Pengembangan Model Penilaian Ksave Dalam Pembelajaran Sejarah
Pengembangan Model Penilaian Ksave Dalam Pembelajaran Sejarah
Pengembangan Model Penilaian Ksave Dalam Pembelajaran Sejarah
2 (April 2018)
Abstrak: Dalam menghadapi abad ke-21, pendidikan sejarah perlu melakukan berbagai pengembangan dan penguatan
kembali sebagai pendidikan untuk membangun karakter bangsa yang memiliki kemampuan berpikir
komprehensif, kritis, kreatif, inovatif melalui komunikasi dan kolaborasi yang baik serta kemampuan ICT.
Salah satu cara untuk mencapai hal tersebut adalah mempersiapkan calon guru sejarah yang memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan sikap, nilai serta etika yang dibutuhkan untuk menghadapi kehidupan abad
ke-21. Penelitian ini mencoba untuk mempersiapkan mahasiswa calon guru sejarah melalui pengembangan
model penilaian KSAVE (Knowledge, Skill, Attitude, Value and Ethics) yaitu ways of thinking terdiri dari:
(1) creativity and innovation; (2) critical thinking, problem solving, decision making; (3) learning to learn,
metacognition. ways of working terdiri dari:(4) communication; (5) collaboration. tools of working .yang
terdiri dari: (6) information literacy; (7) ict literacy. living in the world yang terdiri dari (8) citizenship;
(9) life dan career; (10) personal and social responsibility. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Studi Research and Development. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara berpikir mahasiswa
Departemen Pendidikan Sejarah masih rendah hal ini terlihat dari aspek berpikir kritis, pemecahan masalah,
pembuatan keputusan, kreativitas, inovasi, dan metakognisi. Sedangkan cara bekerja, alat untuk bekerja,
dan keterampilan hidup menunjukkan kriteria cukup baik. mereka telah memiliki kemampuan bekerja
secara kolaboratif dan komunikatif baik di lingkungan kampus dan rumah. Mereka juga sudah memiliki
keterampilan untuk mengakses berbagai sumber seperti youtube, blog, situs web, dan layanan internet
lainnya untuk mencari informasi yang dibutuhkan dalam perkuliahan, hanya saja mereka perlu dilatih untuk
memproses informasi dari berbagai sumber ke dalam bentuk tulisan yang mengandung unsur kritis, kreatif,
dan inovatif. Mereka juga sudah memiliki keterampilan hidup sebagai warga Negara dalam konteks lokal
dan global, keterampilan hidup dan karir serta keterampilan tanggung jawab sosial dan personal cukup baik.
Barito.
penelitian kami menunjukkan bahwa mahasiswa Penelitian ini mencoba untuk mempersiapkan
departemen pendidikan sejarah telah memiliki mahasiswa calon guru sejarah melalui
keterampilan Knowledge Work, Thinking Tools pengembangan model penilaian KSAVE. Aspek
dan Digital Lifestyles yang cukup memadai karena penilaian dijadikan focus penelitian karena dalam
mahasiswa sekarang hidup di era cyber sehingga banyak literatur dikatakan bahwa penilaian
teknologi informasi dan komunikasi di dunia sebagai dasar bagi pengembangan pembelajaran.
maya sudah menjadi kebutuhan tetapi pada aspek Dengan perkataan lain berhasil atau tidaknya suatu
Learning Research perlu dikembangkan kembali pembelajaran sangat tergantung kepada tepat dan
terutama dalam hal keterampilan berpikir kritis, tidaknya penilaian yang dikembangkan. Seperti
pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan yang diungkapkan oleh Becker dan Shue (2010)
keterampilan berpikir kreatif serta inovatif sebagai bahwa informasi dari sebuah penilaian akan banyak
bekal untuk melakukan penelitian. dipakai oleh stakeholders dan akan digunakan untuk
Kedua, tuntutan pendidikan sejarah pada berbagai tujuan seperti untuk meningkatkan hasil
abad ke-21 bukan hanya mewariskan nilai-nilai belajar, mengembangkan program pembelajaran
keunggulan bangsa Indonesia di masa lalu tetapi dan menyajikan serta mengembangkan akuntabilitas
harus mampu membawa generasi muda dalam pendidikan.
kemampuan masa lalu di masa kini dengan berbagai Menghasilkan mahasiswa calon guru sejarah
adaptasi dan adopsi yang tetap mempertahankan ciri yang memiliki kompetensi utuh untuk menghadapi
khas bangsa Indonesia. Seperti yang dikemukakan abad ke-21, kami memilih dan menerapkan
oleh S. Hamid Hasan (2017) bahwa pendidikan model penilaian KSAVE yang dikembangkan oleh
sejarah abad ke-21 harus membuka selubung Binkley, et.al. Model ini termasuk model yang
tradisionalnya yang terkungkung pewarisan masa paling komprehensif, karena model ini merupakan
lampau sebagai sesuatu yang sudah selesai. Masa hasil perbandingan sejumlah kerangka kurikulum
lampau adalah masa kini yang terus berkembang dan dan penilaian keterampilan abad ke- 21 yang telah
dikembangkan untuk membangun kehidupan masa dikembangkan di seluruh dunia. Berdasarkan
depan. Oleh karena itu, pendidikan sejarah sudah analisis yang dilakukan teridentifikasi sepuluh
harus membawa siswa menjadi pewaris aktif budaya keterampilan penting yang diperlukan pada abad
bangsa dengan kemampuan berpikir kritis, kreatif ke-21 yakni : Ways of Thinking terdiri dari: (1)
dan inovatif serta keterampilan berkomunikasi dan Creativity and Innovation; (2) Critical Thinking,
berkolaborasi melalui penggunaan media teknologi problem solving, decision making; (3) Learning
informasi yang arif serta memiliki keterampilan to learn, metacognition. Ways of Working terdiri
hidup sebagai warga local, nasional maupun global. dari: (4) Communication; (5) Collaboration. Tools
Paparan di atas menggambarkan bahwa of Working .yang terdiri dari: (6) Information
pendidikan sejarah dalam menghadapi abad ke- literacy; (7) ICT literacy. Living in the World yang
21 perlu melakukan berbagai pengembangan dan terdiri dari (8) Citizenship; (9) Life dan career; (10)
penguatan kembali sebagai pendidikan untuk Personal and Social responsibility. Kerangka kerja
membangun karakter bangsa yang memiliki ini disebut sebagai model KSAVE yakni singkatan
kemampuan berpikir komprehensif, kritis, kreatif, dari Knowledge, Skill, Attitude, Value and Ethics.
inovatif melalui komunikasi dan kolaborasi yang Melalui model penilaian KSAVE mahasiswa
baik serta kemampuan ICT yang mumpuni sehingga calon guru sejarah dapat dibekali berbagai
mampu menjadi warga negara Indonesia yang keterampilan dimulai dari cara berpikir, cara bekerja,
memiliki visi nasional yang kuat untuk menghadapi alat untuk bekerja dan keterampilan hidup serta
arus globalisasi yang semakin cepat. Salah satu cara secara tidak langsung mereka juga dibekali dengan
untuk mencapai hal tersebut adalah mempersiapkan kemampuan untuk learning research. Sehingga
calon guru sejarah yang memiliki pengetahuan, mereka diharapkan akan menjadi guru sejarah yang
keterampilan, dan sikap, nilai serta etika yang memiliki karakter yang kuat, kemampuan berpikir,
dibutuhkan untuk menghadapi kehidupan abad ke- bekerja, berkomunikasi, berkolaborasi, ICT,
21. semangat nasionalisme dan cinta tanah air serta
60
HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, Vol. I, No. 2 (April 2018)
mampu membawa para siswanya menjadi warga segala aspek kehidupan. Paradigma pembelajaran
negara yang lebih baik pada masa yang akan datang. abad 21 menekankan kepada kemampuan siswa
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk berpikir kritis, mampu menghubungkan ilmu
memperoleh produk berupa Model Penilaian dengan dunia nyata, menguasai teknologi informasi
KSAVE berdasarkan cara berpikir, cara bekerja, komunikasi, dan berkolaborasi. Pencapaian
menggunakan alat untuk bekerja dan keterampilan keterampilan tersebut dapat dicapai dengan
hidup mahasiswa. Hasil penelitian ini dapat penerapan metode pembelajaran yang sesuai dari
digunakan oleh Departemen Pendidikan Sejarah sisi penguasaan materi dan keterampilan.
untuk dikembangkan sebagai salah satu format Kemampuan menghubungkan ilmu dengan
model penilaian pembelajaran yang dapat dijadikan dunia nyata dilakukan dengan mengajak siswa
acuan bagi pengembangan pendidikan sejarah bagi melihat kehidupan dalam dunia nyata. Memaknai
para mahasiswa calon guru sejarah abad 21. Secara setiap materi ajar terhadap penerapan dalam
khusus tujuan penelitian ini adalah : kehidupan penting untuk mendorong motivasi
a. Memperoleh gambaran awal kondisi mahasiswa belajar siswa. Secara khusus pada dunia pendidikan
departemen pendidikan sejarah sebelum dasar yang relatif masih berpikir konkrit,
dilaksanakannya pengembangan model kemampuan guru menghubungkan setiap materi
penilaian KSAVE ajar dengan kehidupan nyata akan meningkatkan
b. Melaksanakan model Penilaian KSAVE penguasaan materi oleh siswa (Griffin & Barry
berdasarkan empat komponen yaitu: cara McGaw, 2012).
berpikir, cara bekerja, menggunakan alat untuk Untuk memasuki New World of Work pada abad
bekerja dan keterampilan hidup. 21, keterampilan belajar abad 21 mempunyai ciri:
c. Memperoleh gambaran hasil belajar mahasiswa 1. Critical thinking and problem solving.
setelah pengembangan model penilaian KSAVE 2. Creativity and innovation.
dilaksanakan 3. Collaboration, teamwork, and leadership.
d. Memperoleh gambaran kekuatan dan 4. Cross-cultural understanding, communications,
kelemahan model penilaian KSAVE information, and media literacy.
Cara pertama yang diukur model ini adalah 5. Computing and ICT literacy.
pengetahuan, kategori ini meliputi semua referensi 6. Career and learning self-reliance.
pengetahuan dan pemahaman tertentu yang Ada 4 kategori keterampilan yang diperlukan
dipersyaratkan kesepuluh keterampilan abad ke-21. pada abad 21 diantaranya sebagai berikut :
Cara kedua adalah sikap yang meliputi kemampuan, 1. Ways of thinking (Cara berpikir); Kreativitas,
keterampilan dan proses yang dirancang dalam berpikir kritis, pemecahan masalah,
Silabus untuk mengembangkan keterampilan pengambilan keputusan dan belajar.
mahasiswa dan sekaligus menjadi focus belajar bagi 2. Ways of working (Cara kerja dan Komunikasi);
mahasiswa. Cara ketiga mengacu kepada perilaku Kolaborasi dan Komunikasi (communication).
dan bakat mahasiswa yang ditunjukkan mahasiswa 3. Tools for working (Alat untuk bekerja); Teknologi
dalam hubungannya dengan masing-masing dari informasi dan komunikasi (ICT) dan informasi
sepuluh keterampilan abad ke-21. Disini tampak literasi.
perlunya penelitian model penilaian KSAVE ini, 4. Skills for living in the world (Keterampilan
sebab melalui penelitian ini akan dihasilkan suatu untuk hidup di dunia); Kewarganegaraan -
model penilaian yang mampu menilai keterampilan- lokal dan global (citizenship – local and global),
keterampilan mahasiswa calon guru sejarah abad Kehidupan dan karier (life and career), personal
ke-21. dan tanggung jawab sosial-budaya, termasuk
kesadaran dan kompetensi (personal and social
Model KSAVE (Knowledge, Skills, Attittude, responsibility, including cultural awarness and
Value and Ethics) competence).
Abad 21 yang dikenal semua orang sebagai abad Ways of thinking, keterampilan ini akan
pengetahuan yang merupakan landasan utama dari membangun konsep berpikir dari berpikir sederhana
61
Yani Kusmarni, Tarunasena, dan Iing Yulianti
Pengembangan Model Penilaian KSAVE Dalam Pembelajaran Sejarah
sampai berpikir tingkat tinggi. Keterampilan ini keterampilan membimbing dan memimpin tim dan
menekankan cara kepada berpikir tingkat tinggi juga kemampuan mengatur proyek dalam tim.
untuk lebih mudah mengingat sebuah konsep dan Tools for working merupakan keterampilan baru
menarik kesimpulan. (Binkley et al, 2012: 37-38) yang mengacu pada literasi informasi, literasi media
membagi ways of thinking menjadi 3 keterampilan dan literasi ICT untuk membantu berpikir, mencari
yaitu: (1) Kreatif dan Inovatif, (2) Berpikir kritis, alasan yang logis, berusaha menyelesaikan masalah
memecahkan masalah dan menentukan keputusan yang kompleks, mencari permasalahan serta
(3) Belajar bagaimana untuk belajar dan kemampuan keterampilan dalam menggunakan berbagai media
metakognitif. Kreatif adalah kemampuan berpikir dan teknologi terkini (Boyles, 2012: 47). Binkley,
ataupun melakukan tindakan yang bertujuan et al (2012:51-53) menjelaskan lebih lanjut tools
untuk mencari pemecahan sebuah kondisi for working yaitu meliputi literasi informasi dan
ataupun permasalahan secara cerdas, bersifat tidak literasi ICT. Literasi informasi disini merupakan
umum, merupakan pemikiran sendiri/orisinal, keterampilan dalam mengakses dan mengevaluasi
serta membawa hasil yang tepat dan bermanfaat informasi, keterampilan, Menggunakan dan
sedangkan inovatif merupakan kemampuan mengelola informasi, dan keterampilan dalam
seseorang dalam menggunakan pikiran dan sumber menggunakan teknologi terkini untuk mencari
daya yang ada di sekelilingnya untuk menghasilkan informasi. Literasi ICT yang di maksud di sini adalah
sebuah karya yang benar-benar baru yang orisinil keterampilan dalam mengakses dan mengevaluasi
atau sebuah karya pemikiran sendiri, serta dapat ICT, Menganalisis media, membuat produk media,
bermanfaat bagi banyak orang. mengaplikasikan teknologi secara efektif dan positif.
Berpikir kritis merupakan proses intelektualitas Living in the world, merupakan keterampilan
yang melibatkan aktivitas dan keterampilan dalam untuk hidup dan bekerja di abad ke-21 yang
aspek konseptual, menerapkan, menganalisis, merupakan keterampilan dan kemampuan individu
mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang untuk bekerja secara efektif dengan tim yang
dikumpulkan dari, atau dihasilkan oleh observasi, beragam, berpikiran terbuka untuk berbagai ide-ide
pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, dan nilai-nilai, menetapkan dan mencapai tujuan,
sebagai pemecahan masalah dan mengambil mengelola proyek secara efektif, bertanggung jawab
keputusan (Scriven & Paul, dalam Snyder, atas hasil yang diperoleh, menunjukkan etika yang
Lisa Gueldenzoph & Snyder ,Mark J. 2008:90). baik, dan bertanggung jawab kepada diri sendiri
Pengetahuan metakognitif merupakan pengetahuan dan masyarakat yang lebih besar (Pacific Policy
kognitif yang secara umum serta sadar akan Research Center, 2010:7).
kemampuan pengetahuannya sendiri serta dapat Lebih lanjut Binkley et al (2012: 55-57)
menentukan sebuah strategi untuk menyelesaikan mengelompokkan kembali keterampilan living in
masalah dan tahu kenapa memilih strategi tersebut the world menjadi kehidupan berwarga negara
(Anderson, L. W. & Krathwohl David R. 2001:56). dalam lingkup lokal dan global, keterampilan
Ways of Working merupakan keterampilan berkarir dan hidup bersosial dan bertanggung
untuk bekerja dengan berinteraksi sosial dan jawab secara individu dan masyarakat. Hal yang
bekerja dalam tim yang membutuhkan keterampilan sangat diperhatikan dalam mengintegrasikan 21st
untuk berkomunikasi dan berkolaborasi (Binkley century skills didasarkan pada domain knowledge,
et al, 2012:44-47). Keterampilan berkomunikasi skills, attitudes, values and ethics yang dikenal
merupakan keterampilan seseorang dalam dengan KSAVE (Binkley et al 2012: 24).
menyampaikan sesuatu dengan bahasa yang baik Knowledge, kategori ini mencakup semua
dan mudah di mengerti dan juga disampaikan referensi yang spesifik, pengetahuan atau
dengan bahasa yang sopan sesuai dengan kondisi pemahaman persyaratan untuk masing-masing
budaya setempat. Keterampilan berkolaborasi dari 21st century skills. Knowledge ini sama halnya
lebih mengarah keterampilan bekerja sama dalam seperti kemampuan kognitif peserta didik. Skills,
tim yang terdiri dari keterampilan berinteraksi, merupakan kemampuan dan keterampilan peserta
keterampilan manajemen waktu dalam tim, didik dalam hal membangun 21st century skills
62
HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, Vol. I, No. 2 (April 2018)
dalam hal ini domain ini merupakan domain Seperti yang dikemukakan oleh Hasan
psikomotorik peserta didik. Attitudes, Values, and (2017) bahwa pendidikan sejarah abad ke-21
Ethics, merupakan nilai dari sikap dan kecakapan harus membuka selubung tradisionalnya yang
peserta didik yang tercermin dalam 21st century terkungkung pewarisan masa lampau sebagai sesuatu
skills identik dengan domain afektif peserta didik. yang sudah selesai. Masa lampau adalah masa kini
Beberapa karakter belajar yang diperlukan di abad yang terus berkembang dan dikembangkan untuk
ke-21, yaitu : membangun kehidupan masa depan. Oleh karena
1. Communication. Pada karakter ini, siswa itu, pendidikan sejarah sudah harus membawa
dituntut untuk memahami, mengelola, dan siswa menjadi pewaris aktif budaya bangsa dengan
menciptakan komunikasi yang efektif dalam kemampuan berpikir kritis, kreatif dan inovatif serta
berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, keterampilan berkomunikasi dan berkolaborasi
dan multimedia. melalui penggunaan media teknologi informasi
2. Collaboration. Pada karakter ini, siswa yang arif serta memiliki keterampilan hidup sebagai
menunjukkan kemampuannya dalam kerjasama warga lokal, nasional maupun global.
berkelompok dan kepemimpinan; beradaptasi Paparan di atas menggambarkan bahwa
dalam berbagai peran dan tanggungjawab; pendidikan sejarah dalam menghadapi abad ke-
bekerja secara produktif dengan yang lain; 21 perlu melakukan berbagai pengembangan dan
menempatkan empati pada tempatnya; penguatan kembali sebagai pendidikan untuk
menghormati perspektif berbeda. membangun karakter bangsa yang memiliki
3. Critical Thinking and Problem Solving. Pada kemampuan berpikir komprehensif, kritis, kreatif,
karakter ini, siswa berusaha untuk memberikan inovatif melalui komunikasi dan kolaborasi yang
penalaran yang masuk akal dalam memahami baik serta kemampuan ICT yang mumpuni sehingga
dan membuat pilihan yang rumit; memahami mampu menjadi warga negara Indonesia yang
interkoneksi antara sistem. memiliki visi nasional yang kuat untuk menghadapi
4. Creativity and Innovation. Pada karakter ini, siswa arus globalisasi yang semakin cepat. Salah satu cara
memiliki kemampuan untuk mengembangkan, untuk mencapai hal tersebut adalah mempersiapkan
melaksanakan, dan menyampaikan gagasan- calon guru sejarah yang memiliki pengetahuan,
gagasan baru kepada yang lain; bersikap keterampilan, dan sikap, nilai serta etika yang
terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dibutuhkan untuk menghadapi kehidupan abad ke-
dan berbeda. 21.
Trilling & Fadel (2009 : 21) menjelaskan, terdapat
Hubungan Model Penilaian KSAVE dengan empat kekuatan utama yang akan membentuk
Pendidikan Sejarah keterampilan abad 21, yakni knowledge work,
Pentingnya mengantisipasi kebutuhan akan thinking tools, digital lifestyles, dan learning research.
pengembangan keterampilan pembelajaran Kebutuhan akan knowledge work adalah agar
yang dituntut pada masa abad 21, khususnya siswa dapat mengkreasi dan menghasilkan inovasi
bagi Departemen Pendidikan Sejarah yang akan dalam rangka memecahkan masalah; thinking
menghasilkan calon guru-guru Sejarah untuk tools dianggap sebagai kekuatan yang sangat
Sekolah Menengah Atas Patnership of 21st Century potensial untuk abad 21 sejalan dengan kecepatan
Skills mengidentifikasi bahwa peserta didik abad perkembangan informasi dan komunikasi; digital
21 harus mampu mengembangkan keterampilan lifestyle merupakan tuntutan gaya hidup yang tidak
kompetitif yang diperlukan pada abad 21 yang dapat dihindari dalam rangka mengembangkan
berfokus pada pengembangan keterampilan berpikir thinking tools, jika seseorang gagap teknologi maka
tingkat tinggi (higher order thinking skills) seperti: ia akan tertinggal jauh; learning research merupakan
berpikir kritis, pemecahan masalah, keterampilan tuntutan masuk pada abad pengetahuan di mana
berkomunikasi, melek TIK, melek informasi dan seseorang dituntut untuk selalu berpikir ibarat
melek media. seorang peneliti, mencari dan menemukan sesuatu
yang baru (Trilling & Fadel 2009: 24-31).
63
Yani Kusmarni, Tarunasena, dan Iing Yulianti
Pengembangan Model Penilaian KSAVE Dalam Pembelajaran Sejarah
Pemikiran Trilling & Fadel ini patut keterhubungan. Kemampuan untuk membuat
dipertimbangkan jika seorang guru akan koneksi/keterhubungan merupakan kunci
mengajarkan sejarah. Artinya, meskipun belajar belajar.
sejarah adalah mempelajari kisah perjalanan f. Berikan pertanyaan yang tidak konvensional,
manusia di masa lampau, tetapi dalam kegiatan open-ended, pertanyaan yang mengandung
pembelajaran itu seorang guru dituntut untuk problema akan membiasakan siswa berpikir
berpikir maka kini dan masa depan. Keterampilan lateral.
berpikir, melakukan penelitian, dan kemampuan g. Biasakan siswa untuk menulis, sebab menulis
menggunakan teknologi informasi merupakan adalah aktivitas intelektual yang terbaik.
tuntutan yang harus dipenuhi dalam rangka Menulis identik dengan berpikir.
pembelajaran sejarah.
Shalaway (2005:122) memberikan penjelasan Penelitian Terdahulu
“knowing how to think – to extend the mind beyond Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan
the obvious and develop creative solutions to problems oleh Barootchi, N. & Keshavarz, M.H. (2002)
– should be the outcome of a good education. Out dengan penelitiannya yang berjudul “Assessment
thinking skills affect how well we can receive and of Achievement Through Portofolios and Teacher-
process new information”. Pada masa teknologi dan Made Tests” yang dimuat dalam Journal Educational
informasi menjadi primadona, maka keterampilan Research, Vol.44, Issue 3, p. 279 – 288, (2002). Peneliti
berpikir akan memberikan dampak terhadap ini menemukan bahwa portofolio assessment yang
bagaimana seseorang menerima dan memproses mereka eksperimenkan tidak hanya mempengaruhi
informasi. Salah satu cara yang dapat dikembangkan pencapaian belajar secara positif tetapi juga
oleh guru manakala mengajarkan sejarah adalah meningkatkan perasaan bertanggungjawab peserta
dengan mengkreasi atmosfir berpikir. Shalaway didik untuk memonitor kemampuan belajar secara
(2005: 122-123) memberikan penjelasan bahwa mandiri.
pencapaian kemampuan berpikir membutuhkan Keunggulan asesmen otentik juga disampaikan
latihan, dan agar latihan dapat dilaksanakan maka oleh Salvia dan Ysseldike (1996). Mereka menyatakan
guru perlu menciptakan suasana atau atmosfir bahwa melalui asesmen diri peserta didik dapat
berpikir di dalam kelasnya. Atmosfir berpikir dapat melihat kelebihan maupun kekurangannya,
dikembangkan melalui: untuk selanjutnya kekurangan ini menjadi tujuan
a. Menguji cara berpikir kita tentang berpikir: perbaikan (improvement goal). Dengan demikian,
jangan beranggapan bahwa kecerdasan peserta didik lebih bertanggungjawab terhadap
siswa secara otomatis menggambarkan proses dan pencapaian tujuan belajarnya yang
kemampuannya berpikir. Seringkali siswa tidak kemudian menumbuhkan rasa kepemilikan
mengembangkan kemampuan berpikirnya (ownership) pengetahuan secara permanen.
karena selalu dihadapkan pada pertanyaan Dari studi yang dikembangkan oleh Cheng et al.
mudah level rendah. 2004; Herman 2008; Wall 2005. Standarisasi berbasis
b. Mulailah membiasakan siswa berpikir sejak evaluasi memberikan bukti empiris untuk menilai
dini. kinerja dan dapat melayani berbagai pengambilan
c. Berikan siswa sesuatu yang membuat mereka keputusan demi mencapai tujuan (akuntabilitas,
berpikir: biasakan untuk memberikan seleksi, penempatan, evaluasi, diagnosis, atau
pertanyaan apa/bagaimana jika…… perbaikan), evaluasi yang telah dilakukan di masa
d. Biasakan siswa untuk melihat dari sudut lalu seperti telah menemukan efek yang cukup
pandang yang beragam: jawaban yang jelas seragam, yaitu :
seringkali bukan merupakan jawaban yang 1. Evaluasi menjadi prioritas kurikulum dan
terbaik; berikan pandangan/pertanyaan yang pengajaran, sandaran visibilitas berfungsi untuk
mengandung pro – kontra. memfokuskan standar isi pendidikan.
e. Dorong siswa untuk menemukan jalinan 2. Guru cenderung menggunakan pendekatan
atau pola yang dapat dikembangkan menjadi model pedagogis high visibility yang bergantung
pada tes.
64
HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, Vol. I, No. 2 (April 2018)
3. Instruksi yang telah digunakan lebih 1. Disejajarkan dengan perkembangan signifikan
menekankan keterampilan kognitif tingkat yang menjadi tujuan keterampilan abad dua
rendah. puluh satu.
4. Pengembang kurikulum khususnya untuk 2. Memungkinkan sistem adaptasi pada
kepentingan komersial, menanggapi tes penting kemungkinan yang tidak dapat diprediksi.
dengan memodifikasi buku yang ada dan bahan 3. Sebagian besar evaluasi berbasis kinerja.
ajar lainnya atau pengembangan dan pemasaran 4. Tambahkan nilai dalam proses belajar mengajar.
buku-buku baru. 5. Membuat pemikiran siswa terbuka.
5. Sekolah dan guru terlalu fokus pada aspek- 6. Bersikap adil.
aspek yang akan diujiankan bukan pada apa 7. Data penilaian harus memberikan informasi
yang menjadi standar atau tujuan pembelajaran. yang akurat dan dapat diandalkan dalam
6. Evaluasi lebih difokuskan pada tes bukan pembentukan untuk pengambilan keputusan.
pembelajaran yang mendasarinya. 8. Berorientasi pada tujuan pembelajaran.
7. Pembelajaran instruksional diarahkan pada tes, 9. Validitas tujuan
sekolah memberikan para siswa berbagai jenis 10. Menghasilkan informasi yang dapat
tes mulai dari kegiatan ujian “komersial”, kelas ditindaklanjuti dan memberikan umpan balik
khusus, pekerjaan rumah, dan lain-lain. yang produktif dan bermanfaat untuk semua
8. Desain dan pengembangan evaluasi harus pengguna yang dimaksudkan.
menyatukan dasar penelitian yang kaya ada 11. Menyediakan umpan balik yang produktif.
pada proses siswa belajar dan bagaimana itu 12. Membangun kapasitas untuk pendidik dan
berkembang untuk menghasilkan generasi siswa.
baru. 13. Menjadi bagian dari sistem yang komprehensif.
Seperti di ungkapkan dalam diskusi pendidikan Dari studi yang dikembangkan oleh Griffin
di Amerika Serikat sebagai berikut: setiap penilaian and Mc Gaw, 2012; Binkley et al., 2012; Barootchi,
bertumpu pada tiga pilar: model bagaimana N. & Keshavarz, M.H. 2002; Salvia dan Ysseldike
siswa merepresentasikan pengetahuan dan 1996; Cheng et al. 2004; Herman 2008; Wall 2005;
mengembangkan kompetensi dalam domain materi Pellegrino et al. 2001; Baker 2007; Forster and Masters
pelajaran, tugas atau situasi yang memungkinkan 2004; Wilson and Sloane 2000. Mengindikasikan
seseorang untuk mengamati kinerja siswa, dan bahwa arah pendidikan pada abad ke-21 lebih
metode interpretasi untuk menarik kesimpulan dari mengutamakan keterampilan yang lebih aplikatif
bukti-bukti kinerja yang diperoleh (Pellegrino et al. dan berguna di masa depan. Pendidikan di masa
2001: 2 dalam Griffin, Mc Gaw, 2012: 22). akan datang juga mengutamakan nilai-nilai untuk
Berdasarkan hasil studi Baker 2007; Forster berinteraksi secara global, bekerja dalam tim dan
and Masters 2004; Wilson and Sloane 2000, berkomunikasi. Untuk saat ini kemampuan kognitif
mengadopsi model pembaruan evaluasi, bagan bukan satu-satunya kemampuan yang harus
Integrated Assesment System dimaksudkan untuk dikuasai oleh peserta didik. Peserta didik perlu
mengkomunikasikan bahwa evaluasi berkualitas dibekali dengan keterampilan-keterampilan yang
mulai digagas dan berakhir dengan tujuan yang dibutuhkan di abad ke-21.
jelas untuk kebermaknaan siswa dalam belajar. Link
interpretasi memperkuat gagasan bahwa tanggapan METODE PENELITIAN
dari tugas penilaian harus secara khusus dianalisis Penelitian ini menggunakan model pendekatan
dan disintesis dengan cara mengungkapkan dan penelitian dan pengembangan (research
mendukung kesimpulan valid yang terhubung pada and development). Borg & Gall (1979 : 624)
tujuan penggunaan hasil evaluasi. memberikan definisi terhadap model penelitian dan
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pengembangan dalam bidang pendidikan sebagai
dirumuskan standar evaluasi abad ke 21 (Binkley et “a process used to develop and validate educational
al., 2012: 24-26) adalah sebagai berikut : products”. Langkah-langkah dalam proses ini
seringkali mengacu kepada bentuk siklus di mana
65
Yani Kusmarni, Tarunasena, dan Iing Yulianti
Pengembangan Model Penilaian KSAVE Dalam Pembelajaran Sejarah
66
HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, Vol. I, No. 2 (April 2018)
dalam bentuk penelitian tindakan kelas (classroom pretest-postest, sehingga pada akhirnya diperoleh
action research). suatu model penilaian KSAVE dalam pembelajaran
Berdasarkan hasil penelitian prasurvey sejarah abad 21 yang siap untuk diseminasikan.
kemudian dirancang dan dikembangkan model Pada tahapan ini dilakukan uji validasi terhadap
penilaian KSAVE dalam pembelajaran sejarah abad model pembelajaran yang telah dikembangkan.
21. Model tersebut digunakan untuk pengembangan Aspek-aspek yang diteliti pada tahap ini adalah: (1)
keterampilan mahasiswa dalam menyusun rencana dampak pengembangan model penialian KSAVE
pembelajaran berdasarkan Ways of Thinking, Ways terhadap hasil belajar mahasiswa, (2) dampak
of Working, Tools for Working and Living in the World pengembangan model penialian KSAVE terhadap
dalam aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap hasil produk pembelajaran sejarah abad 21. Uji
untuk mata pelajaran sejarah pada perkuliahan validasi ini dilakukan selama satu semester dan
Belajar Pembelajaran Sejarah, Sejarah Sosial, sebelum dilakukan uji validasi model diberikan
dan Sejarah Indonesia Kuno. Pendekatan yang terlebih dahulu pretest, kemudian setelah model
digunakan dalam fase ini adalah penelitian tindakan diimplementasikan dilakukan posttest untuk
kelas (PTK). Penelitian ini merupakan salah satu kemudian kedua hasil tersebut dibandingkan.
bentuk penelitian yang dilakukan oleh guru dan
untuk memperbaiki kualitas belajar mengajar atau Waktu dan Tempat penelitian
memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam Tempat penelitian ini adalah Departemen
proses belajar mengajar. Dalam penelitian ini Pendidikan Sejarah khususnya mata kuliah Belajar
dilakukan uji coba melalui perencanaan, tindakan, Pembelajaran Sejarah (angkatan 2015), Sejarah
observasi dan refleksi dalam bentuk siklus yang Sosial (angkatan 2016), dan Sejarah Indonesia
berulang sehingga diperoleh hasil nyata terjadi Kuno (angkatan 2017). Untuk menjaring data
perubahan kearah yang diharapkan. Hal ini sejalan tentang pembelajaran sejarah abad 21 pada tahap
dengan pendapat Noffke & Stevenson (1995:5) ke-1 dilakukan dengan cara melakukan studi
bahwa penelitian tindakan “… the everyday process deskriptif, yakni mengambil data tentang kondisi
of improvement, in that it is public and collaborative. pembelajaran sejarah di Departemen Pendidikan
It highlights process with content, rather than content Sejarah. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada
alone. It allows for a focus on teaching, in addition to Semester Ganjil 2017/2018 (September – November
student outcomes and on the interplay between the 2017).
two”. Subjek penelitian ini adalah para mahasiswa
Model yang dikembangkan dalam penelitian yang sedang mengikuti mata kuliah Belajar
ini diujicobakan melalui pendekatan Penelitian Pembelajaran Sejarah (angkatan 2015), Sejarah
Tindakan Kelas (PTK) sampai diperoleh model Sosial (angkatan 2016), dan Sejarah Indonesia Kuno
yang solid dan sesuai dengan kondisi yang ada. (angkatan 2017).
Aspek-aspek yang diteliti pada fase ini adalah (1)
pengembangan keterampilan mahasiswa dalam Instrumen Pengumpulan Data
menyusun rencana pembelajaran berdasarkan Ways Pengembangan instrumen dalam penelitian
of Thinking, Ways of Working, Tools for Working ini terdiri dari tiga bagian yaitu: Pertama, tahap
and Living in the World dalam aspek pengetahuan, penelitian prasurvey yang mengembangkan
keterampilan dan sikap untuk mata pelajaran instrumen berupa angket dan pedoman observasi
sejarah pada perkuliahan Belajar Pembelajaran untuk mahasiswa. Instrumen angket ini ditujukan
Sejarah, Sejarah Sosial, dan Sejarah Indonesia Kuno untuk menjaring data tentang kondisi cara berpikir,
dan (2) Produk Model Penilaian KSAVE dalam cara bekerja, menggunakan teknologi informasi
pembelajaran sejarah abad 21. untuk bekerja, dan keterampilan hidup mahasiswa
3. Pengujian Model departemen pendidikan sejarah. Kedua, tahap
Pengujian model dilakukan dalam bentuk pengembangan model penilaian KSAVE dalam
uji validasi melalui penelitian kuasi eksperimen pembelajaran sejarah sebagai berikut yaitu: (1)
menggunakan non equivalent control group design catatan lapangan untuk mengamati secara langsung
67
Yani Kusmarni, Tarunasena, dan Iing Yulianti
Pengembangan Model Penilaian KSAVE Dalam Pembelajaran Sejarah
proses penyusunan rencana penilaian model mahasiswa di kelas, hanya saja mereka perlu dilatih
KSAVE dalam pembelajaran sejarah; (2) rubrik dalam pengambilan keputusan, kreativitas dan
yakni penilaian proses pembelajaran pada saat inovatif serta kemampuan berpikir metakognisi.
pelaksanaan model KSAVE dalam pembelajaran Sedangkan pada aspek cara bekerja para mahasiswa
sejarah dan penilaian produk berupa instrument sudah terlihat proses komunikasi dan bekerjasama
penilaian KSAVE dalam pembelajaran sejarah; dalam kelompok secara baik. Mahasiswa tinggal
(3) angket untuk mendapatkan data mahasiswa diarahkan untuk dapat membangun sikap positif
tentang pendapatnya selama mengikuti perkuliahan terutama dalam menghargai opini,beargumentasi
model penilaian KSAVE dalam pembelajaran dan menerima perbedaan pendapat orang lain.
sejarah. Ketiga, tahap pengujian model melalui Aspek keterampilan literasi komunikasi dan
uji validitas dengan mengembangkan instrumen: literasi ICT menunjukkan bahwa mahasiswa
(1) tes hasil belajar (pre test dan post test) sudah dapat mengakses informasi melalui internet
yang mengukur pengetahuan mahasiswa yang dengan baik. Hal ini dapat dilihat mahasiswa setiap
mengikuti perkuliahan dengan model KSAVE kelompok menggunakan sumber buku dan internet
dalam pembelajaran sejarah dengan mahasiswa dengan mahir dalam mencari informasi, hanya saja
yang tidak mengikuti perkuliahan melalui model mereka perlu dilatih untuk memproses informasi
KSAVE dalam pembelajaran sejarah, (2) angket dari berbagai informasi ke dalam tulisan dengan
untuk mendapatkan data mahasiswa tentang lebih baik lagi. Aspek kemampuan bekerjasama
pendapatnya dari pengembangan model KSAVE dan berinteraksi terlihat sudah baik, terpantau
dalam pembelajaran sejarah abad 21. dalam kegiatan diskusi mahasiswa mencoba untuk
melakukan pembagian tugas secara merata kepada
kelompoknya hal ini menunjukkan sikap tanggung
HASIL PENELITIAN jawab pribadi dan sosial. Mereka berdiskusi secara
Pada bagian ini kami akan memaparkan kelompok dan kemudian memaparkannya di
hasil penelitian yang diperoleh dari hasil kegiatan kelas, hal ini menunjukan munculnya indikator
pengumpulan data yang dilakukan tim peneliti keterampilan berkomunikasi. Namun perlu dilatih
melalui teknik pengumpulan data observasi dan untuk membuat bahan presentasi yang menarik.
angket serta studi dokumentasi. Ketiga teknik ini Hasil observasi pada perkuliahan Sejarah
digunakan agar peneliti memperoleh data yang Sosial menunjukkan bahwa mahasiswa Angkatan
tepat dan terpercaya dengan memadukan teknik 2016 memiliki proses berpikir dan pemecahan
pengumpulan data kuantitatif dengan kualitatif. masalah yang lebih baik dari Angkatan 2017. Aspek
Hasil penelitian yang akan dipaparkan pada bagian kreativitas dan kemampuan metakognisi sudah
ini adalah deskripsi hasil observasi yang terdiri mulai muncul pada Angkatan ini, hal ini terlihat
dari hasil observasi secara terbuka pada mata dari cara mereka berdiskusi banyak mengadopsi
kuliah Sejarah Indonesia Kuno, Sejarah Sosial serta ide-ide baru yang bersifat kontekstual (pemilihan
perkuliahan Belajar dan Pembelajaran. Sedangkan Duta Sartika). Mereka dapat mengemas aspek
hasil angket akan dibahas cara berpikir, cara berpikir secara baik dan kreatif serta menampilkan
bekerja, alat untuk bekerja dan keterampilan hidup sikap pantang menyerah dalam menyajikan dan
mahasiswa Angkatan 2015, 2016 dan 2017. mempromosikan ide-ide tersebut. Selain itu
Berdasarkan hasil observasi pada kegiatan mereka juga sudah menunjukkan berpikir secara
mahasiswa Angkatan 2017 di perkuliahan Sejarah kritis dalam memecahkan masalah dan membuat
Indonesia Kuno diperoleh informasi bahwa keputusan. Hal ini dapat terlihat mereka sudah
mahasiswa telah memiliki cara berpikir yang cukup melakukan pengembangan materi dengan sangat
baik terutama dalam mengembangkan berpikir baik, mereka juga mengemukakan keefektifan alasan,
kritis dan pemecahan masalah, walaupun mereka penggunaan berpikir sistematis dan mengevaluasi
merupakan angkatan baru tetapi mereka sudah bukti-bukti sejarah dalam hal ini menyajikan
dapat menunjukkan proses berpikir yang baik. Hal ataupun mengemukakan sudut pandang yang
ini dapat dilihat dari proses diskusi dan tanya jawab berbeda terutama mengenai perbandingan antara
68
HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, Vol. I, No. 2 (April 2018)
R. A Kartini dengan Dewi Sartika. Dalam indikator Hasil observasi perkuliahan Belajar dan
memecahkan masalah mereka juga mendorong Pembelajaran menunjukkan bahwa mahasiswa
pertanyaan penting yang memperjelas berbagai Angkatan 2015 memiliki cara berpikir yang
sudut pandang tersebut dan mencoba mengarahkan sudah baik terutama pada aspek berpikir kritis,
ke arah solusi alternatif yang lebih baik. pemecahan masalah dan kreativitas karena secara
Kemampuan mereka dalam menggunakan umum mereka sudah memiliki kemampuan untuk
sistem berpikir juga terlihat ketika setiap anggota mengembangkan materi dengan cukup baik, mereka
kelompok ini mengemukakan berbagai argumen juga terbuka terhadap ide-ide baru dalam bidang
maupun pendapat mengenai permasalahan peran pembelajaran. Mahasiswa sudah memiliki ide-ide
Dewi Sartika tersebut. Selain itu mereka juga yang luas pada kegiatan curah pendapat dalam
memiliki kemampuan untuk berpikir terbuka, bidang pembejaran di kelas serta dapat mengadopsi
fleksibel, memiliki rasa ingin tahu dan kepedulian ide-ide baru yang bersifat kontekstual serta dapat
terhadap informasi baru. Jika dilihat dalam menyajikannya secara menarik dan dapat diterima
indikator metakognisi mereka sudah memenuhi oleh rekan-rekannya. Sikap terbuka terhadap ide-
indikator seperti mengetahui peluang yang terdapat ide baru dalam bidang pembelajaran juga tertanam
dalam proses pembelajaran, kemampuan untuk dalam sikap mahasiswa, hal tersebut dapat terlihat
mendedikasikan waktu bagi belajar serta memiliki pada saat proses diskusi berlangsung. Namun
sikap apresiasi positif terhadap belajar sebagai kemampuan berpikir inovatif dan metakognitif
aktivitas yang memperkaya hidup dan selalu masih perlu bimbingan dan latihan lagi.
berinisiatif untuk belajar. Namun meskipun begitu, Pada aspek pemecahan masalah dan pembuatan
masih terdapat keterangan fakta sejarah penting keputusan mahasiswa sudah mampu menggunakan
yang tidak dikemukakan, hingga penggalian latar berbagai jenis panalaran (deduktif, induktif dan
belakang subjek penelitian kurang maksimal, lain-lain) yang sesuai dengan situasi serta dapat
karena fokus mereka secara dominan diarahkan mempertimbangkan dan mengevaluasi sudut
kepada konsep dan teori Feminisme. pandang alternative utama. Namun dalam indikator
Aspek cara bekerja, keterampilan literasi ini, mahasiswa belum bisa memadukan motivasi
informasi dan lietrasi ICT serta keterampilan dan rasa percaya diri dalam meraih keberhasilan,
hidup Secara umum Angkatan 2016 sudah cukup serta kurang mampu untuk berkomunikasi
baik, mereka melakukan presentasi dengan sangat sebagai bagian dari proses pembelajaran dengan
baik dan menarik, mereka memiliki kompetensi menggunakan cara yang tepat (intonasi, gesture,
bahasa ibu dengan baik, mereka juga memiliki mimik, dll) untuk mendukung komunikasi lisan
kemampuan untuk berbicara secara singkat dan serta memahami dan memproduksi berbagai pesan
jelas, merumuskan argumen secara lisan dengan multimedia dalam bahasa tulisan, lisan, suara,
mempertimbangkan sudut pandang orang lain. video dan lain-lain. Sedangkan keterampilan dalam
Mereka juga memiliki sikap percaya diri ketika berkomukasi, berkolaborasi, literasi informasi,
berbicara di depan umum, sikap apresiatif terhadap literasi ICT, kewarganegaraan lokal dan global serta
bahasa ibu, dan terlibat dalam dialog interaktif dan kehidupan dan karir, tanggungjawab pribadi dan
kritis. Dalam indikator Keterampilan kolaborasi sosial yang dapat terlihat secara pada saat proses
mereka berinteraksi efektif dengan orang lain (juri, diskusi dan proses microteaching berlangsung di
audiens, ruang diskusi), mereka juga bekerja efektif kelas.
falam keberagaman Tim karena topik mereka Cara berpikir mahasiswa Angkatan 2017 masih
tentang Dewi Sartika yang notabene sebagai tokoh rendah terutama pada aspek mengerjakan tugas-
sejarah tatar Sunda namun ada salah satu diantara tugas yang kreatif dari dosen, melakukan inovasi-
anggota kelompok mereka itu berasal dari Suku inovasi dalam belajar untuk meningkatkan IPK,
Minang. Kelas ini meskipun diberi peran yang hal ini dikarenakan mereka masih mahasiswa
berbeda namun mereka ikut aktif dalam berdiskusi baru sehingga belum memiliki kesadaran tentang
(menyanggah dan memberikan pendapat), mereka IPK. Aspek lain yang terlihat rendah adalah
juga memberikan inspirasi kepada orang lain berusaha untuk mengadopsi ide-ide baru yang
sehingga menjadi nilai tambahan bagi kelas ini.
69
Yani Kusmarni, Tarunasena, dan Iing Yulianti
Pengembangan Model Penilaian KSAVE Dalam Pembelajaran Sejarah
ada di lingkungan sekitar serta mendiskusikannya dengan cara dosen mengemas perkuliahan yang
dengan teman sekelompok. Selain itu juga mereka mengajak mahasiswanya berpikir tetapi mereka
tidak begitu menyukai perkuliahan yang mengajak kurang menyenangi perkuliahan dengan kegiatan
berpikir kritis, hal ini terlihat dari mereka yang mendengarkan dan mencatat informasi yang
berpendapat bahwa mereka malas apabila diberi disampaikan oleh dosen.
tugas untuk memecahkan masalah. Mereka lebih Mahasiswa Angkatan 2017 memiliki cara
menyukai perkuliahan yang dikemas dengan cara bekerja cukup baik, hal ini terlihat mereka senang
mendengar, menyimak dan mencatat informasi dengan kegiatan menyimak penjelasan dosen dengan
yang diberikan dosen dan mencari informasi dari baik, mencari informasi yang diperlukan apabila
berbagai sumber. mereka mengalami kesulitan dalam memahami
Mahasiswa Angkatan 2016 memiliki cara materi perkuliahan serta mereka berusaha
berpikir yang rendah, hal ini terlihat dari pendapat untuk mengemukakan pendapat dalam kegiatan
mahasiswa yang mengisi kuesioner mereka tidak diskusi, mereka mencoba untuk menghargai
begitu menyukai pengerjaan tugas-tugas yang pendapat teman satu kelas tetapi mereka tidak
kreatif dan mereka pun kurang berusaha untuk begitu menyukai kegiatan berargumentasi di kelas
melakukan inovasi-inovasi dalam pembelajaran terutama argumentasi secara tertulis serta tidak
serta mengadopsi dan mengembangkan ide-ide senang dengan kegiatan dialog interaktif kritis,
baru yang bersifat kontektual dalam kegiatan mereka lebih menyenangi diskusi biasa dengan
pembelajarannya. Selain itu angkatan ini takut pembagian kelompok berdasarkan pertemanan.
menghadapi kegagalan tetapi mereka malas untuk Mahasiswa Angkatan 2016 memiliki cara
berpikir kritis terutama dalam mengerjakan bekerja yang kurang baik, hal ini terlihat dari hasil
tugas-tugas yang mengajak memecahkan masalah jawaban mahasiswa yang menggambarkan bahwa
(problem solving) dan mereka malas untuk sebenarnya mereka menyukai penjelasan dosen di
menyelesaikan tugas secara baik. Tetapi mereka kelas tetapi mereka lebih menyenangi keterlibatan
menyenangi mengerjakan tugas-tugas perkuliahan secara aktif dalam kegiatan dialog interaktif antara
secara jujur daripada menyontek pekerjaan teman mahasiswa dengan dosen atau antar mahasiswa
atau melakukan kegiatan plagiat dari internet atau kegiatan mencari informasi dari berbagai
serta mereka kurang menyenangi kegiatan sumber. Dalam kegiatan diskusi, mereka kurang
mendengarkan, menyimak dan mencatat informasi dapat menghargai proses diskusi dengan baik hal ini
yang disampaikan dosen. terlihat dari jawaban mereka yang terbiasa ditegur
Mahasiswa Angkatan 2015 memiliki dosen karena mereka jarang mengikuti kegiatan
kemampuan cara berpikir cukup baik. Hal ini diskusi dengan baik, mereka lebih menyenangi
terlihat dari aspek cara berpikir yang kurang pembagian kelompok berdasarkan pertemanan
disenangi oleh mahasiswa terutama mengerjakan serta kurang menghargai pendapat temannya dalam
tugas-tugas yang kreatif, melakukan inovasi-inovasi kegiatan diskusi, walaupun mereka berpendapat
baru dalam pembelajaran serta mengembangkan bahwa lebih senang berargumentasi secara lisan
ide-ide baru yang bersifat kontekstual. Sedangkan daripada tulisan tetapi tetap saja mereka tidak
untuk aspek kejujuran mereka cukup senang menyukai argumentasi yang bersifat kritis.
untuk mengerjakan tugas-tugas perkuliahan secara Mahasiswa Angkatan 2015 memiliki
jujur daripada menyontek teman atau plagiat dari kemampuan cara bekerja yang baik. Hal ini dapat
internet atau tugas orang, mereka juga selalu dilihat dari cara mereka menjawab kuesioner yang
berusaha mengikuti perkuliahan dan mengerjakan menggambarkan kegiatan-kegiatan yang mereka
serta menyelesaikan tugas dengan baik karena selalu lakukan dan senangi cukup banyak. Aspek-
takut gagal dalam perkuliahan. Aspek-aspek yang aspek tersebut adalah (1) mereka senang dengan
menunjukkan bahwa mahasiswa Angkatan 2015 kegiatan diskusi karena dapat mengembangkan
menyenangi kegiatan tersebut adalah (1) mencari keterampilan berbicara, berargumentasi dan
sumber-sumber informasi yang dibutuhkan untuk mengemukakan pendapat. Selain itu mereka
memahami materi perkuliahan di kelas, (2) senang juga berpendapat bahwa kegiatan diskusi dapat
70
HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, Vol. I, No. 2 (April 2018)
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, sistem pembelajaran online yang fasilitasi oleh
kemampuan berdialog secara interaktif dan lebih Direktorat TIK UPI.
meningkatkan kepercayaan diri mahasiswa, (2) Makasiswa Angkatan 2015 memiliki
mereka juga selalu berusaha menyimak penjelasan kemampuan menggunakan alat untuk bekerja
dosen dengan baik dan berusaha mencari sumber- dengan sangat baik, hal ini terlihat dari (1) mereka
sumber informasi yang dibutuhkan bila mengalami selalu mengakses berbagai sumber seperti you
kesulitan dalam memahami materi perkuliahan. tube, blog, situs web dan layanan internet lainnya
Sedangkan kegiatan di kelas yang jarang mereka untuk mencari informasi yang dibutuhkan dalam
lakukan adalah membentuk kelompok berdasarkan perkuliahan, karena mereka lebih percaya diri
kedekatan pertemanan di kelas dan ditegur dosen menggunakan informasi dari internet daripada
karena tidak serius mengikuti kegiatan diskusi di sumber informasi lainnya seperti buku sumber,
kelas. (2) mereka senang dengan mengaktualisasikan diri
Mahasiswa Angkatan 2017 memiliki dengan mengunduh dan mengunggah tugas, tulisan
kemampuan literasi informasi dan literasi ICT dan berargumentasi di internet, karena menurut
sangat baik, hal ini terlihat mereka sangat menyukai mereka lebih baik menggunakan waktu senggang
dan mahir dalam mengakses berbagai informasi untuk mencari informasi di internet secara mandiri
dari you tube, situs web, blog dan layanan internet daripada berdiskusi dengan teman sekelompok,
lainnya sebagai informasi tambahan selain buku (3) mereka telah memanfaatkan fasilitas layanan
sumber. Selain itu mereka menyukai kegiatan yang difasilitasi oleh TIK UPI untuk mencari
berkomunikasi dan berdiskusi melalui internet informasi, berkomunikasi dan berdiskusi di dunia
dibandingkan dengan diskusi secara langsung, maya. Sedangkan aspek yang jarang mahasiswa
melalui komunikasi dengan layanan internet mereka ketahui dalam pemakaian layanan internet adalah
dapat lebih mengaktualisasi diri dengan baik. mereka kurang memahami peraturan-peraturan
Hanya saja mereka belum memanfaatkan secara menggunakan internet dan menggunakan layanan
baik sistem pembelajaran online yang fasilitasi oleh tersebut dengan aman dan bertanggungjawab.
Direktorat TIK UPI serta mereka belum memahami Mahasiswa Angkatan 2017 belum memiliki
peraturan-peraturan penggunaan layanan internet keterampilan hidup yang baik, hal ini terlihat
secara aman dan bertanggungjawab. mahasiswa kurang berusaha untuk membekali diri
Kemampuan mahasiswa Angkatan 2016 dengan keterampilan-keterampilan berkomunikasi,
menguasai alat untuk bekerja cukup baik. Selama berbahasa asing, berpikir kreatif dan inovatif.
perkuliahan mereka berusaha untuk mengakses Mereka tidak malu apabila terlambat datang pada
berbagai sumber informasi melalui layanan kegiatan diskusi dan mereka lebih senang dengan
internet untuk mencari informasi, tetapi mereka mendengarkan pendapat teman dibandingkan
masih membatasi diri untuk mencari sumber harus mengeluarkan pendapat sendiri. Mereka juga
tersebut karena mereka sukar menilai keakuratan jarang ikut terlibat dan berpartisipasi secara aktif
informasi dari internet tersebut. Mereka juga dalam kegiatan memperingati hari-hari bersejarah
belum mengetahui secara baik peraturan- seperti: Kemerdekaan, Sumpah Pemuda, Pendidikan
peraturan menggunakan layanan internet yang Nasional, Kebangkitan Nasional , Kesaktian
aman dan bertanggungjawab, walaupun demikian Pancasila dsb. Mereka juga jarang memprakarsai
mereka lebih senang mengaktualisasi diri dengan kegiatan-kegiatan sosial baik di lingkungan rumah
mengunduh dan mengungggah tugas, tulisan dan maupun di kampus. Tetapi mereka memiliki
argumentasi di layanan internet seperti blog, twiter, kepercayaan diri yang tinggi dalam bergaul dan
Instagram, facebook dsb. Hal ini dikarenakan berteman dengan bangsa lain atau dari daerah lain
mereka lebih percaya diri menggunakan layanan di social network.
internet dibandingkan berbicara/berargumentasi Mahasiswa Angkatan 2016 memiliki bekal
secara langsung di kelas . Pendapat yang sama keterampilan hidup yang rendah. Mereka kurang
juga dikemukakan oleh mahasiswa Angkatan 2017 menghargai pendapat temannya yang tidak
bahwa mereka belum memanfaatkan secara baik sependapat dengan ide mereka, tidak merasa
71
Yani Kusmarni, Tarunasena, dan Iing Yulianti
Pengembangan Model Penilaian KSAVE Dalam Pembelajaran Sejarah
72
HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, Vol. I, No. 2 (April 2018)
(2012:39) mengungkapkan bahwa keterampilan dari hasil observasi dan hasil angket yang
ini merupakan “jiwa” bagi penilaian-penilaian menggambarkan bahwa mereka memiliki
internasional seperti PISA, PILRS, Adult Literacy keterampilan berkomunikasi dan berkolaborasi
and Lifelong Learning Skill (ALL). Keterampilan secara cukup baik dalam proses pembelajaran di
ini mengukur seberapa baik mahasiswa dapat kelas. Hal ini terlihat dari kemampuan mahasiswa
mengevaluasi bukti, argumentasi, klaim dan dalam mengikuti kegiatan diskusi, kemampuan
jaminan serta menghubungkan antara informasi mempresentasikan hasil diskusi, kemampuan
dan argumen, dan menganalisis serta mengevaluasi bekerjasama dalam memecahkan masalah,
sudut pandang alternative. Melalui keterampilan ini keterlibatan mahasiswa secara aktif dalam proses
kemudian mahasiswa akan terbina kemampuannya diskusi. Hanya saja mahasiswa perlu diberikan
dalam membuat keputusan yang tepat. Oleh karena bimbingan dalam membangun sikap positif
itu pengambilan keputusan sangat tergantung kepada seperti menghargai pendapat orang, menerima
keterampilan berpikir kritis dan memecahkan suatu perbedaan pendapat dan berargumentasi dengan
masalah. Untuk itu mahasiswa Angkatan 2016 dan bahasa yang baik serta mencoba menghilangkan
2017 perlu dilatih dan dibimbing secara baik dalam kebiasaan memilih anggota kelompok berdasarkan
mengemas cara berpikir kritis, pemecahan masalah pertemanan.
dan pembuatan keputusan yang baik dan utuh. Angkatan 2016 memiliki keterampilan
Aspek kreativitas, inovasi dan metakognisi berkomunikasi dan berkolaborasi kurang baik.
masih menunjukkan kriteria rendah untuk semua Apabila dilihat dari hasil observasi angkatan ini
angkatan mahasiswa (2015, 2016 dan 2017) yang memiliki cara bekerja dengan baik tetapi apabila
dijadikan subjek penelitian. Mengembangkan dilihat dari hasil angket menunjukkan bahwa
kreativitas dan inovasi memang tidak mudah, mereka memiliki cara bekerja yang rendah, hal ini
karena membutuhkan waktu yang lama dan iklim dapat terlihat dari kegiatan diskusi, mereka kurang
kelas yang kondusif untuk belajar. Dosen dituntut dapat menghargai proses diskusi dengan baik hal ini
untuk dapat memilih dan memilah tugas-tugas yang terlihat dari jawaban mereka yang terbiasa ditegur
mampu mengembangkan kreativitas dan inovasi dosen karena mereka jarang mengikuti kegiatan
mahasiswa dalam menghasilkan suatu produk atau diskusi dengan baik, mereka lebih menyenangi
projek yang kreatif dan inovatif serta mengemasnya pembagian kelompok berdasarkan pertemanan
melalui sistem pembelajaran mandiri dan serta kurang menghargai pendapat temannya dalam
melaksanakan penilaian diri untuk menumbuhkan kegiatan diskusi, walaupun mereka berpendapat
kemampuan metakognisi mahasiswa. bahwa lebih senang berargumentasi secara lisan
daripada tulisan tetapi tetap saja mereka tidak
2. Cara Bekerja menyukai argumentasi yang bersifat kritis. Sehingga
Mahasiswa sebagai calon guru sejarah abad mereka memerlukan pembimbingan lebih focus
21, selain harus memiliki kemampuan berpikir dari dosen pengampu perkuliahan.
yang baik juga harus memiliki kemampuan bekerja Pengembangan kompetensi cara bekerja
secara kolaboratif dan mampu menjalin komunikasi (keterampilan berkomunikasi dan berkolaborasi)
yang baik di lingkungan kampus, rumah maupun memerlukan kerjasama dan komunikasi yang
persekolahan. Kemampuan-kemampuan ini efektif antar dosen (tim dosen) guna mencapai
sangat diperlukan oleh calon guru sejarah untuk tujuan yang diharapkan karena pada kenyataannya
menghasilkan suatu bentuk kerjasama, komunikasi ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
dan layanan baru yang berfungsi untuk memecahkan akan dikembangkan kepada mahasiswa merupakan
masalah di dalam dunia nyata, menghasilkan sesuatu yang kompleks.
suatu produk yang kreatif dan inovatif serta dapat
mengadopsi dan mengembangkan ide-ide baru. 3. Alat Untuk Bekerja
Kemampuan cara bekerja mahasiswa S ejalan dengan perkembangan ilmu
departemen sejarah sudah cukup baik untuk pengetahuan dan teknologi, teknologi informasi
angkatan tahun 2015 dan 2017. Hal ini terlihat dan komunikasi pun turut berkembang pesat.
73
Yani Kusmarni, Tarunasena, dan Iing Yulianti
Pengembangan Model Penilaian KSAVE Dalam Pembelajaran Sejarah
Perkembangan teknologi ini menyebabkan maupun global. Seperti yang diungkapkan oleh
informasi tersaji dengan cepat. Hal ini berpengaruh Naisbitt (1994: 35) bahwa untuk menghadapi
pula terhadap dunia pendidikan dan pembelajaran demokrasi dan revolusi dalam telekomunikasi
yang menuntut para dosen dan mahasiswanya untuk dengan cara menyeimbangkan antara kesukuan
dapat menguasai teknologi dan informasi tersebut. dengan universal ke tingkat yang lebih intens.
Kondisi seperti ini mendorong lahirnya suatu “Berpikirlah lokal, Bertindaklah global. Berpikirlah
konstruk baru dalam aspek penilaian pembelajaran secara Kesukuan, Bertindaklah secara Universal”.
yakni berupa literasi informasi dan literasi teknologi Pendidikan Sejarah sebagai salah satu pendidikan
informasi dan komunikasi sebagai alat untuk yang menanamkan rasa nasionalisme, cinta tanah
bekerja. Oleh karena itu keterampilan ini menjadi air, nilai kepahlawanan dsb memiliki peranan
penting untuk dipelajari oleh mahasiswa melalui penting untuk mengembangkan keterampilan hidup
pemanfaatan berbagai teknologi digital sebagai alat ini di perkuliahan agar para calon guru sejarah
belajar untuk menciptakan proses pembelajaran memahami pentingnya pembelajaran sejarah untuk
yang interaktif, kolaboratif, kreatif, inovatif dan abad 21.
sekaligus menjadikan mahasiswa sebagai calon guru Keterampilan hidup mahasiswa Angkatan 2015
sejarah masa depan yang melek terhadap informasi lebih baik dibandingkan dengan Angkatan 2016
dan teknologi informasi dan komunikasi. dan 2017. Keterampilan hidup pada angkatan 2015
Mahasiswa sudah memiliki keterampilan alat terlihat sangat baik. Hal ini tergambar pada : (1)
untuk bekerja dengan sangat baik, mereka dapat keterampilan tanggung jawab sosial dan personal
mengakses berbagai sumber seperti you tube, blog, yang ditunjukkan oleh pendapat mereka bahwa
situs web dan layanan internet lainnya untuk mencari mereka selalu mendengarkan dan menyimak ketika
informasi yang dibutuhkan dalam perkuliahan, dosen atau teman sedang memberikan penjelasan.
hanya saja mereka perlu dilatih untuk memproses Selain itu keterampilan ini juga terlihat dari mereka
informasi dari berbagai sumber informasi ke dalam yang sudah memiliki budaya malu apabila terlambat
tulisan kritis, kreatif dan inovatif. Mereka juga masuk kelas atau tidak mengerjakan tugas dengan
perlu diberi pemahaman untuk mengetahui secara baik; (2) keterampilan hidup dan karir terlihat dari
baik peraturan-peraturan menggunakan layanan pendapat mereka yang berusaha untuk membekali
internet yang aman dan bertanggungjawab. Untuk diri dengan keterampilan berkomunikasi, berbahasa
mengembangkannya para dosen bisa bekerja asing, bekerjasama untuk bergaul di berbagai
sama dengan dosen TIK atau Direktorat TIK kalangan; (3) keterampilan hidup sebagai warga
UPI. Selain itu mereka juga perlu didorong untuk negara dalam konteks lokal dan global terlihat
memanfaatkan secara baik fasilitas layanan yang dari pendapat mereka yang sudah memiliki rasa
difasilitasi oleh TIK UPI dalam mencari informasi, percaya diri dalam bergaul dan berteman di social
berkomunikasi dan berdiskusi di dunia maya network baik di lingkungan kampus, rumah, daerah
sehingga mereka memiliki rasa percaya diri untuk maupun bangsa lain. Selain itu mereka bangga
mengaktualisasikan diri dengan mengunduh dan dengan membeli dan menggunakan barang buatan
mengunggah tugas, tulisan dan berargumentasi di negeri sendiri, dan mereka selalu mengupayakan
internet. menghargai teman yang memiliki latar belakang
budaya, agama, tingkatan sosial dan ekonomi
4. Keterampilan Hidup yang berbeda baik di lingkungan kampus maupun
Binkley, et.al (2012) mengemukakan bahwa rumah.
keterampilan hidup dan berkehidupan dapat Mahasiswa angkatan 2016 memiliki
dikategorikan ke dalam tiga keterampilan yaitu : keterampilan hidup yang rendah, hal ini terlihat
keterampilan hidup sebagai warga negara dalam pada aspek keterampilan hidup sebagai warga
konteks local dan global, keterampilan hidup dan negara dalam konteks local dan global, keterampilan
karier serta keterampilan tanggung jawab sosial hidup dan berkarier serta keterampilan tanggung
dan personal. Sehingga kita mampu menjadi jawab sosial dan personal. Mahasiswa angkatan
warga negara yang baik untuk tingkat local 2017 memiliki keterampilan hidup yang cukup baik
74
HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, Vol. I, No. 2 (April 2018)
terutama pada aspek keterampilan hidup sebagai menghasilkan calon guru sejarah yang mampu
warga negara dalam konteks local dan global. mengembangkan kemampuan berpikir secara
Sedangkan aspek keterampilan hidup dan berkarier baik.
serta keterampilan tanggung jawab sosial dan 2. Mahasiswa Departemen Pendidikan Sejarah
personal terlihat masih rendah . sudah memiliki cara bekerja, alat untuk
Keterampilan hidup/berkehidupan merupakan bekerja dan keterampilan hidup yang cukup
keterampilan yang menekankan kemampuan baik. Mereka telah memiliki kemampuan
individu untuk beradaptasi dengan segala jenis bekerja secara kolaboratif dan mampu
perubahan di masyarakat melalui kemampuannya menjalin komunikasi yang baik di lingkungan
menjadi individu yang fleksibel dan mampu kampus, rumah maupun persekolahan,
mengelola waktu serta tujuan hidupnya. Oleh karena Mereka dapat mengakses berbagai sumber
itu system perkuliahan di departemen sejarah harus seperti you tube, blog, situs web dan layanan
mampu membekali mahasiswanya agar menjadi internet lainnya untuk mencari informasi
calon guru yang adatif, produktif dan berkarakter. yang dibutuhkan dalam perkuliahan, hanya
saja mereka perlu dilatih untuk memproses
SIMPULAN informasi dari berbagai sumber informasi
Beberapa simpulan yang diperoleh dari hasil ke dalam tulisan kritis, kreatif dan inovatif .
penelitian tentang “Pengembangan Model Penilaian Mereka juga perlu diberi pemahaman untuk
KSAVE (Studi Reasearch and Development) Untuk mengetahui secara baik peraturan-peraturan
Mempersiapkan Mahasiswa Departemen Sejarah menggunakan layanan internet yang aman dan
Menghadapi Tantangan Abad Ke-21) sebagai bertanggungjawab. Mereka juga sudah memiliki
berikut : keterampilan hidup sebagai warga negara dalam
1. Mahasiswa Departemen Pendidikan Sejarah konteks local dan global, keterampilan hidup
yang mengikuti perkuliahan Sejarah Sosial dan dan karier serta keterampilan tanggung jawab
Sejarah Indonesia Kuno memiliki cara berpikir sosial dan personal.
yang lebih rendah dibandingkan dengan 3. Berdasarkan hasil penelitian terungkap
mahasiswa yang mengikuti perkuliahan Belajar bahwa mahasiswa Departemen Sejarah
dan Pembelajaran Sejarah. Hal ini terlihat kurang menyukai kegiatan mendengar dan
dari aspek berpikir kritis, pemecahan masalah mencatat penjelasan dosen di kelas. Mereka
dan pembuatan keputusan selama proses lebih menyukai kegiatan diskusi/dialog yang
perkuliahan Sedangkan aspek kreativitas, inovasi interaktif kritis antara dosen dan mahasiswa
dan metakognisi menunjukkan kriteria rendah atau antar mahasiswa serta pencarian informasi
untuk ketiga mata kuliah tersebut. Oleh karena lewat internet dibandingkan dengan membaca
itu cara berpikir mahasiswa perlu dikemas secara buku di perpustakaan. Hal ini perlu menjadi
baik dan menjadi perhatian dosen pengampu perhatian dosen pengampu perkuliahan di
setiap mata kuliah di Departemen Pendidikan Departemen Pendidikan Sejarah.
Sejarah agar kemampuan mahasiswa dalam 4. Mahasiswa Departemen Pendidikan Sejarah
menginterpretasi, menganalisis, mengevaluasi, selalu mengupayakan menghargai teman
membuat inferensi, menjelaskan, mengatur yang memiliki latar belakang budaya, agama,
diri, memecahkan masalah, membuat tingkatan sosial dan ekonomi yang berbeda
keputusan, mengembangkan kreativitas, baik di lingkungan kampus maupun rumah.
inovasi dan metakognisi dapat tercapai Mereka berusaha untuk membekali diri dengan
dengan baik. Kemampuan-kemampuan keterampilan-keterampilan berkomunikasi,
tersebut apabila dielaborasikan dengan aspek berbahasa asing, bekerjasama untuk bergaul
nilai dan sikap sehingga dapat menghasilkan di berbagai kalangan. Tetapi mereka jarang
kompetensi sikap rasa ingin tahu, berpikir melakukan kegiatan yang memprakarsai
terbuka, adil, fleksibel dan jujur. Keterpaduan kegiatan-kegiatan positif seperti anti narkoba,
antara aspek pengetahuan dan sikap ini akan anti kekerasan dsb baik di lingkungan kampus
75
Yani Kusmarni, Tarunasena, dan Iing Yulianti
Pengembangan Model Penilaian KSAVE Dalam Pembelajaran Sejarah
maupun rumah atau ikut berpartisipasi baik Classroom: a guide for instructional leaders.
di lingkungan kampus maupun rumah dalam Virginia: ASCD.
memperingati hari-hari bersejarah. Padahal Mueller, John. Authentic Assessment Toolbox, t.t.
Pendidikan Sejarah sebagai salah satu pendidikan What is Authentic Assessment ?.
yang menanamkan rasa nasionalisme, cinta Naisbit, John. (Terj). (1994). Global Paradoks:
tanah air, nilai kepahlawanan dsb memiliki Semakin Besar Ekonomi Dunia, Semakin Kuat
peranan penting untuk mengembangkan Perusahaan Kecil. Jakarta: Binarupa Aksara.
keterampilan hidup ini di perkuliahan agar Ohmae, Kenichi. (Terj.). (2007). The Next Global
para calon guru sejarah memahami pentingnya Stage: Tantangan dan Peluang Di Dunia Yang
pembelajaran sejarah untuk abad 21. Tidak Mengenal Batas Kewilayahan. Jakarta:
Indeks.
REFERENSI Pacific Policy Research Center. (2010). 21st Century
Skills for Students and Teachers . [online].
Anderson, LW & David R. Krathwohl. (2001). Diakses dari: http://www.ksbe.edu/_assets/spi/
Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, pdfs/21_century_skills_full.pdf
Pengajaran dan Asesmen: Revisi Taksonomi Picford, Ruth and Sally Brown. (2006). Assessing
Pendidikan Bloom. Pustaka Belajar:Yogyakarta. Skills and Practice. Canada: Routledge.
Basuki, Ismet dan Hariyanto. (2014). Asesmen Scriven, M., & Paul, R. (2008). Defining critical
Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. thinking. The Critical Thinking Community:
Binkley, Marilyn. (2012). Defining Twenty-First Foundation for Critical Thinking. [online].
Century skills. London: Springer. Diakses dari: http://www.criticalthinking.org/
Borg, W.R.& Gall, M.D. (1979). Educational aboutCT/define_critical_thinking.cfm
Research: An introduction. New York & London: Shalaway, L. (2005). Learning to Teach. New York :
Longman. Scholastic Teaching Resources.
Brookhart, Susan M., (2013). How to Create and Use Suwandi, Sarwiji. (2010). Model Assessmen dalam
Rubrics for Formative Assessment and Grading. Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka.
Virginia:ASCD. Suwandi. (2005). Penilaian Pembelajaran Bahasa
Fisher, Douglas and Nancy Frey. (2007). Checking dan Sastra Indonesia dalam Kurikulum 2004
for Understanding: Formative Assessment Standar Kompetensi. Makalah.
Techniques for Your Classroom. Virginia:ASCD. Trilling, B. & Fadel, C. (2009). 21st Century Skills :
Griffin, Patrick., Barry McGaw and Esther Care. Learning for Life in Our times. San Francisco :
(2012). Assessment and Teaching of 21st Century John Wiley & Sons, Inc.
Skills. New York:Springer. Yusuf, Muri. (2015). Asesmen dan Evaluasi
Hasan, S.H. (2012). Pendidikan Sejarah Indonesia: Pendidikan: Pilar Penyedia Informasi dan
Isu dalam Ide dan Pembelajaran. Bandung: Kegiatan Pengendalian Mutu Pendidikan.
Rizqi Press. Jakarta: Fajar Interpratama Mandiri.
Indratno, Ferry (editor). (2013). Menyambut
Kurikulum 2013. Jakarta: Kompas Media
Nusantara.
Ismaun. (2005). Filsafat Sejarah. Bandung: Historia
Utama Press.
Lewin, Larry., Betty Jean Shoemaker. (2011).
Great Performances: Creating Classroom-Based
Assessment Tasks. Virginia:ASCD.
Majid Abdul. (2014). Penilaian Autentik: Proses dan
Hasil Belajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Moss, Connie M and Susan M. Brookhart. (2009).
Advancing Formative Assessment in Every
76