First Law Of Thermodynamics: dU =δq+δw
First Law Of Thermodynamics: dU =δq+δw
First Law Of Thermodynamics: dU =δq+δw
NIM : 1913071011
Kelas : 3A
SOME TERMINOLOGY
FIRST LAW OF
THERMODYNAMICS
Ideal Gas
Applications Reaction Heat Reaction Heat
- isothermal-reversible Calculation
Application on Measurement
expansion - Hess's Law
Real Gas
- isobar-isothermal
- Standard
expansion The Van der Waals
- adiabatic-reversible
Enthalpy of
Equation Establishment
expansion
- Adiabatic-isobaric - Bond energy
expansion
Penjelasan:
A. Entalpi dan Perubahannya
“Energi tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan, melainkan hanya bisa diubah
bentuknya saja”
B. ∆U=Q+W
Dimana Q adalah kalor atau panas yang diterima/dilepas (J), W adalah energi atau usaha
(J), dan ∆ U adalah perubahan energi (J). J adalah satuan internasional untuk energi atau
usaha, yaitu Joule.
Jika kerja sistem dibatasi pada volume kerja terhadap tekanan lingkungan yang konstan,
persamaan dapat diubah menjadi:
C. dU= δq-PdV
Entalpi dan Perubahannya
Entalpi dipahami sebagai jumlah energi suatu sistem pada kondisi tekanan tetap. Biasanya
ini dilambangkan dengan menggunakan huruf capital H dan secara matematis dapat
dituliskan sebagai penjumlahan dari kerja yang dilakukan oleh suatu sistem (W) dengan
energi yang terkandung dalam sistem tersebut (E).
Untuk mengetahui keterlibatan panas dalam reaksi kimia yang dilakukan pada tekanan
tetap, dipergunakan fungsi keadaan baru yang dinamakan entalpi (H) yaitu:
D. H = U + PV
Entalpi merupakan sifat ekstensif zat yang dapat digunakan untuk menentukan perubahan
kalor dalam reaksi kimia. Nilai dari entalpi sendiri tidak dapat diukur, namun kita masih
dapat mengukur perubahan kalor yang terjadi pada saat reaksi berlangsung. Perubahan
kalor yang terjadi dalam reaksi kimia disebut perubahan entalpi (∆H). Pada tekanan
konstan, perubahan entalpi sama dengan jumlah kalor reaksi yang dilepaskan atau diserap
oleh sistem.
E. ∆H = QP
Entalpi tergolong dalam fungsi keadaan. Sehingga, perubahan entalpi hanya dapat
ditentukan dari keadaan awal dan keadaan akhir sistem. Jadi suatu reaksi kimia dimana
reaktan bereaksi dan menghasilkan suatu produk. Besarnya perubahan entalpi, atau
entalpi reaksi adalah selisih antara entalpi produk dan entalpi reaktan.
F. ∆H = H(produk) – H(reaktan)
Untuk perubahan kecil, persamaan yang digunakan adalah dalam bentuk diferensisal:
dH =dU + d ( PV )
dH =dU + PdV +VdP
dH =δq +VdP
Pada proses isobar dP = 0, sehingga persamaannya menjadi:
dH =dU + PdV =δ q p
Perubahan entalpi dapat dirumuskan dalam bentuk diferensial parsial. Entalpi merupakan
fungsi dari tekanan dan suhu. Secara sistematis ditulis: H = H(P,T).
Maka:
dH = ( ∂∂ HP ) dP+( ∂∂TH ) dT =δq+VdP
T P
∂H ∂H
[ ( )] ( )
δq = V +
∂P T
dP+
∂T P
dT
B. Kapasitas Panas
Kapasitas panas sebagai banyaknya panas yang dibutuhkan oleh sejumlah massa tertentu
benda/zat untuk menaikan suhu sebesar 1o (1K). kapasitas panas (C) dapat dirumuskan
sebagai berikut,
q δq
C= = =
∆ T dT
Panas dapat diserap pada keadaan volume tetap atau pada tekanan tetap. Kapasitas panas
pada volume tetap (Cv) dirumuskan sebagai berikut,
δq v ∂ U
C v=
dT
= ( )
∂T v
Serta untuk kapasitas panas pada tekanan tetap (Cp) dirumuskan sebagai berikut,
δq p ∂ U
C p=
dT
= ( )
∂T v
Bila Cv dan Cp tidak bergantung pada suhu maka dirumuskan sebagai berikut,
T2
∆ U =∫ C v dT =C v ( T 2−T 1)
T1
∆ U =C v ∆T
T2
∆ H =∫ C p dT=(¿ T 2−T 1 )¿
T1
∆ U =C p ∆T
C p−C v = ( ∂∂ HT ) −( ∂∂TU )
p v
Berdasarkan persamaan H = U + PV, jika diturunkan terhadap suhu pada tekanan tetap,
diperoleh:
( ∂∂TH ) =( ∂U
p ∂T ) + P(
p
∂V
∂T ) p
Karena energy dalam (U) merupakan fungsi suhu (T) dan volume (V) maka,
Perubahan energy dalam:
dU = ( ∂∂TU ) dT +( ∂∂ UV ) dV
v T
( ∂∂UT ) =( ∂∂ UT ) +( ∂U
p v ∂V ) +(
T
∂V
∂T ) p
( ∂∂TH ) =( ∂U
p ∂T )
+ P(
p
∂V
∂T )
maka,
p
( ∂∂TH ) =( ∂U
p
+
∂U
p
∂V
∂ T ) ( ∂V ) ( ∂ T )
T
+ P(
∂V
∂T ) p p
C p−C v = ( ∂V
∂T ) [ P+ (
p
∂U
∂ V )] p
Untuk gas ideal, energy dalam pada suhu tetap, tidak bergantung pada volume sehingga
∂U
( )
∂V T
=0
Dengan demikian:
C p−C v =P ( ∂∂VT ) p
P= ( ∂∂TV ) =nR
p
C p−C v =nR
Pada umumnya kapasitas panas merupakan fungsi suhu, secara empiris untuk kapasitas panas
pada tekanan tetap, dinyatakan dalam bentuk:
C p= a + bT_+ cT2
Dimana a, b, dan c adalah tetapan yang bergantung pada masa jenis zat.
C. Aplikasi Hukum Termodinamika pada Proses Fisis
Aplikasi pada Gas Ideal
Gas dikatakan ideal apabila memenuhi persamaan berikut:
1) PV = Nrt
∂U ∂U ∂H ∂H
2) ( ) ( ) ( ) ( )
= = =
∂V T ∂ P T ∂V T ∂ P T
=0
a) Ekspansi Isotermal-Reversibel
Energi dalam dan entalpi dari gas ideal hanya merupakan fungsi suhu, maka pada suhu
konstan, ∆U = ∆H = 0
Dengan demikian
V2 V2
nRT V
q=−w=∫ PdV =∫ dV =nRTIn 2
V1 V1 V V1
b) Ekspansi Isobar-Isotermal
Pada proses isobar dan isothermal, harga ∆U =∆H = 0, sehingga
V2
q=−w=∫ PdV =P (V 2−V 1 )
V1
c) Ekspansi Adiabatik-Reversibel
Pada proses ini, q = 0, sehingga,
T2
∆ U =W =∫ n C v dT
T1
T2
∆ H =∫ n C p dT
T1
Untuk menghitung energy dalam dan perubahan entalpi, perlu diketahui suhu awal dan
suhu akhir reaksi. Hal ini dapat ditentukan melalui persamaan berikut.
T 1 T R1 /Cv =T 2 V 2R/ Cv
P1 V γ =T 2 V γ2
Cp
γ=
Cv
d) Ekspansi Adiabatik-Isobarik
Pada proses ini, q = 0 sehingga,
T2 T2
∆ U =W , ∆ U =∫ n C v dT , ∆ H=∫ n C p dT dan W =−P ∆ V
T1 T1
Sehingga,
T2
−P ∆ V =∫ n CV dT =nC v (¿ T 2−T 1) ¿, apabila Cv tidak bergantung pada suhu.
T1
V 2−b a a
W = - RT ln ( )-(
V 2 V 1)
−
V 1−b
Perubahan energi dalam tidak dapat hanya dihitung berdasarkan hukum pertama
termodinamika, melainkan diperlukan hukum kedua termodinamika. Hal ini dapat dinyatakan
sebagai berikut:
∂U ∂P
[ ] [ ]
∂V
=T
∂T
–P
( ∂∂ TP ) = VRT−b
v
( ∂∂ TP )T = T ( ∂∂ TP ) – P = Va2
v
T2
a a a
∆U = ∫ dV = -
T1 V2 V 1 V 2
Dengan demikian:
q= ∆U- W = RT ln ( VV 2−b
1−b )
Termokimia adalah ilmu yang mempelajari efek panas yang terjadi pada reaksi kimia.
Efek panas ini biasanya dikenal sebagal panas reaksi, Besarnya panas reaksi bergantung pada
kondisi reaksi. Reaksi yang berlangaung pada volume tetap dinyatakan dengan q v = ∆U
(perubahan energi dalam). Sedang reaksi yang berlangsung pada tekanan tetap, panas
reaksinya dinyatakan dengan qp = ∆H (perubahan entalpi). Menurut perjanjian, jika ∆U atau
∆H positif, maka reaksi dikatakan bersifat endotern, dan jika ∆U atau ∆H negatif, maka
reaksi bersifat eksoterm.
Contoh:
N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g) ∆H = -92 kj
Persamaan di atas menunjukkan bahwa apabila 1 mol gas N 2 beraksi dengan 3 mol gas H2
membentuk 2 mol gas NH3 akan dibebaskan panas 92 kj.
Hubungan antara ∆U dan ∆H dapat diturunkan sebagai berikut
H = U + PV
∆H = ∆U + ∆ (PV)
Untuk gas (ideal) ∆(PV) - ∆(nRT) = ∆(n)RT. sehingga :
∆H - ∆U + ∆nRT
∆n menyatakan selisih mol gas hasil reaksi dan mol gas pereaksi.
Bagi reaksi yang tidak menyangkut gas, ∆(PV) sangat kecil dibandingkan ∆U sehingga dapat
diabaikan, karena itu ∆H = ∆U.
1. Pengukuran Panas Reaksi
Panas reaksi diukur dengan alat kalorimeter. Panas reaksi pada volume tetap, q v, atau
perubahan energi dalam ∆U, diperoleh apabila reakai dilakukan dalam kalorimeter bom.
Sedangkan panas reakai pada tekanan konstan, qp perubahan entalpi, ∆H, diperoleh
apabila reaksi dilakukan dalam gelas kimia atau labu terisolasi, botol termos, atau labu
Dewar. Rumusan untuk ∆U dan ∆H adalah sebagai berikut.
T2
∆U = - ∫ C v dT
T1
T2
∆H = - ∫ C p dT
T1
A Jalur 2 B
Jalur 3
E
Dalam hal ini A adalah pereaksi dan B adalah hasil reaksi. Jalur 1,2 dan 3 adalah
berbagai cara untuk mengubah pereaksi A menjadi B. Nilai ∆Hjalur 1 = ∆Hjalur 2 = ∆Hjalur
3
Hukum Hess sangat berguna dalam menentukan perubahan entalpi reaksi yang tidak
dapat ditentukan secara eksperimen. Misalnya reaksi pembentukan gas CO dari
karbon dan gas oksigen.
b. Entalpi Pembentukan Standar
Entalpi pembentukan standar, ∆Hfo, suatu senyawa adalah perubahan entalpi yang terjadi
ketika satu mol senyawa dibentuk dari unsur-unsurnya dalam keadaan standar.
Untuk reaksi: aA + bB cC + dD
Panas reaksi, ∆Hf dapat ditentukan menurut persamaar sebagai berikut.
o
∂V ∂U
equation C −C =(
p v
∂T ) [ P+ (
p ∂ V )]
, Explain!
p
Mengapa hanya saat keadaan volume tetap atau tekanan tetap panas dapat diserap?
∂V ∂U
persamaan C −C =(
p v
∂T ) [ P+ (
p ∂ V )]
, Jelaskan!
p