Kerapatan Spora 5
Kerapatan Spora 5
Kerapatan Spora 5
1, Januari 2018
ABSTRACT
Tobacco crops is one of the national commodity and plays an important role
for Indonesian economy. Various attempts of cultivation technique have been
implemented. However, obstruction are found on tobacco cultivation, one of them is
armyworm (Spodoptera litura F.) pest. The effort of controlling the pests is still
using chemical technique while in fact it leds to negative impact to living beings and
environment. Therefore, eco-friendly control using fungus Beauveria bassiana Bals.
in the form of formulation are necessary. This study was conducted to determine the
quality and effectiveness of B. bassiana formulation obtained from Estate Crops
Service of Bali Province against armyworm (S litura). Research method of this study
was using a randomized block design with 5 treatments and 5 replicates. This
treatment was using concentration of 60 grams, 45 grams, 30 grams, 15 grams
formulation dissolved in one liter of water and the control of using water only. The
observed variable was the mortality and intensity of armyworm attacks (S. litura).
The result of this study showed that the formulation of fungus B. bassiana has
characteristics in which the colonies are white, round-shapes spores, grape-shaped
structure and the density of a spore is 1 x 10 7 spores/ml, therefore it considered it has
a good quality. B bassiana formulation is able to infect armyworm (S. litura) on the
fourth day. Efficacy test in the green house of 60 grams concentration dissolved in
one liter of water showed a good result, with the highest mortality and the lowest
damage intensity of tobacco crops.
Keywords: Tobacco crops, Spodoptera litura F., Fungus Beauveria bassiana Bals.
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Tanaman tembakau merupakan salah satu komoditas andalan nasional dan
komoditas paling banyak dibudidayakan di Indonesia. Tanaman tembakau ini
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT 11
E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 7, No. 1, Januari 2018
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui formulasi jamur Beauveria bassiana dari Dinas Perkebunan
Provinsi Bali mengandung jamur Beauveria bassiana.
2. Untuk mengetahui mutu formulasi jamur Beauveria bassiana dari Dinas
Perkebunan Provinsi Bali.
3. Untuk mengetahui efektifitas formulasi jamur Beauveria bassiana dari Dinas
Perkebunan Provinsi Bali dalam mengendalikan ulat grayak (Spodoptera litura
F.) pada tanaman tembakau di rumah kaca.
12 https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT
E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 7, No. 1, Januari 2018
1.4 Hipotesis
1. Formulasi jamur Beauveria bassiana dari Dinas Perkebunan Provinsi Bali
mengandung jamur Beauveria bassiana.
2. Formulasi jamur Beauveria bassiana dari Dinas Perkebunan Provinsi Bali
berkualitas baik.
3. Formulasi jamur Beauveria bassiana dari Dinas Perkebunan Provinsi Bali
efektif dalam mengendalikan ulat grayak (Spodoptera litura F.) pada tanaman
tembakau.
2. Metode Penelitian
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan sejak bulan Oktober 2016 sampai
Desember 2016. Pengujian mutu formulasi Beauveria bassiana dilakukan di
Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Konsentrasi Perlindungan Tanaman, Program
Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana. Pengujian efikasi
formulasi Beauveria bassiana dilakukan di rumah kaca Laboratorium UPT
Perlindungan Tanaman Dinas Perkebunan Provinsi Bali Desa Bedulu, Kecamatan
Blahbatuh, Kabupaten Gianyar.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT 13
E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 7, No. 1, Januari 2018
.......……………………………….(1)
Keterangan :
C : kerapatan spora per ml larutan
t : jumlah total spora dalam kotak sampel yang diamati
n : jumlah kotak sampel (5 kotak besar x 16 kotak kecil)
0,25 : faktor koreksi penggunaan kotak sampel skala kecil pada haemocytometer.
106 :
Standar kerapatan spora yang baik (Direktorat Perlindungan Perkebunan
Kementrian Pertanian, 2014)
14 https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT
E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 7, No. 1, Januari 2018
A1 C1 E1 B1 D1
C2 E2 D2 A2 B2
B3 A3 C3 D3 E3
E4 D4 B4 C4 A4
D5 B5 A5 E5 C5
Keterangan :
A, B, C,D, E : Perlakuan
A : Konsentrasi 60 gram dilarutkan dalam 1 liter air
B : Konsentrasi 45 gram dilarutkan dalam 1 liter air
C : Konsentrasi 30 gram dilarutkan dalam 1 liter air
D : Konsentrasi 15 gram dilarutkan dalam 1 liter air
E : Kontrol
1,2,3,4,5 : Ulangan
………………………………………………(2)
M= (A/B) x 100%
Keterangan :
M : Persentase mortalitas
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT 15
E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 7, No. 1, Januari 2018
…………………………………………(3)
Keterangan :
I : Intensitas kerusakan akibat serangan ulat grayak
n : Jumlah tanaman yang diamati
v : Nilai skor untuk kategori tiap kerusakan
N : Jumlah total sampel tanaman yang diamati
Z : Nilai skor kategori kerusakan yang tertinggi
Cara pemberian skor dapat dilakukan sebagai berikut :
Skor 0 : Tidak ada kerusakan pada daun tanaman yang diamati
Skor 1 : Ada kerusakan 1%-25% pada daun tanaman yang diamati
Skor 2 : Ada kerusakan 26%-50% pada daun tanaman yang diamati
Skor 3 : Ada kerusakan 51%-75% pada daun tanaman yang diamati
Skor 4 : Ada kerusakan 76%-100% pada daun tanaman yang diamati
16 https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT
E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 7, No. 1, Januari 2018
A B
Isolasi jamur B. bassiana dari formulasi Dinas Perkebunan Provinsi Bali (B)
juga menunjukkan bahwa konidia jamur memiliki spora yang berbentuk oval agak
bulat sampai dengan bulat telur yang sesuai dengan penelitian Barnet (1960) (A).
(Gambar 3).
A B
Gambar 3. Bentuk Spora Jamur B.bassiana. Spora jamur B.bassiana berbentuk oval
sampai bulat telur (A) menurut Barnett (1960) dan (B) bentuk spora
jamur B. bassiana pada mikroskop perbesaran 400 X yang diisolasi dari
formulasi jamur B. bassiana Dinas Perkebunan Provinsi Bali
Jamur B. bassiana (A) menurut Ligozzi (2013) dengan jamur B. bassiana hasil
isolasi dari formulasi Dinas Provinsi Bali (B) memiliki struktur yang sama yaitu
struktur tubuh seperti buah anggur dengan miselium bersekat dan berwarna putih,
tersusun melingkar dan konidia menempel pada ujung cabang-cabang konidiofor.
(Gambar 4).
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT 17
E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 7, No. 1, Januari 2018
A B
Berdasarkan warna koloni, bentuk spora dan struktur jamur hasil isolasi dari
formulasi Dinas Perkebunan Provinsi Bali yang sesuai dengan ciri-ciri jamur
B. bassiana menurut beberapa ahli bahwa jamur hasil isolasi dari formulasi Dinas
Perkebunan Provinsi Bali adalah jamur B. bassiana.
18 https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT
E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 7, No. 1, Januari 2018
A B
C D
Gambar 5. Perbedaan ulat grayak uji yang sehat (A) dengan (B) ulat grayak yang
terinfeksi jamur B. bassiana dari formulasi jamur B. bassiana Dinas
Perkebunan Provisi Bali pada hari keempat namun belum menunjukkan
gejala yang jelas akibat infeksi jamur B. bassiana. Perbedaan ulat grayak
uji yang terinfeksi pada hari ketujuh (C) dan (D) pada ulat grayak yang
terinfeksi jamur B. bassiana pada hari kesembilan.
Hasil uji patogenisitas ini yang akan digunakan sebagai acuan dalam pengujian
efektifitas di rumah kaca. Ulat grayak uji yang terserang B. bassiana kemudian
diisolasi dan diidentifikasi kembali untuk memastikan bahwa yang menimbulkan
kematian adalah jamur B. bassiana.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT 19
E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 7, No. 1, Januari 2018
menunjukkan terjadinya kematian terhadap ulat grayak namun bukan karena aktivitas
jamur B. bassiana melainkan kemungkinan karena faktor lingkungan dan kerentanan
ulat grayak.
Gambar 6. Grafik Mortalitas Ulat Grayak (S. litura) pada Beberapa Konsentrasi
Formulasi jamur B. bassiana dari Dinas Perkebunan Provinsi Bali
Tabel 1. Rerata Mortalitas Ulat Grayak (S. litura) pada Perlakuan Beberapa
Konsentrasi Formulasi jamur B. bassiana dari Dinas Perkebunan Provinsi
Bali pada Hari ke- 9
Perlakuan (konsentrasi Mortalitas (%)
formulasi yang dilarutkan (Ulangan) Rerata notasi
ke dalam liter air) 1 2 3 4 5
Kontrol 25 15 25 10 10 17 a
15 gram 80 75 65 80 75 75 b
30 gram 75 85 75 65 75 75 c
45 gram 75 85 85 100 80 85 c
60 gram 100 100 100 100 100 100 d
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda
tidak nyata pada uji Duncan taraf 1%.
20 https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT
E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 7, No. 1, Januari 2018
formulasi B. bassiana, maka semakin pekat pula kandungan jamur B. bassiana dan
semakin tinggi kerapatan spora didalamnya sehingga persentase mortalitas juga
semakin tinggi. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan Rustama (2008) bahwa semakin
tinggi kerapatan spora yang diinfeksikan, maka semakin tinggi peluang kontak antara
patogen dengan inang, sehingga proses kematian serangga yang terinfeksi semakin
cepat.
Tabel 2. Rerata Intensitas Kerusakan pada Tanaman Tembakau yang disebabkan oleh
Ulat Grayak (S. litura) dengan Perlakuan Beberapa Konsentrasi Formulasi
jamur B. bassiana dari Dinas Perkebunan Provinsi Bali pada Hari ke- 9
Perlakuan (konsentrasi Intensitas Kerusakan (%)
formulasi yang dilarutkan (Ulangan) Rerata notasi
ke dalam liter air) 1 2 3 4 5
Kontrol 100 90 90 100 95 95 a
15 gram 70 70 75 80 80 75 a b
30 gram 80 70 75 75 75 75 a b c
45 gram 70 75 60 60 60 65 b c
60 gram 60 55 55 55 75 60 c
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda
tidak nyata pada uji Duncan taraf 1%.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT 21
E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 7, No. 1, Januari 2018
Pada Tabel 2 rerata intensitas kerusakan tanaman tembakau pada hari ke- 9
yang disebabkan oleh ulat grayak dengan beberapa perlakuan konsentrasi formulasi
B. bassiana terlihat bahwa kontrol berbeda tidak nyata dengan konsentrasi 15 gram
dan 30 gram, namun kontrol berbeda nyata dengan 45 gram dan berbeda sangat nyata
dengan 60 gram. Sedangkan konsentrasi 45 gram berbeda tidak nyata dengan 60
gram. Hal ini disebabkan karena aktivitas ulat grayak yang dipengaruhi oleh infeksi
dari jamur B. bassiana. Ulat grayak yang telah terinfeksi jamur B. bassiana akan
mengalami gangguan metabolisme, sistem pernafasan, dan sistem pencernaan,
sehingga nafsu makan ulat grayak berkurang mengakibatkan ulat menjadi kurang
aktif (Karolina et al., 2008), sehingga aktifitas ulat grayak akan berpengaruh pada
intensitas kerusakan yang tidak mengalami peningkatan.
Faktor lainnya juga disebabkan oleh lingkungan seperti suhu, kelembaban, Ph,
dan sinar UV yang mampu mempengaruhi pertumbuhan jamur B. bassiana (Neves,
2004). Suhu merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap
perkembangan jamur B. bassiana, Penelitian Kikankle et al. (2010) menunjukkan
pertumbuhan spora jamur B. bassiana yang optimal adalah pada suhu 26ºC.
4.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan adalah perlu dilakukan uji tambahan terhadap
formulasi B. bassiana dari Dinas Perkebunan Provinsi Bali berupa uji viabilitas
jamur B. bassiana.
Daftar Pustaka
Abdullah, A dan Soedarmanto. 1982. Budidaya Tembakau. C.V. Yasaguna : Jakarta.
hlm 4-25.
Balai Penelitian Tembakau Deli. 2004. Strategi Pengendalian Hama dan Penyakit
Tanaman Tembakau. BPTD PTP Nusantara II. Medan.
22 https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT
E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 7, No. 1, Januari 2018
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT 23