This document discusses the fundamentals of foundation engineering. It begins with definitions of foundations and their purposes in transmitting loads from structures to the underlying soil or rock. It then covers topics such as foundation types, soil exploration techniques, geotechnical soil properties, and foundation design requirements. Foundation failures are classified into different types including general shear, local shear, and penetration failures. Methods for determining foundation bearing capacity are also outlined.
This document discusses the fundamentals of foundation engineering. It begins with definitions of foundations and their purposes in transmitting loads from structures to the underlying soil or rock. It then covers topics such as foundation types, soil exploration techniques, geotechnical soil properties, and foundation design requirements. Foundation failures are classified into different types including general shear, local shear, and penetration failures. Methods for determining foundation bearing capacity are also outlined.
This document discusses the fundamentals of foundation engineering. It begins with definitions of foundations and their purposes in transmitting loads from structures to the underlying soil or rock. It then covers topics such as foundation types, soil exploration techniques, geotechnical soil properties, and foundation design requirements. Foundation failures are classified into different types including general shear, local shear, and penetration failures. Methods for determining foundation bearing capacity are also outlined.
This document discusses the fundamentals of foundation engineering. It begins with definitions of foundations and their purposes in transmitting loads from structures to the underlying soil or rock. It then covers topics such as foundation types, soil exploration techniques, geotechnical soil properties, and foundation design requirements. Foundation failures are classified into different types including general shear, local shear, and penetration failures. Methods for determining foundation bearing capacity are also outlined.
199402082019031013 E -m a il : a d it ia . f e b ria n sya @p o lb an . ac. id Te lp : 0 8 2 1 2 6 1 0 2 12 6 • Braja M. Das, Khaled Sobhan - Principles of Geotechnical Engineering • Braja M. Das - Principles of Foundation Engineering • Harry G. Poulos, Edward H. Davis - Pile Foundation Analysis and Design • Hary Chirstady Hardiyatmo - Analisis dan Perancangan Fondasi 1 • Hary Chirstady Hardiyatmo - Analisis dan Perancangan Fondasi 2 REFERENSI • Joseph E. Bowles – Foundation Analysis and Design • SNI 8460-2017 - Persyaratan Perancangan Geoteknik • SNI 1726-2012 - Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung • SNI 1725-2016 - Pembebanan untuk Jembatan • SNI 2847-2013 - Persyaratan Beton Bertulang untuk Bangunan Gedung PENDAHULUAN • All engineered construction resting on the earth must be carried by some kind of interfacing element called a foundation or sometimes called the substructure • The foundation is the part of and engineered system that transmits to, and into, the underlying soil or rock the load supported by the foundation and its self- weight PENDAHULUAN The design of foundations of structures such as buildings, bridges, and dams generally requires a knowledge of such factors as a. The load that will be transmitted by the superstructure to the foundation system, b. The requirements of the local building code, c. The behavior and stress-related deformability of soils that will support the foundation system, and d. The geological conditions of the soil under consideration. PENDAHULUAN • The geotechnical properties of a soil—such as its grain-size distribution, plasticity, compressibility, and shear strength— can be assessed by proper laboratory testing. • In addition, recently emphasis has been placed on the in situ determination of strength and deformation properties of soil, because this process avoids disturbing samples during field exploration GEOTECHNICAL PROPERTIES AND SOIL EXPLORATION • Penyelidikan tanah di lapangan dibutuhkan untuk data perancangan fondasi bangunan. • Dari data yang diperoleh, sifat-sifat teknis tanah dipelajari, kemudian digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menganalisis kapasitas dukung dan penurunan. • Penyelidikan tanah harus memberikan deskripsi kondisi tanah yang relevan dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan dan menetapkan dasar untuk penilaian parameter geoteknik yang relevan untuk semua tahap konstruksi. GEOTECHNICAL PROPERTIES AND SOIL EXPLORATION Tujuan penyelidikan tanah, antara lain: • Menentukan sifat-sifat tanah yang terkait dengan perancangan struktur yang akan dibangun di atasnya • Menentukan kapasitas dukung tanah menurut tipe fondasi yang dipilih • Menentukan tipe dan kedalaman fondasi • Mengetahui posisi muka air tanah • Memprediksi besarnya penurunan • Menentukan besarnya tekanan tanah terhadap dinding penahan • Menyelidiki keamanan suatu struktur bila penyelidikan dilakukan pada bangunan eksisting • Menentukan letak-letak saluran, gorong-gorong, lokasi dan bahan timbunan PENYELIDIKAN TANAH • Apabila tersedia waktu dan budget yang cukup, penyelidikan tanah harus dilakukan secara bertahap seperti dibawah untuk memperoleh informasi yang komprehensif sepanjang perancangan awal, perancangan, dan pembangunan proyek: a. Penyelidikan awal untuk penentuan posisi dan perancangan awal dari bangunan b. Penyelidikan tahap perencanaan c. Pemeriksaan kesesuaian hasil penyelidikan selama konstruksi PENYELIDIKAN LAPANGAN • Penyelidikan lapangan dalam tahap perancangan harus terdiri atas: a. Pengeboran dan/atau galian untuk pengambilan contoh tanah; b. Pengukuran muka air tanah; c. Uji lapangan; d. Penutupan kembali lubang bor diwajibkan untuk dilakukan oleh kontraktor dengan metode grouting. PENYELIDIKAN LAPANGAN • Berbagai jenis penyelidikan lapangan di antaranya: a. Uji lapangan (misalkan CPT, SPT, uji penetrasi dinamis, WST, uji pressuremeter, uji dilatometer, uji pembebanan pelat, uji geser baling lapangan, dan uji permeabilitas); b. Pengambilan contoh tanah dan batuan untuk deskripsi serta uji laboratorium; c. Pengukuran air tanah untuk menentukan muka air tanah atau profil tekanan air pori serta fluktuasinya; d. Penyelidikan geofisika (seperti uji seismik, uji radar, pengukuran tahanan tanah, dan pengukuran kecepatan rambat gelombang pada tanah); e. Uji skala besar, seperti menentukan daya dukung atau perilaku langsung pada elemen struktur tertentu, misalnya angkur. Foundations may be classified based on where the load is carried by the ground • Shallow foundations (fondasi dangkal didefinisikan sebagai fondasi yang mendukung beban secara langsung)— termed bases, footings, spread footings, or mats. The depth is generally D/B < 1 but KLASIFIKASI may be somewhat more. FONDASI • Deep foundations (fondasi dalam didefinisikan sebagai fondasi yang meneruskan beban bangunan ke tanah keras atau batuan yang terletak relatif jauh dari permukaan)—piles, drilled piers, or drilled caissons. Lp/B > 4+ with a pile. • Earth-Retaining Structures Spread Footings Raft Foundation Bored Pile Driven Pile Fondasi dari suatu gedung/struktur harus direncanakan dan dibangun agar aman dalam memikul beban-beban yang bekerja padanya tanpa mengurangi kestabilan dan menyebabkan deformasi yang besar pada bangunan tersebut, atau bangunan lain di PERSYARATAN sekitarnya, jalan, ataupun lereng yang ada. PERANCANGAN Untuk mengatasi kedua hal tersebut, maka FONDASI perancangan fondasi harus: (SNI 8460:2017) a. Memenuhi persyaratan kekuatan, baik untuk struktur fondasinya maupun untuk lapisan tanah pendukung fondasi tersebut (strength requirement); b. Memenuhi peryaratan penurunan yang ditentukan (serviceability requirement). TIPE-TIPE KERUNTUHAN FONDASI Menurut Vesic (1963), fase-fase keruntuhan fondasi pada pembebanan berangsur-angsur adalah • Fase I Saat awal penerapan beban, tanah di bawah fondasi turun yang diikuti oleh deformasi tanah ke arah lateral dan vertikal ke bawah. Sejauh beban yang diterapkan relatif kecil, penurunan yang terjadi kira-kira sebanding dengan beban yang diterapkan. Dalam keadaan ini, tanah masih dalam kondisi keseimbangan elastis. Massa tanah yang terletak di bawah fondasi mengalami kompresi yang mengakibatkan meningkatnya kuat geser tanah TIPE-TIPE KERUNTUHAN FONDASI • Fase II Pada penambahan beban selanjutnya, baji tanah terbentuk tepat di dasar fondasi dan deformasi plastis tanah menjadi semakin tampak. Gerakan tanah pada kedudukan plastis dimulai dari tepi fondasi. Dengan bertimbanya beban, zona plastis berkembang. Gerakan tanah ke arah lateral menjadi semakin nyata yang diikuti oleh geseran tanah di sekeliling tepi fondasi. Pada zona plastis, kuat geser tanah sepenuhnya berkembang untuk menahan beban yang bekerja TIPE-TIPE KERUNTUHAN FONDASI • Fase III Fase ini dikarakteristikkan oleh kecepatan deformasi yang semakin bertambah seiring dengan penambahan beban. Deformasi tersebut diikuti oleh gerakan tanah ke luar yang disertai dengan menggelembungnya tanah permukaan, dan kemudian tanah pendukung fondasi mengalami keruntuhan dengan bidang runtuh yang terbentuknya lengkungan dan haris, yang disebut bidang geser radial dan bidang geser linier. TIPE-TIPE KERUNTUHAN FONDASI TIPE-TIPE KERUNTUHAN FONDASI Berdasarkan hasil uji model, Vesic (1963), membagi mekanisme keruntuhan fondasi menjadi 3 macam 1. Keruntuhan geser umum (general shear failure) 2. Keruntuhan geser lokal (local shear failure) 3. Keruntuhan penetrasi (penetration failure atau punching shear failure) KERUNTUHAN GESER UMUM • Fondasi pada pasir padat cenderung runtuh pada keruntuhan geser umum. Dalam hal ini, pasir padat adalah pasir yang mempunyai kerapatan relatif Dr > 67% KERUNTUHAN GESER LOKAL • Fondasi pada pasir tidak padat sampai kepadatan sedang (30% < Dr < 67%), cenderung runtuh pada keruntuhan geser lokal KERUNTUHAN PENETRASI • Fondasi pada pasir sangat longgar (Dr < 30%), cenderung runtuh menurut model keruntuhan penetrasi TIPE-TIPE KERUNTUHAN FONDASI DAYA DUKUNG FONDASI (BEARING CAPACITY) Daya dukung izin tanah, dimana fondasi tersebut akan dibangun, akibat beban kerja harus diambil yang terkecil dari: 1. Kapasitas ultimit tanah dengan faktor keamanan yang cukup terhadap kemungkinan terjadinya keruntuhan, atau 2. Suatu nilai yang memberikan deformasi fondasi akibat beban yang bekerja masih dalam batas-batas yang diizinkan oleh bangunan tersebut, atau bangunan di sekitarnya. Metode untuk mendapatkan daya dukung izin fondasi: 1. Metode Rasional 2. Metode Pengujian Pembebanan DAYA DUKUNG FONDASI (BEARING CAPACITY) • Untuk memenuhi stabilitas jangka panjang, perhatian harus diberikan pada pada peletakan dasar fondasi. Fondasi harus diletakan pada kedalaman yang cukup untuk menanggulangi risiko erosi permukaan, gerusan, kembang susut tanah, dan gangguan tanah di sekitar fondasi. FAKTOR KEAMANAN Daya dukung izin fondasi diperoleh dari daya dukung ultimit fondasi tersebut dibagi dengan suatu faktor keamanan yang besarnya: • Minimum 3 untuk fondasi dangkal atau • Minimum 2,5 untuk fondasi dalam Metode rasional yang digunakan untuk menghitung kapasitas ultimit fondasi harus dilakukan berdasarkan data-data tanah yang diperoleh dari penyelidikan lapangan maupun laboratorium pada lokasi pekerjaan METODE menggunakan: RASIONAL 1. Metode analitik yang sudah baku (misalnya Terzaghi, Meyerhoff, Hansen, Vesic, Reese) yang memperhitungkan kondisi lapisan tanah yang ada serta geometri dari fondasi, 2. Metode empiris yang sudah baku (terbukti) METODE RASIONAL • Persamaan-persamaan daya dukung tanah, umumnya didasarkan pada persamaan Mohr-Coulomb Daya dukung izin fondasi dapat juga diperoleh dari hasil uji pembebanan fondasi pada lokasi pekerjaan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan metode ini adalah sebagai berikut: METODE a. Efek penskalaan dari uji pembebanan PENGUJIAN terhadap dimensi fondasi yang sebenarnya; PEMBEBANAN b. Variasi lapisan tanah tempat dilakukannya uji pembebanan terhadap lokasi fondasi yang sebenarnya; c. Durasi pembebanan pada uji pembebanan dibandingkan dengan umur fondasi. PENURUNAN (SETTLEMENT) Penurunan total terdiri atas penurunan langsung (seketika) dan penurunan konsolidasi. Penurunan terjadi antara lain akibat: a. Pemberian beban pada fondasi; b. Berubahnya elevasi muka air tanah; c. Getaran akibat beban mesin, kereta api, termasuk akibat gempa; dan d. Perubahan tegangan yang bekerja pada lapisan tanah fondasi sebagai akibat antara lain adanya galian atau pekerjaan konstruksi di sekitarnya. PENURUNAN (SETTLEMENT) The settlement of a shallow foundation can be divided into two major categories: a. Elastic, or immediate settlement. Immediate, or elastic, settlement of a foundation takes place during or immediately after the construction of the structure. b. Consolidation settlement. Consolidation settlement occurs over time. Pore water is extruded from the void spaces of saturated clayey soils submerged in water. The total settlement of a foundation is the sum of the elastic settlement and the consolidation settlement. PENURUNAN (SETTLEMENT) • Consolidation settlement comprises two phases: primary and secondary. • Secondary consolidation settlement occurs after the completion of primary consolidation caused by slippage and reorientation of soil particles under a sustained load. • Primary consolidation settlement is more significant than secondary settlement in inorganic clays and silty soils. However, in organic soils, secondary consolidation settlement is more significant. Besar dan kecepatan penurunan fondasi dapat diperkirakan antara lain: a. Berdasarkan data pengukuran penurunan (settlement record) dari struktur dan fondasi sejenis yang ada di lokasi sekitarnya; b. Berdasarkan metode analitis penurunan PERKIRAAN yang sudah baku yang dilakukan berdasarkan data tanah yang diperoleh dari PENURUNAN uji lapangan dan uji laboratorium dan muka air tanah yang ada dan beban yang bekerja pada fondasi; c. Berdasarkan metode empiris yang sudah baku dan sesuai dengan kondisi tanah di Indonesia serta sesuai dengan kasus-kasus yang telah dilakukan di Indonesia. PENURUNAN IZIN • Besarnya penurunan total dan beda penurunan yang diizinkan ditentukan berdasarkan toleransi struktur atas dan bangunan sekitar yang harus ditinjau berdasarkan masing-masing kasus tersendiri dengan mengacu pada integritas, stabilitas dan fungsi dari struktur di atasnya. • Penurunan izin < 15 cm + b/600 (b dalam satuan cm) untuk bangunan tinggi dan bisa dibuktikan struktur atas masih aman. • Beda penurunan (differential settlement) yang diperkirakan akan terjadi harus ditentukan secara saksama dan konservatif, serta pengaruhnya terhadap bangunan gedung tinggi di atasnya harus dicek untuk menjamin bahwa beda penurunan tersebut masih memenuhi kriteria kekuatan dan kemampulayanan sebesar 1/300. Terima Kasih Aditia Febriansya, SST., M.Tr.T 199402082019031013 E -m a il : a d it ia . f e b ria n sya @p o lb an . ac. id Te lp : 0 8 2 1 2 6 1 0 2 12 6