Analisis Regangan Baja Tulangan Pada Struktur Pile Cap Empat Tiang Metode Strut and Tie Model

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Analisis Regangan … (Sukarman/ hal 60-71)

ANALISIS REGANGAN BAJA TULANGAN PADA STRUKTUR PILE CAP EMPAT


TIANG METODE STRUT AND TIE MODEL

Sukarman1, Djoko Sulistyo1, Inggar Septhia Irawati1


1
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Email: [email protected]

ABSTRACT

Pile cap is one of the many types of structures that are entirely Disturbed-region. The structure undergoes a non-
linear strain because it was meeting point of the pile and column with centralized forces. In addition, geometry
changes occur at the meeting between the column, pile cap, and pile, so the Bernoulli concept is no longer suitable
for this condition. Pile cap testing consists of two groups of specimens and each group consists of three specimens.
The first group was designed using the STM method (SNI 2847: 2013 Appendix A) and the second group was
designed using conventional methods (SNI 2847: 2013 Article 15). Loading is the application of a centralized static
load that is channeled through a centric column until the pile cap structure has collapsed. The results show that: (1)
The flexural reinforcement which experiences the first yield condition both on the pile cap testing of the STM method
and in the conventional method was the X direction flexural reinforcement (outsidest flexural reinforcement). (2)
The average strain of the yield conditions and load on the pile cap STM method were 2242 με and 528.97 kN,
whereas the conventional method were 2436 με and 437.03 kN. (3) Increasing the load capacity of the yield
conditions (Py) of the pile cap STM method and conventional method on the plan load (P n) were 32.2% and 9.3%.

Keywords: pile cap, four piles, Strut and Tie Model (STM)

ABSTRAK

Pile cap merupakan salah satu dari jenis struktur yang sepenuhnya merupakan daerah terganggu (Disturbed-
region). Struktur tersebut mengalami regangan non-linear karena merupakan titik pertemuan pile dan kolom dengan
gaya-gaya terpusat. Selain itu, terjadi perubahan geometri pada pertemuan antara kolom, pile cap, dan pile,
sehingga konsep Bernoulli tidak cocok lagi pada kondisi tersebut. Pengujian pile cap terdiri dari dua kelompok
benda uji dan masing-masing kelompok terdiri dari tiga buah benda uji. Kelompok pertama dirancang menggunakan
metode STM (SNI 2847:2013 Lampiran A) dan kelompok kedua dirancang menggunakan metode konvensional
(SNI 2847:2013 Pasal 15). Pembebanan berupa penerapan beban statik terpusat yang disalurkan melalui kolom
sentris sampai struktur pile cap mengalami keruntuhan. Hasil menunjukkan bahwa: (1) Tulangan lentur yang
mengalami kondisi leleh terlebih dahulu baik pada pengujian benda uji pile cap metode STM maupun pada metode
konvensional adalah tulangan lentur arah X (tulangan lentur terluar). (2) Rata-rata regangan kondisi leleh dan beban
pada benda uji pile cap metode STM adalah 2242 με dan 528,97 kN, sedangkan pada metode konvensional adalah
2436 με dan 437,03 kN . (3) Peningkatan kapasitas beban kondisi leleh (Py) pada benda uji pile cap metode STM
dan metode konvensional terhadap beban rencana (Pn) adalah 32,2 % dan 9,3 %.

Kata kunci: pile cap, empat tiang, Strut-and-Tie Model (STM)

60 INERSIA, Vol. XV No. 2, November 2019


Analsis Regangan … (Sukarman/ hal 60-71)

PENDAHULUAN

Pile cap merupakan salah satu elemen yang gaya-gaya dalam dari struktur yang
sangat penting dari suatu struktur. Hal dibebani sampai beban batas (ultimate
tersebut dikarenakan pile cap memiliki load). Sedangkan pendekatan metode
peranan besar dalam pendistribusian atau kinematik umumnya digunakan pada
penyaluran beban struktur dari kolom ke rancangan yang sudah ada (existing
tiang pancang untuk selanjutnya diteruskan design) karena keseimbangan dari model
menuju tanah. Sehingga dalam yang dipakai hanya berlaku sesuai dengan
perencanaan, diperlukan suatu kepastian keadaan tertentu. Sampai saat ini model
tentang keamanan struktur terhadap yang dianggap konsisten dan rasional
kemungkinan kegagalan pada struktur dalam perencanaan struktur beton adalah
tersebut. pendekatan melalui “strut and tie model”
(STM). STM merupakan suatu metode
Selama ini, perancangan struktur beton perancangan yang mendasarkan pada
telah banyak diselidiki berdasarkan analisis asumsi bahwa aliran gaya-gaya dalam
batas (limit analysis). Metode tersebut struktur beton dan terutama pada daerah
belum meluas karena muncul berbagai yang mengalami distorsi dapat didekati
pertimbangan terkait perilaku struktur beton sebagai suatu sistem rangka batang yang
yang sangat beragam. Pendekatan melalui terdiri dari strut (batang tekan atau
limit analysis menurut Hardjasaputra (2002) penunjang) dan tie (batang tarik atau
dapat dinyatakan dalam dua kategori, pengikat). Sehingga strut and tie
pertama berdasarkan “lower-bound” (statik) merupakan resultante dari medan tegangan
dan kedua berdasarkan “upper-bound” (stress field). Pada strut yang bekerja
(kinematik). Pendekatan metode statik adalah beton sedangkan pada tie yang
dapat langsung diterapkan dalam bekerja adalah tulangan yang terpasang.
perencangan dan detailing karena kekuatan
beton dan baja tulangan yang dibutuhkan
dapat diperoleh dari sistem keseimbangan

Gambar 1. Pembagian Daerah B dan Daerah D


(Sumber: Tjen dan Kuchma, 2002)

Hardjasaputra dan Tumilar (2002), STM retak yang terjadi akibat suatu beban (F),
berawal dari Truss analogy model yang Morsch menggunakan model rangka batang
sebenarnya pertama kali diperkenalkan oleh (Truss) untuk menjelaskan aliran gaya (load
Ritter pada tahun 1899 dan Morsch pada path) untuk transfer beban (F) ke tumpuan
tahun 1902. Dengan memperhatikan pola

INERSIA, Vol. XV No. 2, November 2019 61


Analisis Regangan … (Sukarman/ hal 60-71)

yang terjadi pada struktur beton bertulang memperkirakan 87% tipe kegagalan (geser
dalam keadaan retak. atau lentur) dari 129 pile cap dengan tepat.

Schlaich et al. (1982-1993) membagi suatu Shah et al., 2011 melakukan penelitian
struktur pada strut and tie model menjadi dengan merancang beberapa struktur
dua daerah, yaitu daerah B (Bernoulli) yang meliputi: 4 pile cap, 6 korbel, 3 balok tinggi,
pada umumnya didasarkan pada distribusi serta dapped beam menggunakan STM
tegangan linear menurut hipotesa Bernoulli. yang kemudian diuji di laboratorium
Sedangkan daerah D (Discontinuity, menggunakan beban monotonik. Kapasitas
Disturbance) merupakan daerah atau beban hasil pengujian dibandingkan dengan
tempat terjadinya distribusi tegangan non- beban rencana. Hasil pengujian
linear yang diakibatkan oleh diskontinuitas menunjukkan bahwa kapasitas geser hasil
geometri, statika, dan atau kombinasi dari eksperimen sedikit lebih besar jika
keduanya. dibandingkan dengan prediksi
menggunakan STM dengan nilai rerata
Martin dan Sanders (2007) menyebutkan 1,17, yang berarti bahwa kapasitas geser
bahwa STM adalah suatu pendekatan yang eksperimen 17% lebih besar bila
digunakan untuk merancang daerah dibandingkan dengan kapasitas geser
diskontinuitas (D-region) pada struktur teoritis yang dirancang menggunakan STM.
beton bertulang dan prategang. STM Pile cap merupakan struktur yang
menyederhanakan tegangan yang mengalami regangan non-linear karena
kompleks pada suatu D-region ke dalam pada titik pertemuan dengan pile dan kolom
konfigurasi truss sederhana sebagai jalur terdapat gaya-gaya terpusat. Selaian itu,
tegangan uniaksial. Setiap jalur tegangan terjadi perubahan geometri pada pertemuan
uniaksial dianggap sebagai elemen STM. antara kolom, pile cap, dan pile, sehingga
konsep Bernoulli tidak cocok lagi pada
Souza et al. (2009) mengajukan model pile kondisi tersebut. Oleh karena itu pada
cap yang didasarkan pendekatan strut and penelitian ini, metode STM akan
tie model. Model berupa pile cap yang diaplikasikan dalam proses perancangan
dibebani 1 kolom yang ditopang 4 tiang, pile cap. Selain itu metode konvensional
selanjutnya dikalibrasi dengan hasil juga akan digunakan sebagai pembanding.
pengujian dari 6 pengujian dengan total 129 Kedua metode tersebut akan menghasilkan
objek, yaitu dari Blevot dan Fremy (1967), luas tulangan dan susunan tulangan yang
Clarke (1973), Suzuki et al. (1988), Suzuki berbeda yang kemudian akan dibandingkan
et al. (1999), Suzuki et al. (2000), dan perilakunya melalui pengujian
Suzuki et al. (2002). Model tersebut berhasil eksperimental di laboratorium.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode STM adalah 1550 mm x 1550 mm x
merupakan metode eksperimen. Penelitian 450 mm. Pile cap tersebut dirancang
ini dilakukan di Laboratorium Teknik dengan beban rencana sebesar 2500 kN,
Struktur, Departemen Teknik Sipil dan selanjutnya dimensi tersebut diskala model
Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas 1:2,5 menggunakan Teori Buckingham
Gadjah Mada. Benda uji pile cap dalam (Suhendro, 2000). Untuk lebih jelasnya
penelitian ini terdiri dari 6 buah yaitu 3 buah dapat dilihat pada Tabel 1. Untuk detail
sebagai pile cap metode STM (terdiri dari benda uji tersebut dapat dilihat pada
PC-SS-4P-1, PC-SS-4P-2, dan PC-SS-4P- Gambar 1 s.d 8, sementara untuk flowchart
2) dan 3 buah sebagai pile cap metode dalam perancangan benda uji pile cap
konvensional (terdiri dari PC-KS-4P-1, PC- metode STM dan konvensional dapat dilihat
KS-4P-2, dan PC-KS-4P-3). Ukuran pada Gambar 1 dan 2.
prototipe pile cap metode konvensional dan

62 INERSIA, Vol. XV No. 2, November 2019


Analsis Regangan … (Sukarman/ hal 60-71)

Tabel 1. Spesifikasi Benda Uji Pile Cap


Benda Uji PC-KS PC-SS
Dimensi (l x b x h ) mm 620x620x180 620x620x180
Arah x 4 D10-183 6 D10-70
Tulangan Lentur
Arah y 4 D10-183 6 D10-70
Arah x 4 P8-185 4 P8-185
Tulangan Susut
Arah y 4 P8-185 4 P8-185
Jumlah sampel 3 3
Keterangan:
PC: pile cap; KS: konvensional sentris; SS: STM sentris

Gambar 2. Tulangan Lentur Pile Cap Metode STM Gambar 3. Tulangan Susut Pile Cap Metode STM

Gambar 5. Potongan Strain Gauge Baja Pada Pile


Cap Metode STM

Gambar 4. Potongan Pile Cap Metode STM

INERSIA, Vol. XV No. 2, November 2019 63


Analisis Regangan … (Sukarman/ hal 60-71)

Gambar 6. Tulangan Lentur Pile Cap Metode Gambar 7. Tulangan Susut Pile Cap Metode
Konvensional Konvensional

Gambar 8. Potongan Pile Cap Metode Konvensional

Gambar 9. Potongan Strain Gauge Baja Pada Pile Cap Metode Konvensional

64 INERSIA, Vol. XV No. 2, November 2019


Analsis Regangan … (Sukarman/ hal 60-71)

MULAI

Data Umum: beban, mutu beton,


mutu baja, jumlah tiang (Pu, fc , fy, n)

Menggunakan dimensi pile cap metode konvensional


(Lx, Ly, Sx, Sy, h, sb, a, b)

Asumsi bentuk STM (truss)

Penentuan tinggi truss (htruss)

Cek sudut Tidak


θ>25°

Ya
Mencari gaya dalam pada truss
Tidak Tidak
(manual atau SAP 2000)

Cek Strut Cek Node


Fns = fce Acs Fnn = fce Anz
Fns Fu ? Fnn Fu ?

Ya

Menentukan kebutuhan tulangan lentur Tie


Fn
Ats 
fy

Memilih diameter dan jumlah tulangan


As pasang As perlu (Ats)

Cek Tidak
spasi tulangan
25 s 450

Ya
SELESAI

Gambar 10. Flowchart Perancangan Pile Cap Metode STM

INERSIA, Vol. XV No. 2, November 2019 65


Analisis Regangan … (Sukarman/ hal 60-71)

MULAI

Data Umum: beban, mutu beton,


mutu baja, jumlah tiang (Pu, fc , fy, n)

Trial atau penetapan dimensi pile cap


(Lx, Ly, Sx, Sy, h, sb, a, b)
Tebal pile cap (h) 300 sesuai aturan (SNI 2847:2013)
Jarak as antar tiang (Sx, Sy) sesuai (Teng, 1962)

Menghitung gaya yang diterima setiap tiang


V
Qi 
n

Tambah ketebalan pile cap (h)


Kontrol geser 1 arah
1
Vc   fc ' bw d
6
Kontrol geser 2 arah
Tidak  2
Vc  1   
fc ' bo d  s d  fc' bo d
Vc    2 
 c  6
1  bo  12
Vc   fc ' bo d
3

Vc Vu?

Ya
Memilih diameter dan jumlah tulangan
As pasang As perlu

Cek Tidak
spasi tulangan
25 s 450

Ya

Menghitung kapasitas lentur nominal (Mn)


Mn  A s f y z

Tidak Cek
Mn Mu ?

Ya

SELESAI

Gambar 11. Flowchart Perancangan Pile Cap Metode Konvensional

Beberapa tahapan penelitian ini antara lain beton yang dipakai dalam penelitian ini
meliputi: (1) pengujian mutu material, (2) adalah K325 atau 27,5 MPa dengan nilai
pembuatan benda uji, (3) perawatan beton, slump 100±20 mm serta ukuran agregat
(4) pengujian struktur pile cap. Pengujian kasar terbesar 20 mm yang langsung
mutu material atau pengujian pendahuluan dipesan dari Batching Plant. Pembuatan
meliputi uji kuat tarik baja tulangan dan uji benda uji meliputi pembuatan bekisting,
silinder beton (kuat tekan beton). Mutu perakitan tulangan, pemasangan strain

66 INERSIA, Vol. XV No. 2, November 2019


Analsis Regangan … (Sukarman/ hal 60-71)

gauge, serta pengecoran benda uji. terpusat yang disalurkan melalui kolom
Perawatan beton (curing) dilakukan agar sentris sampai struktur pile cap mengalami
benda uji terjamin kelembapanya. keruntuhan. Untuk detail benda uji pile cap
Selanjutnya pengujian struktur pile cap yang sudah siap untuk diuji dapat dilihat
dilakukan dengan menerapkan beban statik pada Gambar 12.

Gambar 12. Hasil Pembuatan Benda Uji Pile Cap

Tahapan pengujian pile cap dilakukan dimana semua peralatan untuk pengujian
setelah berumur 28 hari. Sebelum dilakukan dipasang seperti bearing plat, tumpuan
pengujian, pengecekan strain gauge harus (sendi), hydraulic jack, load cell, serta data
dilakukan agar saat pengujian data logger. Setting up pengujian tersebut dapat
regangan baja yang ditinjau dapat terbaca. dilihat seperti pada Gambar 13.
Selanjutnya dilakukan seting up benda uji

Gambar 13. Setting-up Pengujian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian pendahuluan untuk kuat tarik mengetahui karakteristik dari baja tulangan
baja tulangan dilakukan di Laboratorium yaitu tegangan leleh, tegangan ultimit, serta
Bahan Teknik, Departemen Teknik Mesin regangan yang terjadi. Baja tulangan yang
dan Industri, Fakultas Teknik, Universitas digunakan pada benda uji pile cap adalah
Gadjah Mada. Pengujian dilakukan untuk D10 (BJTD) yang berfungsi sebagai

INERSIA, Vol. XV No. 2, November 2019 67


Analisis Regangan … (Sukarman/ hal 60-71)

tulangan lentur. Pengujian kuat tarik baja saat mencapai kodisi leleh dan ultimit. Hasil
tulangan dilakukan untuk mengetahui pengujian kuat tarik baja tulangan dapat
kualitas baja tulangan dengan cara dilihat pada Tabel 2.
meninjau nilai tegangan dan regangan baja

Tabel 2. Hasil pengujian kuat tarik baja tulangan D10 mm


Tegangan Tegangan Regangan
Kode Leleh (fy) Ultimit (fu) Maksimal
(MPa) (MPa) (εu)
D10-1 388,26 573,19 0,334
D10-2 461,91 632,43 0,278
D10-3 430,69 644,44 0,248

Berdasarkan Tabel 2 dapat disimpulkan mengetahui nilai kuat tekan beton yang
bahwa tulangan D10 mm memiliki tegangan akan digunakan dalam pembuatan benda
leleh rata-rata sebesar 426,96 MPa dengan uji. Sebelum dilakukan pengujian, terlebih
regangan leleh sebesar 2135 με, tegangan dahulu dilakukan perawatan benda uji
ultimit rata-rata sebesar 616,69 MPa, serta dengan cara perendaman di dalam kolam
regangan maksimal rata-rata sebesar air mulai dari benda uji berumur 2 hari dan
287000 με. dikeluarkan sehari sebelum dilakukan
pengujian. Pengujian terhadap 4 buah
Pengujian kuat tekan silinder beton silinder beton dilakukan setelah benda uji
dilakukan di Laboratorium Struktur, tersebut berumur 28 hari. Adapun hasil
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, pengujian kuat tekan silinder beton dapat
Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada. dilihat pada Tabel 3.
Pengujian tersebut dilakukan untuk

Tabel 3. Hasil pengujian kuat tekan silinder beton


Beban Kuat Tekan
Benda Uji
(kN) (MPa)
1 480 27,59
2 525 29,88
3 530 30,17
4 460 25,97

Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan digunakan untuk membaca hasil regangan
silinder beton pada umur 28 hari, nilai kuat baja tulangan lentur arah sumbu X.
tekan rata-rata hasil pengujian pada umur Selanjutnya strain gauge 2 digunakan untuk
28 hari yakni sebesar 28,40 MPa. Nilai kuat tulangan lentur arah sumbu Y (lihat Gambar
tekan tersebut 3,27 % lebih tinggi jika 4 dan 8). Secara umum hasil pembacaan
dibandingkan dengan yang direncanakan strain gauge pada baja tulangan
yakni sebesar 27,5 MPa. menunjukkan bahwa semua tulangan lentur
arah sumbu X dan Y baik pada pile cap
Pada pengujian benda uji pile cap metode metode STM dan metode konvensional
STM dan metode konvensional diperoleh sudah mengalami kondisi leleh. Untuk lebih
hasil pembacaan regangan pada strain jelasnya dapat dilihat pada Gambar 14.
gauge 1 dan strain gauge 2. Strain gauge 1

68 INERSIA, Vol. XV No. 2, November 2019


Analsis Regangan … (Sukarman/ hal 60-71)

(a) (b)
Gambar 14. Grafik Hubungan Regangan Tulangan Lentur Arah X dan Y Terhadap Beban Pada Benda Uji Pile
Cap (a) Metode STM dan (b) Metode Konvensional

Pertambahan regangan pada tulangan Hasil pembacaan regangan tulangan lentur


lentur arah sumbu X untuk pile cap metode pada benda uji pile cap metode STM yang
STM meningkat secara signifikan setelah telah mencapai batas regangan leleh (2135
mencapai rata-rata beban 249,9 kN, με) untuk benda uji PC-SS-4P-1, PC-SS-
sedangkan pada pile cap metode 4P-2, dan PC-SS-4P-3 masing-masing
konvensional regangan meningkat secara sebesar 2299 με, 2202 με, dan 2225 με
signifikan setelah mencapai rata-rata beban dengan beban masing-masing sebesar
224,8 kN. Sedangkan pertambahan 656,8 kN, 354,4 kN, dan 575,7 kN,
regangan pada tulangan lentur arah sumbu sedangkan pada benda uji pile cap metode
Y untuk pile cap metode STM meningkat konvensional untuk benda uji PC-KS-4P-1,
secara signifikan setelah mencapai rata- PC-KS-4P-2, dan PC-KS-4P-3 masing-
rata beban 260,4 kN, sedangkan pada pile masing sebesar 2178 με, 2456 με, dan 2676
cap metode konvensional regangan με dengan beban masing-masing sebesar
meningkat secara signifikan setelah 427,3 kN, 428,4 kN, dan 455,4 kN.
mencapai rata-rata beban 250,2 kN.
Keseluruhan tulangan lentur arah sumbu X
Secara umum penambahan regangan baik pada benda uji pile cap metode STM
secara sigifikan terjadi pada saat retak awal maupun konvensional mengalami kondisi
(first crack). Hal tersebut terjadi dikarenakan leleh lebih awal dibandingkan tulangan
saat beton mengalami retak maka distribusi lentur arah sumbu Y. Hal tersebut
tegangan sepenuhnya dilimpahkan pada dikarenakan tulangan lentur yang dipasang
baja tulangan. Sehingga regangan pada pada arah sumbu X merupakan tulangan
baja tulangan akan semakin meningkat lentur terluar. Sehingga tegangan yang
seiring dengan meningkatnya tegangan terjadi pada tulangan lentur arah sumbu X
yang diterima oleh baja tulangan tersebut.

INERSIA, Vol. XV No. 2, November 2019 69


Analisis Regangan … (Sukarman/ hal 60-71)

jauh lebih besar dari pada tulangan lentur metode STM dan konvensioanal dapat
arah sumbu Y. dilihat pada Tabel 4.
Selanjutnya kapasitas beban kondisi leleh
baja tulangan lentur untuk benda uji pile cap

Tabel 4. Kapasitas beban kondisi leleh baja tulangan lentur benda pile cap metode STM dan metode konvensional
Py Py rata-rata
Metode Benda Uji
(kN) (kN)
PC-SS-4P-1 656,8
STM PC-SS-4P-2 354,4 528,97
PC-SS-4P-3 575,7
PC-KS-4P-1 427,3
Konvensional PC-KS-4P-2 428,4 437,03
PC-KS-4P-3 455,4

Berdasarkan data di atas dapat dilihat dengan peningkatan kapasitas beban


bahwa dengan beban desain yang sama kondisi leleh terhadap beban rencana pada
tetapi metode strut and tie model memiliki benda uji pile cap metode STM adalah
kapasitas beban yang lebih besar jika sebesar 32,2%, sedangkan pada metode
dibandingkan dengan dengan metode konvensional adalah sebesar 9,3%. Untuk
konvensional. Hal tersebut dibuktikan lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rasio beban kondisi leleh (Py) terhadap beban rencana (Pn)
Pn Py Rasio Py
Metode
(kN) (kN) terhadap Pn
STM 400 528,97 1,322
Konvensional 400 437,03 1,093

SIMPULAN
Berdasarkan data hasil pengujian benda uji metode konvensional adalah 2436 με dan
pile cap yang telah dilakukan, maka dapat 437,03 kN. (3) Peningkatan kapasitas
ditarik beberapa kesimpulan antara lain: (1) beban kondisi leleh (Py) pada benda uji pile
Tulangan lentur yang mengalami kondisi cap metode STM dan metode konvensional
leleh terlebih dahulu baik pada pengujian terhadap beban rencana (Pn) adalah 32,2%
benda uji pile cap metode STM maupun dan 9,3%. Hal tersebut mengindikasikan
pada metode konvensional adalah tulangan bahwa pile cap yang dirancang
lentur arah X (tulangan lentur terluar). (2) menggunakan metode strut and tie model
Rata-rata regangan kondisi leleh dan beban (STM) lebih kuat jika dibandingkan dengan
pada benda uji pile cap metode STM adalah metode konvensional.
2242 με dan 528,97 kN, sedangkan pada

DAFTAR RUJUKAN

Adebar, P., Kuchma, D., and Collins, M.P., Technique du Batiment et des
1990. Strut-and-Tie Models for the Travaux Publics. Vol. 20, No. 230,
Design of Pile Caps: An pp. 223-295.
Experimental Study. ACI Structural Clarke, J., L., 1973. Behavior and Design of
Journal. Vol. 87, No. 1, Januay- Pile Caps with Four Piles. Technical
February, pp. 81-91. Report No. 42.489, Cement and
Badan Standar Nasional Indonesia, 2013. Concrete Association, Wexham
SNI 2847:2013 tentang Beton. Springs.
Jakarta: Badan Standar Nasional Hardjasapurta dan Tumilar, 2002. Model
Indonesia. Penunjang dan Pengikat (Strut-and-
Blevot, J., L., and Fremy, R., 1967. Tie Model) Pada Perancangan
Semelles sur Pieux. Institute

70 INERSIA, Vol. XV No. 2, November 2019


Analsis Regangan … (Sukarman/ hal 60-71)

Struktur Beton. Jakarta: CV. Hidup Suhendro, B. 2000. Teori Model Struktur
Baru. dan Teknik Eksperimental.
Hardjasapurta, H., 2016. Perancangan Yogyakarta: Beta Offset.
Beton Struktural Berdasarkan Model Suzuki, K., and Otsuki, K., and Tsubata, T.,
Strat dan Pengikat (Strut-and-Tie 1999. Experimental Study on Four-
Model) SNI 2847:2013. Jakarta: Ref Pile Caps with Taper. Transactions
Graphika. of the Japan Concrete Institute, Vol.
Martin, B., T., and Sanders, D., H., 2007. 21, pp. 327-334.
Verification and Implementation of Suzuki, K., and Otsuki, K., and Tsubata, T.,
Strut-and-Tie Model in LRFD Bridge 1998. Influence of Bar Arrangement
Design Specification. NCHRP on Ultimate Strength of Four-Pile
Project 20-07, Task 12, November Caps. Transactions of the Japan
2007, pp. 276. Concrete Institute, Vol. 20, pp. 195-
Morsch, E., 1902. Concrete-Steel 202.
Construction. New York: E. P. Suzuki, K., and Otsuki, K., and Tsuhiya, T.,
Goodrich, translation McGraw-Hill. 2000. Influence of Edge Distance on
Pratama, G. N. I. P., & Sumarjo, H. (2018). Failure Mechanism of Pile Caps.
Aksesibilitas Tata Letak Elevator Transactions of the Japan Concrete
Penumpang Gedung Kantor Pusat Institute, Vol. 21, pp. 327-334.
Layanan Terpadu (KPLT) Fakultas Tjen N, Tjhin, and Daniel A, Kuchma, 2002.
Teknik UNY. INformasi dan Ekspose Computer-Based Beams Tools for
hasil Riset Teknik SIpil dan Design by Strut-and-Tie Method:
Arsitektur, 14(1), 26-35. Advances Challenges. ACI
Ritter, W., 1899. “Die Bauweise Structural Journal, Vol. 99, No. 5,
Hennebique, Schweizerische September-October 2002, pp. 586-
Bauzeitung”. Vol. 33, No. 7, 594.
February 1899, pp. 59-61.
Schlaich, J., Schäfer, K., and Jenewin, M.,
1991. Design and Detailing of
Structural Concrete. Journal of the
Pre-stressed Concrete Insitute. Vol.
69, No. 6, Maret 1991, pp. 113-125.
Schlaich, J., Schäfer, K., and Jenewin, M.,
1984, 1989, 1993. Konstruieren in
Stahlbeton. Beton Kalender. Berlin-
Munich: Wilhem Ernst & Son.
Schlaich, J., Schäfer, K., and Jenewin, M.,
1987. Toward a Consistent Desaign
of Structural Concrete. Journal of the
Pre-stressed Concrete Insitute. Vol.
32, No. 3, pp. 74-150.
Shah, A., Haq, E., and Khan, S., 2011.
Analysis dan Design of Disturbed
Region in Concrete Structures.
Procedia Engineering. Vol. 14, pp.
3317-3324.
Souza, R., Kuchma, D., Park, J.W., and
Bittencourt. T., 2009. Adaptable
Strut-and-Tie Model for Design and
Verification of Four-Pile Caps. ACI
Structural Journal. Vol. 106, No. 2,
March-April, pp. 142-150.

INERSIA, Vol. XV No. 2, November 2019 71

You might also like