Djoko Adi Prasetio (2016)

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 19

Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 5, Nomor 1, Januari 2016 ISSN : 2460-0585

PENGARUH PROFITABILITAS, FREE CASH FLOW, INVESTMENT OPPORTUNITY SET


TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO
Djoko Adi Prasetio
[email protected]
Bambang Suryono
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT
The purpose of this research is to examine profitability, free cash flow and investment opportunity set have
positive and significant influence to the dividend payout ratio on automotive companies which are listed in
Indonesia Stock Exchange.This research is a quantitative research type and the population is all automotive
companies which are listed in Indonesia Stock Exchange during the 4 year periods started from 2011 to 2014.
The sample collection technique has been done by using saturated sample methods, therefore 13 automotive
companies which are listed in Indonesia Stock Exchange during the 4 years periods which start from 2011 to
2014 have been selected as samples. The data analysis technique has been done by using multiple linear
regressions and the hypothesis test has been done by performing SPSS 20 version. Based on the result of model
feasibility test, it shows that the regressions model that has been generated is feasible and it can be used for
further analysis.Based on the result of the hypothesis test, it shows that profitability, free cash flow and
investment opportunity set variables have positive and significant influence to the dividend payout ratio in the
automotive companies which are listed in Indonesia Stock Exchange.
Keywords: profitability, free cash flow, investment opportunity set, dividend payout ratio.

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji profitabilitas, free cash flow dan invesment opportunity set
berpengaruh signifikan dan positif terhadap dividend payout ratio pada perusahaan otomotif yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif,
dengan populasi yang digunakan adalah semua perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode 4 tahun mulai tahun 2011-2014 sebanyak 13 perusahaan. Teknik
pengambilan sampel menggunakan metode sampel jenuh, sehingga didapatkan sampel sebanyak 13
perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 4 tahun yaitu tahun 2011
sampai dengan tahun 2014. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis
regresi linier berganda dan pengujian hipotesis dengan menggunakan SPSS versi 20. Berdasar hasil uji
kelayakan model menunjukkan bahwa model regresi yang dihasilkan baik (layak) dan dapat
digunakan untuk analisis selanjutnya. Berdasar hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa
variabel profitabilitas, free cash flow dan invesment opportunity set berpengaruh signifikan dan positif
terhadap dividend payout ratio pada perusahaan otomotif di Bursa Efek Indonesia

Kata Kunci: profitabilitas, free cash flow, invesment opportunity set, dividend payout ratio

PENDAHULUAN
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) semakin bertambah
jumlahnya. Hal ini menunjukkan semakin banyak pula transaksi saham yang terjadi di BEI.
Investor pasti menginginkan adanya tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan
pengorbanan yang telah dikeluarkan untuk mendapatkan investasi tersebut. Oleh karena
itu, dividen menjadi salah satu pertimbangan bagi investor untuk menanamkan modalnya di
suatu perusahaan untuk mencari tingkat pengembalian investasi (return). Di lain pihak,
perusahaan juga mengharapkan pertumbuhan untuk kelangsungan hidup perusahaan
(Halim, 2013).
Investor dan pihak manajemen seringkali memiliki kepentingan yang berbeda. Pihak
manajemen cenderung mengutamakan kepentingan pribadinya, dimana hal tersebut tidak
disukai oleh pihak investor. Pihak investor menganggap bahwa kepentingan pribadi dari
pihak manajemen akan mengurangi tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan.
Pengaruh Profitabilitas, Free cash...-Prasetio, Djoko Adi

Perbedaan kepentingan seperti ini seringkali menimbulkan konflik, yang disebut dengan
konflik keagenan. Konflik keagenan bisa dikurangi dengan berbagai mekanisme, salah
satunya adalah dengan kebijakan dividen. Menyangkut mengenai pendapatan berupa
dividen, investor lebih menyukai dividen yang stabil karena hal tersebut akan meningkatkan
kepercayaan investor terhadap perusahaan yang bersangkutan (Sandy dan Asyik, 2013).
Dividen kas merupakan merupakan masalah yang sering menjadi topic pembicaraan
di antara para pemegang saham dan juga pihak manajemen perusahaan emiten. Terkadang
hal tersebut justru menimbulkan kontroversi antara pemegang saham dan perusahaan
(Pradana dan Sanjaya, 2013). Oleh karena itu, perusahaan harus mempertimbangkan
beberapa factor dalam menentukan kebijakan dividen tunai yang optimal. Kebijakan dividen
yang optimal perlu diperhatikan karena dapat menciptakan keseimbangan antara dividen
saat ini dan pertumbuhan di masa depan yang memaksimum harga saham (Weston dan
Brigham, 2005 dalam Pradana dan Sanjaya, 2013). Kebijakan dividen merupakan bagian dari
keputusan pendanaan (Horne dan Wachowicz, 2005: 270). Kebijakan dividen merupakan
suatu keputusan mengenai pembagian laba perusahaan. Kebijakan dividen merupakan
suatu keputusan yang sulit bagi pihak manajemen perusahaan. Pembagian dividen di satu
sisi akan memenuhi harapan investor untuk mendapatkan return sebagai hasil dari
investasinya, sedangkan di satu sisi pembagian dividen diharapkan tidak mengancam
kelangsungan hidup perusahaan. Manajemen perusahaan sebaiknya dapat membuat suatu
kebijakan dividen yang optimal berarti kebijakan tersebut harus menghasilkan semacam
keseimbangan antara kepentingan pemegang saham melalui dividen dan kepentingan
perusahaan dalam hal pertumbuhannya. Berkaitan dengan hal tersebut, keputusan
pembagian dividen menjadi salah satu pertimbangan yang cukup sulit bagi perusahaan,
karena dapat menghambat pertumbuhan dan kelangsungan hidup perusahaan (Halim,
2013).
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Keuntungan
yang diperoleh oleh suatu perusahaan akan mempengaruhi besar kecilnya dividen yang
akan dibagikan. Semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan, maka akan semakin
besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Namun muncul permasalahan,
apakah keuntungan yang diperoleh tersebut akan ditahan sebagai sumber dana internal
perusahaan atau dibagikan sebagai dividen. Hasil penelitian Pradana dan Sanjaya (2013)
membuktikan bahwa profitabilitas memiliki hubungan yang searah atau positif dengan
kebijakan dividen, sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas maka semakin besar
dividen yang dibagikan investee kepada investor.
Pembayaran dividen khususnya dividen tunai sangat tergantung pada posisi kas yang
tersedia. Free cash flow yang dimiliki perusahaan menunjukkan kas yang tersedia bagi
investor (Aristantia dan Putra, 2015). Aliran kas bebas (free cash flow) sebagai kas yang
tersedia setelah seluruh proyek yang menghasilkan net present value (NPV) positif
dilakukan. Pembayaran dividen mengurangi aliran kas bebas yang tersedia bagi manajer
untuk melakukan investasi. Perusahaan dengan tingkat aliran kas yang tinggi seharusnya
membayar dividen yang tinggi pula. Free cash flow inilah yang sering menjadi pemicu
timbulnya perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan manajer. Ketika free cash flow
tersedia, manajer disinyalir akan menghamburkan free cash flow tersebut sehingga terjadi
inefisiensi dalam perusahaan atau akan menginvestasikan free cash flow dengan return yang
kecil (Smith dan Kim, 1994 dalam Rosdini, 2009).
Investasi modal merupakan salah satu aspek utama dalam keputusan investasi selain
penentuan komposisi aktiva. Keputusan pengalokasian modal ke dalam usulan investasi
harus dievaluasi dan dihubungkan dengan risiko dan hasil yang diharapkan. Menurut
signaling theory, pengeluaran investasi memberikan sinyal positif mengenai pertumbuhan
perusahaan di masa yang akan datang, sehingga dapat meningkatkan harga saham yang
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 5, Nomor 1, Januari 2016 ISSN : 2460-0585

digunakan sebagai indikator nilai perusahaan (Rosdini, 2009). Keputusan yang menyangkut
investasi akan menentukan sumber dan bentuk dana untuk pembiayaannya. Masalah yang
harus dijawab dalam keputusan pendanaan yang dihubungkan dengan sumber dana adalah
apakah sumber internal atau eksternal, besarnya hutang dan modal sendiri, dan bagaimana
tipe hutang dan modal yang akan digunakan, mengingat struktur pembiayaan akan
menentukan cost of capital yang akan menjadi dasar penentuan required return yang
diinginkan (Rosdini, 2009). Kondisi semacam ini dapat menentukan kesempatan investasi
atau investment opportunity set (IOS) suatu perusahaan (Scott, 2000). Perusahaan yang
memiliki IOS tinggi cenderung membagikan dividen lebih rendah dibandingkan perusahaan
yang memiliki IOS rendah atau dengan kata lain IOS yang tinggi di masa depan membuat
perusahaan dikatakan mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi (Pradana dan Sanjaya,
2013).
Beberapa penelitian terdahulu masih terdapat ketidakkonsistenan hasil penelitian atas
profitabilitas, free cash flow dan investment opportunity set mempengaruhi dividend payout ratio
sehingga perlu diuji ulang dengan sampel dan periode yang berbeda. Pengujian ulang
ditujukan untuk menyakini bahwa variabel profitabilitas, free cash flow dan investment
opportunity set tersebut benar-benar berpengaruh terhadap dividend payout ratio dimana
variabel-variabel tersebut dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam melakukan
pembayaran dividen. Objek penelitian yang digunakan difokuskan pada perusahaan
manufaktur, karena sektor manufaktur merupakan sektor terbesar dibandingkan sektor-
sektor lainnya. mayoritas perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sekitar 30%.
Adanya sub sektor industri di dalam sektor manufaktur yang hampir menguasai pasar
modal, sehingga dapat memudahkan dalam melihat efek pasar modal secara keseluruhan
(Aristantia dan Putra, 2015).
Berdasar latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah yang dikemukakan
sebagai berikut: Apakah profitabilitas, free cash flow dan investment opportunity set
berpengaruh terhadap dividend payout ratio Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Sedang tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menguji
secara empiris profitabilitas, free cash flow dan investment opportunity set berpengaruh
terhadap dividend payout ratio Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia

TINJAUAN TEORETIS
Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan mengemukakan hubungan antara principle (pemilik) dan agent
(manajer) dalam hal pengelolaan perusahaan, dimana principle merupakan suatu entitas
yang mendelegasikan wewenang untuk mengelola perusahaan kepada pihak agent
(manajemen). Menurut Jensen dan Meckling (1976) teori agensi menjelaskan tentang
hubungan kontraktual antara pihak yang mendelegasikan keputusan tertentu (principle/
pemilik/ pemegang saham) dengan pihak yang menerima pendelegasian tersebut
(agent/manajemen). Dalam hal ini, principle memberikan kewenangan dan otoritas kepada
agent untuk menjalankan perusahaan demi kepentingan principle. Wewenang dan tanggung
jawab agent maupun principal diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama.
Mulyono (2009) mengungkapkan bahwa tingkat asimetri informasi akan cenderung
relatif tinggi pada perusahaan dengan tingkat kesempatan investasi yang baik. Dalam
kondisi ini, manajer memiliki informasi tentang nilai proyek di masa depan dan tindakan
mereka tidak dapat diawasi secara detail oleh pemegang saham. Untuk menghalangi
perilaku manajer yang buruk (opportunistic behaviour) maka pemegang saham harus bersedia
mengeluarkan biaya pengawasan (monitoring cost) yang disebut agency cost atau biaya
keagenan. Keagenan (agency problem) sebenarnya muncul ketika agent memiliki informasi
Pengaruh Profitabilitas, Free cash...-Prasetio, Djoko Adi

yang lebih banyak (full information) dibandingkan dengan principle, sehingga menimbulkan
adanya asimetri informasi. Information asymmetry yaitu suatu keadaan dimana terdapat
ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia
informasi dengan pihak pemegang saham dan stakeholder pada umumnya sebagai
pengguna informasi. Menurut Scott (2000: 3) terdapat dua tipe asimetri informasi, yaitu :
Adverse Selection dan Moral Hazard.

Profitabilitas
Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh
perusahaan pada saat menjalankan operasionalnya. Profitabilitas menggambarkan
pendapatan yang dimiliki perusahaan untuk membiayai investasi. Profitabilitas
menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk
menghasilkan keuntungan bagi investor. Profitabilitas merupakan faktor yang di
pertimbangkan dalam menentukan struktur modal perusahaan. Hal ini dikarenakan
perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung menggunakan hutang yang relatif
kecil karena laba ditahan yang tinggi sudah memadai untuk membiayai sebagian besar
kebutuhan pendanaan.
Profitabilitas sering dikaitkan dengan kemampuan perusahaan dalam memperoleh
laba. Berikut ini akan dijelaskan pengertian profitabilitas menurut beberapa pakar keuangan.
Menurut Harahap (2011: 122) menjelaskan profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal
sendiri. Riyanto (2011: 35) profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan
antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Harahap (2011:304),
profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua
kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan,
jumlah cabang dan sebagainya”.

Free Cash Flow


Mariah, et al. (2012) mengartikan aliran kas bebas atau free cash flow sebagai aliran kas
yang tersedia untuk dibagikan kepada para pemegang saham atau pemilik dalam bentuk
dividen. Pembagian tersebut dilakukan setelah perusahaan melakukan investasi pada aset
tetap (fixed asset) dan modal kerja (working capital) yang diperlukan untuk kelangsungan
usahanya. Putri (2013) mendefinisikan free cash flow sebagai aliran kas diskresioner yang
tersedia bagi perusahaan. Free cash flow diukur melalui penghitungan kas dari aktivitas
operasi yang dikurangi dengan pembelanjaan modal (capital expenditure) untuk memenuhi
kapasitas produksi saat ini. Free cash flow dapat digunakan untuk pembayaran hutang dan
pembayaran kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Semakin besar free cash flow
yang tersedia dalam suatu perusahaan, maka dapat dikatakan bahwa semakin sehat
perusahaan tersebut karena memiliki kas yang tersedia untuk pembayaran hutang dan
dividen.
Brigham dan Daves (2003) mendefinisikan aliran kas bebas sebagai cash flow yang
dihasilkan dari operasi bisnis yang sedang berjalan dan tersedia untuk didistribusikan
kembali kepada pemegang saham. Pembagian kas tersebut dianggap tidak akan
mempengaruhi tingkat pertumbuhan perusahaan saat ini. Brigham dan Daves (2003)
mengungkapkan bahwa aliran kas bebas merupakan aliran kas sesungguhnya yang tersedia
untuk dibagikan kepada pemegang saham dan kreditur. Pembagian kas tersebut dilakukan
setelah perusahaan menginvestasikan ke dalam aktiva tetap dan modal kerja yang
diperlukan untuk mempertahankan operasional perusahaan.
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 5, Nomor 1, Januari 2016 ISSN : 2460-0585

Investment Opportunity Set


Investment Opportunity Set (IOS) awalnya dikemukakan oleh Myers dalam
Erkadiningrum (2007) yang menjelaskan pengertian perusahaan sebagai satu kombinasi
antara aktiva riil (assets in place) dan opsi investasi masa depan. Opsi investasi masa depan
tidak hanya ditunjukkan dengan adanya proyek-proyek yang didukung oleh aktivitas
research and development saja, tetapi juga dengan kemampuan perusahaan yang mampu
mengeksploitasi keuntungan dengan jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan
perusahaan lain yang setara dalam suatu kelompok industrinya. Kemampuan perusahaan
yang lebih tinggi ini bersifat tidak dapat diobservasi (unobservable).
Sari (2010) juga menyatakan bahwa IOS perusahaan terdiri dari proyek-proyek yang
memberikan pertumbuhan bagi perusahaan. Dengan demikian, IOS dapat menjadi
pemikiran sebagai prospek pertumbuhan bagi perusahaan di masa depan. IOS merupakan
hal yang tidak dapat diobservasi sehingga diperlukan proksi dalam mengukur IOS agar
dapat menjelaskan keterkaitan dengan variabel-variabel lain. Safriansyah dan Anjarwati
(2013) mengemukakan bahwa proksi pertumbuhan perusahaan dengan nilai IOS secara
umum dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan factor-faktor yang
digunakan dalam mengukur nilai IOS. Kategori IOS tersebut adalah sebagai berikut. 1)
Proksi berdasarkan harga. Proksi ini percaya pada gagasan bahwa prospek yang tumbuh
dari suatu perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga pasar. Perusahaan yang tumbuh
akan mempunyai nilai pasar yang relative lebih tinggi dibandingkan dengan aktiva riilnya
(assets in place), 2) Proksi berdasarkan investasi. Proksi ini percaya pada gagasan bahwa satu
level kegiatan investasi yang tinggi berkaitan secara positif pada nilai IOS suatu perusahaan.
Kegiatan investasi ini diharapkan dapat memberikan peluang investasi di masa depan yang
lebih besar pada perusahaan yang bersangkutan, 3) Proksi berdasarkan varian. Proksi ini
percaya pada gagasan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih bernilai jika menggunakan
variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh, seperti variabilitas
return yang mendasari peningkatan aktiva.
Dividend Payout Ratio
Menurut Hanafi dan Halim (2007: 236) dividend payout ratio mengukur bagian laba
yang diperoleh untuk per lembar saham umum yang akan dibayarkan dalam bentuk
dividen. Kasmir (2008: 275) mengatakatan bahwa dividend payout ratio merupakan hasil
perbandingan antara dividen dengan laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa”.
Horne dan Wachowicz (2005) mendefinisikan dividend payout ratio sebagai persentase laba
perusahaan yang diberikan ke para pemegang saham secara tunai. Rosdini (2009) juga
mengartikan dividend payout ratio sebagai indikasi atas persentase jumlah laba atau earnings
yang diperoleh dan didistribusikan kepada pemilik atau pemegang saham dalam bentuk
kas.
Dividend payout ratio ini ditentukan perusahaan untuk membayar dividen kepada para
pemegang saham setiap tahun, penentuan Dividend Payout Ratio berdasarkan besar kecilnya
laba setelah pajak. Rasio untuk menghitung dividend payout ratio menurut Kasmir(2007: 306)
adalah:
Deviden per share
DPR 
Earning per Share

Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Profitabilitas terhadap Dividend Payout Ratio
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, sedangkan
dividen merupakan sebagian dari laba perusahaan yang dapat dibagikan kepada pemegang
saham. Dengan demikian, peneliti dapat mengatakan bahwa profitabilitas memiliki
Pengaruh Profitabilitas, Free cash...-Prasetio, Djoko Adi

keterkaitan dengan dividend payout ratio. Peneliti berargumen bahwa perusahaan yang
mampu mengelola asetnya secara efektif dan efisien cenderung menghasilkan kinerja
keuangan yang baik. Hal ini direalisasikan dengan adanya laba yang tinggi. Dengan
demikian, perusahaan tersebut dianggap mampu untuk membayar sebagian porsi labanya
dalam bentuk dividen tunai. Semakin tinggi laba yang mampu dihasilkan, semakin besar
pula probabilitas perusahaan untuk membagikan dividen. Ketika dalam kondisi laba yang
rendah atau rugi, perusahaan tidak memiliki porsi laba yang cukup untuk dibagikan dalam
bentuk dividen. Perusahaan perbankan cenderung untuk menahan laba yang ada untuk
mencukupi terlebih dahulu jumlah permodalan (capital adequacy) yang diharuskan oleh Bank
Indonesia.
Ukuran profitabilitas tersebut dapat diukur dengan menggunakan rasio ROA. Hanafi
dan Halim (2007: 84) menyebutkan bahwa rasio ROA digunakan untuk mengukur efektifitas
perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan cara memanfaatkan/ mengelola aset
yang dimiliki. Profitabilitas yang diproksikan dengan ROA ini tentu dibutuhkan oleh
perusahaan apabila perusahaan akan melakukan pembayaran dividen. Menurut Jensen,
Solberg, dan Zorn dalam Halim (2013), semakin tinggi laba maka semakin tinggi aliran kas
dalam perusahaan sehingga perusahaan dapat membayar dividen lebih tinggi. Dengan
demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1: Profitabilitas (ROA) berpengaruh terhadap dividend payout ratio

Pengaruh Free Cash Flow terhadap Dividend Payout Ratio


Brigham dan Daves (2003) mengungkapkan bahwa aliran kas bebas merupakan aliran
kas sesungguhnya yang tersedia untuk dibagikan kepada pemegang saham dan kreditur
setelah perusahaan menginvestasikan ke dalam aktiva tetap dan modal kerja yang
diperlukan untuk mempertahankan operasional perusahaan. Dari definisi tersebut, peneliti
dapat mengatakan bahwa free cash flow merupakan kas yang berlebih di perusahaan yang
seharusnya dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen. Pembagian
tersebut dapat dilakukan setelah perusahaan melakukan pembelanjaan modal (capital
expenditure) seperti pembelian aset tetap secara tunai. Jensen (1986) menyatakan bahwa free
cash flow berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio. Semakin tinggi free cash flow
maka semakin tinggi dividend payout ratio atau sebaliknya. Jensen (1986) menghubungkan free
cash flow tersebut dengan teori keagenan (agency theory).
Hal ini selaras dengan pemikiran peneliti bahwa pemilik/pemegang saham berencana
untuk membagikan dividen tunai dalam jumlah yang tinggi untuk menghindari terjadinya
overinvestment (free cash flow problem) yang dilakukan oleh manajerial. Tindakan tersebut
dilakukan untuk mengurangi agency cost pada perusahaan atau dapat dikatakan sebagai
bentuk mekanisme pengawasan pemegang saham terhadap manajerial. Hal ini diperkuat
dengan hasil penelitian Lucyanda dan Lilyana (2012) yang menyatakan bahwa free cash flow
memiliki hubungan positif terhadap dividend payout ratio. Dengan demikian dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2: Free cash flow berpengaruh terhadap dividend payout ratio

Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Dividend Payout Ratio


Investment opportunity set (IOS) terdiri dari proyek-proyek yang memberikan
pertumbuhan. Dengan demikian, investment opportunity set (IOS) dapat menjadi pemikiran
sebagai prospek pertumbuhan bagi perusahaan di masa depan. Kesempatan investasi atau
investment opportunity set (IOS) yang tinggi di masa depan membuat perusahaan dikatakan
mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi. Apabila kondisi perusahaan sangat baik
maka pihak manajemen akan cenderung lebih memilih investasi baru daripada membayar
dividen yang tinggi. Sebaliknya, perusahaan yang mengalami pertumbuhan lambat
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 5, Nomor 1, Januari 2016 ISSN : 2460-0585

cenderung membagikan dividen lebih tinggi untuk mengatasi masalah overinvestment


(Halim, 2013). Menurut Jensen (1986), manajer cenderung untuk menginvestasikan arus kas
bebas ke dalam peluang investasi dan memperbesar ukuran perusahaan meskipun tidak
menguntungkan.
Perusahaan yang berada dalam posisi sangat baik akan melakukan penanaman modal
baru sehingga membayar dividen yang tinggi tidak perlu dilakukan. Dana yang semestinya
dapat diberikan sebagai dividen kepada para investor cenderung digunakan dalam
melakukan penananam modal yang lebih mendatangkan keuntungan bagi perusahaannya.
Namun sebaliknya, perusahaan yang beada pada posisi yang kurang baik atau
pertumbuhannya lambat cenderung membegikan dividen yang lebih tinggi (Suharli, 2007).
Tingkat pertumbuhan perusahaan yang tinggi di masa depan biasanya diikuti dengan
adanya penurunan dividen tunai. Perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi sering
dikatakan juga memiliki kesempatan investasi tinggi. Hal ini yang memotivasi pihak
manajerial untuk melakukan reinvestasi dalam jumlah besar (Pradana dan Sanjaya, 2013).
Untuk meningkatkan pertumbuhan tersebut, perusahaan cenderung menggunakan dana
yang berasal dari sumber internal dibandingkan dengan sumber eksternal (penerbitan
saham atau obligasi). Sumber dana internal lebih disukai untuk membiayai kegiatan
reinvestasi karena dana tersebut memiliki risiko dan biaya yang lebih rendah (Pradana dan
Sanjaya, 2013). Berdasarkan pemikiran diatas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H3: Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh terhadap dividend payout ratio

Rerangka Pemikiran
Berdasarkan atas tinjauan teoritis diatas maka dapat digambarkan rerangka pemikiran
sebagai berikut:

Perusahaan Otomotif

Kinerja Perusahaan

Profitabilitas Free Cash Flow Investment Opportunity Set

Dividend Payout Ratio

Gambar 1
Rerangka Pemikiran

METODA PENELITIAN
Jenis Penelitian dan Gambaran dari Populasi (Objek) Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif (quantitative
research), yaitu jenis penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab-akibat
antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2014: 74). Populasi pada hakekatnya adalah
Pengaruh Profitabilitas, Free cash...-Prasetio, Djoko Adi

gambaran secara umum mengenai obyek atau subyek yang diteliti yang mempunyai
kuantitas dan karakteristik tertentu yang merupakan sasaran penelitian yang dijadikan
responden dan informan. Populasi pada penelitian ini adalah semua perusahaan otomotif
yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011 sampai 2014 serta menerbitkan
laporan keuangan per 31 Desember untuk tahun buku 2011 sampai 2014 sebanyak 13
perusahaan, mengingat jumlah populasi yang tidak terlalu besar, maka sampel yang
digunakan adalah sejumlah semua populasi (sensus).

Teknik Pengambilan Sampel


Sampel menurut Sugiyono (2014: 81) adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dikarenakan perusahaan otomotif yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011-2014 sebanyak 13, maka diputuskan bahwa
perusahaan otomotif akan dijadikan sampel penelitian. Penelitian yang menggunakan
seluruh populasi sebagai sampel penelitian disebut juga sebagai sampel jenuh atau disebut
juga dengan sensus (Arikunto, 2012: 115).
Tabel 1
Nama-Nama Perusahaana Otomotif
No Nama Perusahaan
1 PT Albond Makmur Usaha Tbk
2 PT Astra International Tbk
3 PT Astra Otoparts Tbk
4 PT Gajah Tunggal Tbkk
5 PT Goodyear Indonesia Tbk
6 PT Indo Kordsa Tbk
7 PT Indomobil Sukses Internasional Tbk
8 PT Indospring Tbk
9 PT Multi Prima Sejahtera Tbk
10 PT Multistrada Arah Sarana Tbk
11 PT Nipress Tbk
12 PT Prima Alloy Steel Tbk
13 PT Selamat Sempurna Tbk
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2015

Teknik Pengumpulan Data


Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, berupa data laporan
keuangan perusahaan otomotif tahun 2011-2014 yang diperoleh dari bebrapa situs resmi BEI
(www.idx.co.id) dan ICMD (Indonesia Capital Market Directory).
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data melalui sumber data sekunder, yaitu teknik pengumpulan
data dengan cara memanfaatkan laporan keuangan perusahaan automotive yang diperoleh
dari BEI (www.idx.co.id), ICMD (Indonesia Capital Market Directory) maupun Galeri Pojok
Bursa Efek Indonesia STIESIA Surabaya.

Variabel dan Definisi Operasional Variabel


Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian: 1) Variabel independen dalam penelitian
adalah profitabilitas (ROA), free cash flow, investment opportunity set (IOS) dan 2) Variabel
dependen dalam penelitian adalah devidend payout ratio (DPR)
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 5, Nomor 1, Januari 2016 ISSN : 2460-0585

Definisi Operasional Variabel


Profitabilitas (Pro), adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba
yang berkaitan dengan hasil penjualan dan penggunaan sumber-sumber yang ada pada 13
(tiga belas) perusahaan otomotif periode 2011-2014. Pengukuran profitabilitas berdasarkan
return on asset dengan rumus:
Laba bersih sebelum pajak
ROA 
Total Aktiva
Free cash flow, dalam penelitian ini free cash flow diukur dengan nilai bersih
kenaikan/penurunan arus kas dari aktivitas operasi perusahaan (cash flow capital operations)
pada 13 (tiga belas) perusahaan otomotif periode 2011-2014. Peneliti kemudian membagi free
cash flow dengan total assets pada periode yang sama (Pradana dan Sanjaya, 2013). Free cash
flow yang pengukurannya merujuk pada penelitian Aristantia dan Putra (2015) dengan
rumus:
CFO
Free cash flow 
Total asset
Investment opportunity set (IOS), diproksikan sebagai market to book value of equity
(MVE/BVE). Rasio ini dihitung dengan cara membegi kapitalisasi pasar (harga saham
dikalikan dengan jumlah lembar saham beredar) dengan total ekuitas 2013) pada 13 (tiga
belas) perusahaan otomotif periode 2011-2014. Peneliti kemudian mengubah variable IOS
dengan proksi MVE/BE menjadi dummy. Hal ini dilakukan untuk menghindari efek
lanjutan dari profitabilitas yang dikhawatirkan membuat IOS memiliki arah positif dan
signifikan terhadap DPR. Jika rasio MVE/BE > 1, maka diberi nilai 1 yang berarti
perusahaan bertumbuh. Jika rasio MVE/BE < 1, maka diberi nilai 0 yang berarti perusahaan
tidak bertumbuh (Pradana dan Sanjaya, 2013). Investment opportunity set (IOS) dalam
penelitian ini diukur dengan menggunakan rumus (Pradana dan Sanjaya, 2013):
Lembar saham beredar x Harga saham penutupan
IOS 
Total ekuitas
Devidend payout ratio (DPR), adalah prosentase laba yang dibayarkan kepada para
pemegang saham dalam bentuk kas pada 13 (tiga belas) perusahaan otomotif periode 2011-
2014. Secara matematis, dividend payout ratio (DPR) dirumuskan sebagai berikut (Aristantia
dan Putra, 2015).
Dividen per lembar saham
DPR 
Laba bersih per lembar saham

Teknik Analisis Data


Analisis regresi linier berganda
Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau
lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel
independen (Ghozali, 2011:96). Bentuk persamaan dari regresi linier berganda ini adalah:
DPR = a + b1ROA+ b2CFC+ b3IOS + e
Keterangan: DPR = Devidend payout ratio, a = Konstanta, b1,b2, b3 = Koefisien regresi dari
variabel bebas ROA, CFC, IOS, ROA = return on asset, CFC = Free cash flow, IOS = Investment
opportunity set, e = standar error.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel
dependen, variabel independen, atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah
tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal
(Ghozali, 2011), dan dasar pengambilan keputusan: 1) Jika data menyebar di sekitar garis
Pengaruh Profitabilitas, Free cash...-Prasetio, Djoko Adi

10

diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas, 2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Uji multikolinearitas
Menurut Ghozali (2011) uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Pedoman suatu model
regresi yang bebas multikolinearitas adalah: 1) Mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1, 2)
Mempunyai angka TOLERANCE mendekati 1, 3) Koefisien korelasi antar variabel
independen haruslah lemah (di bawah 0,5). Jika korelasi kuat, maka terjadi problem
multikolinearitas.
Uji heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2011) uji heteroskedastisitas bertujuan iuntuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi
ada atau tidaknya heteroskedatisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dengan sumbu y adalah y telah
dipredeksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di
studentized, dan dasar analisis: 1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada
membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas, 2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta
titik-titik yang menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Uji Autokorelasi
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu
sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari
satu observasi ke observasi lainnya. Menurut Ghozali (2011), model regresi yang baik adalah
regresi bebas dari autokorelasi. Salah satu metode yang digunakan untuk mendeteksi
autokorelasi adalah menggunakan uji Durbin-Waston.

Uji Goodness of Fit


Koefisien Determinasi Simultan (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara
nol dan satu (Ghozali, 2011). Interpretasi: 1) Jika R2 mendekati 1 (semakin besar nilai R2),
menunjukkan bahwa sumbangan atau kontribusi variabel independen terhadap variabel
dependen secara simultan semakin kuat, maka model dikatakan layak, 2) Jika R2 mendekati 0
(semakin kecil nilai R2), menunjukkan bahwa sumbangan atau kontribusi variabel
independen terhadap variabel dependen secara simultan semakin lemah, maka model
dikatakan kurang layak.

Uji F
Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel
dependen (Ghozali, 2011). Kriteria pengujian: 1) P-value < 0.05 menunjukkan bahwa uji
model ini layak untuk digunakan pada penelitian, 2) P-value > 0.05 menunjukkan bahwa uji
model ini tidak layak untuk digunakan pada penelitian.
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 5, Nomor 1, Januari 2016 ISSN : 2460-0585

11

Pengujian Hipotesis
Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen
secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011), selanjutnya
pengujian dilakukan dengan menggunakan uji statistik t. Kriteria pengujian: 1) Ho diterima
jika PValue > α = 0,05 , berarti variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat, 2)
Ho ditolak jika PValue < α = 0,05, berarti variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat.
PEMBAHASAN
Deskripsi Data
Analisis deskriptif variabel disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2
Statistik Deskripsi
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROA 52 .01173 .4677 .1589 .8951
FCF 52 -.6870 .0376 -.2284 .1889
IOS 52 .0010 .2106 .2244 .0446
DPR 52 .1428 .9134 .4333 .1769
Sumber: Output SPSS

Berdasarkan tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa variabel ROA memiliki nilai terendah
sebesar 0,1173 dan nilai tertinggi 0,4677. Untuk nilai rata-rata dari ROA adalah 0,1589. Nilai
standar deviasi menunjukkan nilai sebesar 0,8951. Nilai tersebut mengandung arti tidak ada
kesenjangan yang cukup besar antara ROA terendah dengan ROA tertinggi. Secara
keseluruhan Profitabilitas (ROA) yang dihasilkan perusahaan otomotif cukup besar. Dengan
demikian dikatakan perusahaan efisien dalam pengelolaan asset dalam menciptakan laba
karena laba perusahaan melebihi dari standar yang ditentukan, dimana profitabiilitas yang
diukur dengan return on asset (ROA) dikatakan baik apabila return on asset di atas 10% .
Variabel FCF memiliki nilai terendah sebesar -0,6870 dan nilai tertinggi 0,0376. Untuk
nilai rata-rata dari FCF adalah -0,2284. Nilai standar deviasi menunjukkan nilai sebesar
0,1889. Nilai tersebut mengandung arti tidak ada kesenjangan yang cukup besar antara FCF
terendah dengan FCF tertinggi. Dari data pengamatan sebagian besar FCF dalam
perusahaan otomotif minus, namun aset perusahaan tumbuh setiap tahunnya. Ini berarti
bahwa perusahaan otomotif lebih memilih mengalokasikan FCF untuk investasi dengan
menambah aset perusahaan yang tentunya akan mendorong pertumbuhan perusahaan.
Variabel IOS memiliki nilai terendah sebesar 0,0010 dan nilai tertinggi 0,2106. Untuk
nilai rata-rata dari IOS adalah 0,2244. Nilai standar deviasi menunjukkan nilai sebesar 0,0446.
Nilai tersebut mengandung arti tidak ada kesenjangan yang cukup besar antara IOS
terendah dengan IOS tertinggi. Kegiatan investasi yang tinggi berhubungan secara positip
pada nilai IOS perusahaan, sehingga kegiatan investasi ini diharapkan dapat memberikan
peluang investasi dimasa berikutnya yang semakin besar pada perusahaan yang
bersangkutan.
Variabel DPR memiliki nilai terendah sebesar 0,1428 dan nilai tertinggi 0,9134. Untuk
nilai rata-rata dari DPR adalah 0,4333. Nilai standar deviasi menunjukkan nilai sebesar
0,1762. Nilai tersebut mengandung arti tidak ada kesenjangan yang cukup besar antara DPR
terendah dengan DPR tertinggi. Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti
besar laba yang diperoleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh, semakin besar
dividen yang dibayarkan dan sebaliknya. Dasar perhitungan kebijakan Dividend Payout
Ratio.
Pengaruh Profitabilitas, Free cash...-Prasetio, Djoko Adi

12

Uji Asumsi Klasik


Uji normalitas data
Berikut ini adalah hasil pengujian normalitas yang dilakukan dengan Uji K-S:
Tabel 3
Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 52
Mean 323.1585
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 175.62480
Absolute .121
Most Extreme
Positive .121
Differences
Negative -.112
Kolmogorov-Smirnov Z .876
Asymp. Sig. (2-tailed) .427
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Output SPSS

Hasil Uji Normalitas pada tabel 3 di atas menunjukkan bahwa data berdistribusi
normal. Hal ini dibuktikan dengan hasil Uji K-S yang menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2-
tailed) di atas tingkat signifikansi 0,05, yaitu sebesar 0,427.

Uji Multikoliniaritas
Multikoliniaritas dapat dideteksi dengan melihat nilai VIF (Variance Inflations Factors)
atau nilai TOL (Tolerance). Seperti yang disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4
Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
ROA .489 2.044
1 FCF .402 2.487
IOS .391 2.557
a. Dependent Variable: DPR
Sumber: Output SPSS

Berdasarkan Tabel 4 diketahui pada bagian coefficient diperoleh nilai Variance Inflation
Factor (VIF) untuk ROA sebesar 2,044, FCF sebesar 2,487, dan IOS sebesar 2,557. Hasil
perhitungan menunjukkan tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih
dari 10. Nilai tolerance mendekati 1 untuk ROA sebesar 0,489, FCF sebesar 0,402, dan IOS
sebesar 0,391. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas pada penelitian
ini.

Uji Autokolerasi
Nilai Durbin-Watson (DW) dari hasil perhitungan regresi seperti disajikan dalam tabel
berikut ini.
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 5, Nomor 1, Januari 2016 ISSN : 2460-0585

13

Tabel 5
Hasil Perhitungan Auto-Korelasi
Model Summaryb
Model Durbin-Watson
1 1,132a
a. Predictors: (Constant), IOS, ROA, FCF
b. Dependent Variable: DPR
Sumber: Output SPSS

Hasil perhitungan autokorelasi, diperoleh nilai Durbin Watson adalah sebesar 1,132.
Dengan demikian model regresi yang akan digunakan tidak terdapat masalah autokorelasi.
Uji Heterokedastisitas
Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya
pola tertentu pada grafik scatter plot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y
yang telah diprediksi, dan Sumbu X adalah residual yang telah di studentized.

Gambar 3
Grafik Scatterplot
Sumber: Output SPSS

Berdasarkan grafik Scatterplot yang dihasilkan SPSS 20 terlihat hampir semua titik
menyebar secara acak, sehingga model regresi layak dipakai untuk mengetahui DPR
berdasar masukan dari variabel independennya.
Analisis Regresi Berganda
Hasil estimasi koefisien regresi disajikan pada Tabel 6 dibawah ini (sumber output
SPSS):
Tabel 6
Persamaan Regresi Linier Berganda
Coefficients(a)
Model Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 5.212 1.844
ROA .187 .080 .344
FCF .112 .055 .142
IOS .238 .082 .429
a Dependent Variable: DPR
Sumber: Output SPSS
Pengaruh Profitabilitas, Free cash...-Prasetio, Djoko Adi

14

Persamaan regresi linier berganda yang dihasilkan adalah sebagai berikut:


Y = 5,212 + 0,187ROA + 0,112FCF + 0,238IOS
Goodness of fit (Uji Kelayakan Model)
Koefisien Determinasi (R2)
Nilai R-Square yang diperoleh disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7
Nilai R-Square
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
1 .729a .531 .502 3.52800
a. Predictors: (Constant), IOS, FCF, ROA
Sumber: Output SPSS

Berdasarkan Tabel 7 diperoleh nilai R-Square sebesar 0,531. Hal ini menunjukkan
bahwa hanya 53,1% variasi dari dividend payout ratio (DPR) dapat dijelaskan oleh variabel
profitabilitas (ROA), free cash flow (FCF), dan investment opportunity set (IOS) sedangkan
sisanya sebesar 46,9% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model
penelitian.
Uji Statistik F
Nilai uji statistik F yang diperoleh disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8
Hasil Uji Statistik F
ANOVAa
Model Sum of df Mean Square F Sig.
Squares
Regression 676.078 3 225.359 18.106 .000b
1 Residual 597.446 48 12.447
Total 1273.524 51
a. Dependent Variable: DPR
b. Predictors: (Constant), IOS, FCF, ROA
Sumber: Output SPSS

Hasil uji statistik F menunjukkan nilai Fhitung sebesar 18,106 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,000, karena probabilitas signifikansi jauh lebih kecil dari 0,05 ( = 5%), sehingga
kesimpulannya model layak digunakan dalam penelitian.

Pengujian Hipotesis
Dari hasil pengujian hipotesis secara parsial dengan menggunakan SPSS didapat hasil
uji t seperti yang tersaji pada Tabel 9 berikut ini:
Tabel 9
Hasil Perhitungan Uji t
Variabel t hitung Sig (α) Keterangan
ROA 2,325 0,024 0,05 Berpengaruh signifikan
FCF 2,038 0,039 0,05 Berpengaruh signifikan
IOS 2,895 0,006 0,05 Berpengaruh signifikan
Sumber: Output SPSS
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 5, Nomor 1, Januari 2016 ISSN : 2460-0585

15

Berdasar tabel 9 diatas dapat dijelaskan sebagai berikut. Return on Asset (ROA)
memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,187 dan nilai t hitung sebesar 2,325. Sementara
tingkat signifikansi lebih kecil daripada tingkat signifikansi yang telah ditetapkan yaitu 0,024
< 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Return on Asset (ROA) berpengaruh positif terhadap
Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada periode 2011-2014.
Free Cash Flow (FCF) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,112 dan nilai t hitung
sebesar 2,038. Sementara tingkat signifikansi lebih kecil daripada tingkat signifikansi yang
telah ditetapkan yaitu 0,039 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Free Cash Flow (FCF)
berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan otomotif yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2011-2014.
investment opprtunity set (IOS) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,238 dan nilai t
hitung sebesar 2,895. Sementara tingkat signifikansi lebih kecil daripada tingkat signifikansi
yang telah ditetapkan yaitu 0,006 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa investment opprtunity
set (IOS) berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan
otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2011-2014.

Pengaruh Profitabilitas (ROA) Terhadap Dividend Payout Ratio (DPR)


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Return On Asset berpengaruh positif terhadap
Dividend Payout Ratio. Apabila suatu perusahaan semakin besar ROA maka semakin besar
dividend payout ratio yang dibagikan kepada pemegang saham. Dengan demikian semakin
tinggi ROA perusahaan maka dividend payout ratio perusahaan tersebut bernilai positif.
Sesuai dengan teori bird in the hand sebagimana yang dijelaskan oleh Brigham dan Daves
(2003) menyatakan bahwa investor lebih memilih laba ditahan daripada membagikan
dividen. Hal ini disebabkan karena investor ingin meningkatkan nilai perusahaan dan
profitabilitas dari laba tersebut. Sehingga profitabilitas perusahaan akan baik. Keputusan
mengenai seberapa banyak laba saat ini yang akan dibayarkan sebagai dividen pengganti
dari investasi yang ditanamkan dan berapa banyak yang dipertahankan untuk investasi
kembali di dalam perusahaan (Brigham dan Daves, 2003) . Dengan demikian dapat
sismpulkan bahwa perusahaan yang membagikan dividen adalah perusahaan yang
memiliki laba. Di sisi lain, umumnya investor lebih menyukai pengembalian atas investasi
yang mereka lakukan daripada mendapatkan keuntungan berupa capital gain.
Hasil penelitian ini juga didukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suharli
(2007), Marlina dan Danica (2009), Safriansyah dan Anjarwati (2013), serta Pradana dan.
Sanjaya (2013) yang menyimpulkan ROA berpengaruh positif signifikan terhadap dividend
payout ratio. Perusahaan yang cenderung memperoleh profitabilitas tinggi, akan membayar
dividen dalam jumlah yang tinggi kepada pemegang saham, dan sebaliknya semakin rendah
profitabilitas, maka semakin rendah pula pembayaran dividen kepada pemegang saham.
Hal tersebut disebabkan, karena dividen diambil dari keuntungan bersih perusahaan,
sehingga keuntungan tersebut akan mempengaruhi besarnya rasio pembayaran dividen.

Pengaruh Free Cash Flow (FCF) Terhadap Dividend Payout Ratio (DPR)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa free cash flow berpengaruh positif terhadap
DPR. Pengaruh free cash flow terhadap dividend payout ratio bersifat positif artinya semakin
tinggi free cash flow maka semakin tinggi dividend payout ratio. Hal ini berarti semakin besar
free cash flow yang tersedia dalam suatu perusahaan, maka semakin sehat perusahaan
tersebut karena memiliki kas yang tersedia untuk pembayaran dividen. Free cash flow yang
tinggi menunjukan kemampuan suatu perusahaan membayar dividen yang tinggi pula.
sesuai dengan teori Hipotesis Kontrak yang dikemukakan oleh Scott (2000) untuk
menghindari terjadinya overinvestment (free cash flow problem), manajer akan membagikan
Pengaruh Profitabilitas, Free cash...-Prasetio, Djoko Adi

16

dividen dalam jumlah yang tinggi. Bagi perusahaan overinvesting, kenaikan dividen
mengimplikasikan pengurangan kebijakan manajemen atas investasi yang telah overinvesting
sehingga respon pemegang saham positif terhadap kenaikan dividen tersebut. Peningkatan
dividen merupakan sinyal yang positif tentang pertumbuhan perusahaan di masa yang akan
datang, karena meningkatnya dividen diartikan sebagai adanya keuntungan yang akan
diperoleh di masa yang akan datang sebagai hasil yang diperoeh dari keputusan investasi
yang perusahaan dengan net present value positif (Purba, 2011).
Hasil penelitian ini juga didukung penelitian sebelumnya yang dilakukan Aristantia
dan Putra (2015), Lucyanda dan Lilyana (2012) yang menyimpulkan Free cash flow
berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio sedang penelitian Safriansyah dan
Anjarwati (2013), Pradana dan Sanjaya (2013) yang menyimpulkan arus kas bebas (free cash
flow) tidak signifikan terhadap dividend payout ratio pada perusahaan barang konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Pengaruh Investment Opprtunity Set (IOS) Terhadap Dividend Payout Ratio (DPR)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa investment opprtunity set berpengaruh positif
terhadap DPR. Perusahaan yang memiliki nilai IOS tinggi juga memiliki peluang
pertumbuhan yang tinggi. Kesempatan investasi atau IOS yang tinggi dimasa depan
membuat perusahaan dikatakan mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi. Manajemen
perusahaan ingin memberikan informasi kepada masyarakat bahwa perusahaan memiliki
prospek yang bagus sehingga masyarakat lebih berminat berinvestasi kedalam perusahaan.
Jika perusahaan dapat menarik masyarakat untuk berinvestasi ke dalam perusahaannya,
maka perusahaan tersebut akan lebih mudah memperoleh tambahan modal guna
membiayai kesempatan investasi yang ada. Semakin cepat tingkat pertumbuhan suatu
perusahaan, makin besar kebutuhan akan dan untuk membiayai pertumbuhan perusahaan
tersebut. Makin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai
pertumbuhannya, perusahaan tersebut biasanya lebih senang menahan “earning”nya dari
pada dibayarkan sebagai deviden kepada para pemegang saham dengan mengingat batasan
batasan biayanya. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa makin cepat tingkat
pertumbuhan perusahaan makin besar dana yang dibutuhkan, makin besar kesempatan
untuk memperoleh keuntungan (Riyanto, 2011:268).
Hasil penelitian ini juga didukung penelitian sebelumnya yang dilakukan Mulyono
(2009), Sari (2010), dan Putri (2013) yang menyatakan bahwa IOS berpengaruh signifikan dan
bernilai positif terhadap kebijakan dividen. Perusahaan yang sedang bertumbuh tapi untuk
menumbuhkan kepercayaan masyarakat tetapi membagi dividen untuk menarik modal baru
(investor baru). Sedang penelitian yang lain dilakukan oleh Halim (2013), Mariah, et al.
(2012), Aristantia dan Putra (2015), Pradana dan. Sanjaya (2013), Suharli (2007) tidak
mendukung karena IOS tidak berpengaruh terhadap DPR. Besar kecilnya set kesempatan
investasi (IOS) tidak berdampak signifikan terhadap kebijakan dividen perusahaan.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh profitabilitas, free
cash flow dan invesment opportunity set terhadap dividend payout ratio pada perusahaan
otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Profitabilitas berpengaruh signifikan dan positif terhadap dividend payout ratio pada
perusahaan otomotif di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan yang cenderung memperoleh
profitabilitas tinggi, akan membayar dividen dalam jumlah yang tinggi kepada pemegang
saham, Dengan demikian semakin tinggi ROA perusahaan maka dividend payout ratio
perusahaan tersebut bernilai positif.
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 5, Nomor 1, Januari 2016 ISSN : 2460-0585

17

Free cash flow berpengaruh signifikan dan positif terhadap dividend payout ratio pada
perusahaan otomotif di Bursa Efek Indonesia. Free cash flow yang diperoleh tinggi maka
dividend payout ratio juga ssemakin tinggi. Sesuai teori Hipotesis Kontrak bahwa untuk
menghindari terjadinya overinvestment (free cash flow problem), manajer akan membagikan
dividen dalam jumlah yang tinggi.
Invesment opportunity set berpengaruh signifikan dan positif terhadap dividend payout
ratio pada perusahaan otomotif di Bursa Efek Indonesia. Semakin cepat tingkat
pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar kebutuhan akan dan untuk membiayai
pertumbuhan perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki nilai IOS tinggi juga memiliki
peluang pertumbuhan yang tinggi. Kesempatan investasi atau IOS yang tinggi dimasa
depan membuat perusahaan dikatakan mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi.

Keterbatasan Penelitian
Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metoda purposive sampling
dengan menggunakan beberapa kriteria yang ditetapkan oleh peneliti. Hal ini menyebabkan
hasil penelitian tidak mencerminkan kondisi keseluruhan dari populasi yang diteliti. Perioda
analisis relatif pendek yaitu hanya empat tahun (tahun 2011 sampai dengan tahun 2014).
Penelitian ini hanya menggunakan profitabilitas, free cash flow dan invesment opportunity set.
Padahal masih banyak rasio keuangan lain yang dapat memengaruhi Dividend Payout Ratio.

Saran
Bagi praktisi, khususnya manajemen perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi bahan pertimbangan dalam keputusan kebijakan dividend payout ratio, serta bila
profitabilitas meningkat, maka sebaiknya dividen yang dibayarkan pada pemegang saham
juga ditingkatkan, karena dengan profitabilitas yang meningkat seharusnya kemampuan
perusahaan untuk membayar dividen makin tinggi. Bagi investor, hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi tambahan mengenai perusahaan yang
memberikan keputusan kebijakan dividend payout ratio, sehingga investor dapat lebih berhati-
hati dalam melakukan penilaian terhadap perusahaan yang dipilih untuk berinvestasi. Bagi
peneliti selanjutnya, menambah beberapa variabel independen yang mungkin berpengaruh
terhadap dividend payout ratio, misalnya management ownership, asset growth maupun rasio
keuangan, serta memperluas populasi pada keseluruhan perusahaan publik di Indonesia
dalam waktu pengamatan yang lebih lama, sehingga nantinya diperoleh hasil yang dapat
lebih digeneralisasikan.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2012. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis. Edisi Revisi Rineka Cipta.
Jakarta.
Aristantia, D. dan I. M. P. D. Putra. 2015. Investment Opportunity Set dan Free Cash Flow
Pada Tingkat Pembayaran Dividen Perusahaan Manufaktur. E-Jurnal Akuntansi. Vol.
11(1): 220-234.
Brigham, E. F. dan P. R. Daves. 2003. Intermediate Financial management. 8th Edition. South
Western.
Erkadiningrum, I. F. 2007. Determinan Dividend Payout Ratio pada Perusahaan- Perusahaan
Manufaktur di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 1(1): 1-15.
Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 19. Edisi Kelima. Penerbit
Universitas Diponegoro. Semarang.
Halim, J. J. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Perusahaan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Sektor Industri Barang Konsumsi Periode
2008-2011. Jurnal Ilmiah Mahasiswa. Vol. 2(2): 1-19.
Pengaruh Profitabilitas, Free cash...-Prasetio, Djoko Adi

18

Hanafi, M.M. dan A. Halim. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kedua. Cetakan Pertama.
Penerbit UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
Harahap, S.S. 2011. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Edisi Pertama. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Horne, V. dan J. N. Wachowicz. 2005. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan. Buku 1 Edisi 12.
Salemba Empat. Jakarta.
Jensen, M. dan W. Meckling. 1976. Theory of The firm: Managerial Bwhaviour, Agency Cost,
and Ownership Structure. Journal of Financial Economics. Vol 3: 305-306.
_______. 1986. Agency Costs of Free Cash Flow, Corporate Finance, and Takeovers. Journal
American Economic Riview. 76(2): 323-329.
Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Lucyanda, J. dan Lilyana. 2012. Pengaruh Free Cash Flow dan Struktur Kepemilikan
Terhadap Dividend Payout Ratio. Jurnal Dinamika Akuntansi. Vol. 4(2): 129-138.
Mariah, L. Meythi dan R. Martusa. 2012. Pengaruh Profitabilitas Dan Kesempatan Investasi
Terhadap Kebijakan Dividen Tunai Dengan Likuiditas Sebagai Variabel Moderating
Pada Emiten Pembentuk Indeks LQ 45 (Perioda 2008-2010). Seminar Nasional Akuntansi
dan Bisnis (SNAB). Universitas Kristen Maranatha.
Marlina, L. dan C. Danica. 2009. Analisis Pengaruh Cash Position, Debt To Equity Ratio, Dan
Return On Assets Terhadap Dividend Payout Ratio. Jurnal Manajemen Bisnis. Vol. 2(1):
1-6.
Mulyono. B. 2009. Pengaruh Debt to Equity Ratio, Insider Ownership, Size dan Investment
Opportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen: Studi pada Industri Manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia Petriode Tahun 2005-2007. Tesis. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Pradana, S. W. L dan I. P. S. Sanjaya. 2013. Pengaruh Profitabilitas, Free Cash Flow, Dan
Investment Opportunity Set Terhadap Dividend Payout Ratio (Studi Empiris Pada
Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI). Simposium Nasional Akuntansi (SNA) 17
Mataram. Lombok.
Purba. L. J. R. 2011. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Dividen, Ukuran
Perusahaan, Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang (Studi Kasus Pada Perusahaan
Non Keuangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2009). Skripsi.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Putri, D. A. 2013. Pengaruh Invesmen Opportunity Set, Kebijakan Utang dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Kebijakan dividen. Jurnal Manajemen. Vol. 2(2): 11-22.
Riyanto, B. 2011. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE. Yogyakarta.
Rosdini, D. 2009. Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Dividend Payout Ratio. Tesis. Universitas
Padjajaran. Bandung.
Safriansyah dan F. Anjarwati. 2013. Pengaruh Arus Kas Bebas, Likuiditas Dan Profitabilitas
Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen dan Akuntansi. Vol. 14(1): 53-62.
Sandy, A. dan N. F. Asyik. 2013. Pengaruh Profitabilitas Dan Likuiditas Terhadap Kebijakan
Dividen Kas Pada Perusahaan Otomotif. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi. Vol. 1(1): 58-
76.
Sari, R. F. 2010. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Utang, Profitabilitas,
Ukuran Perusahaan, dan Set Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Dividen.
Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Scott, R. G. 2000. Do Stock Fully Reflect Information in Accrual and Cash Elow About Future
Earning, The Accounting Review. Vol. 2: 289-315.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. CV. Alfabeta Bandung.
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 5, Nomor 1, Januari 2016 ISSN : 2460-0585

19

Suharli, M. 2007. Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set Terhadap


Kebijakan Dividen dengan Likuiditas Sebagai Variabel Pengungat. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan. Vol. 9(1): 9-17.
www.idx.co.id tentang Perusahaan Manufaktur. Diunduh tanggal 18 September 2015. Jam
08.11 WIB

You might also like