangga. 1987.
Frederich J. Bueche. Fisika. Edisi 8. Jakarta: Erlangga. 1989.
Iswadi. Fisika Modern. Makassar: Alauddin University Press. 2013.
Krane, Kenneth. S. Fisika Modern. Terjemahan: Hans J.Wospakrik dan Sofia
Nikhsolihin. Jakarta: Penerbit UI. 1982.
Lailatur, Rahma. Pengembangan Teori Atom. Surabaya: Erlangga. 2014.
Markus. Penelitian e/m Elektron. Jakarta: Erlangga. 2007
Mulyono. Listrik Magnet. Yogyakarta: Andi. 2003.
Tim Dosen Fisika Eksperimen 1. Penuntun Fisika Eksperimen 1. Makassar: UIN
Alauddin Makassar. 2014.
Tipler, Paul A. Fisika untuk Sains dan Teknik, Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta:
Erlangga, 2001.
Tri Kuntoro. Fisika Dasar. Yogyakarta: Andi. 2008.
Wehr, M.R., et al. Physics of The Atom. Manila: Addison-Wesley Publishing
Company. 1980.
72 | JFT