Fauzia Latif

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

ANALISIS RASIO PROFITABILITAS UNTUK MENGUKUR

KINERJA BANK BPR HARAU PAYAKUMBUH


FAUZIAH LATIF, JHON FERNOS
Akademi Keuangan dan Perbankan “Pembangunan”
Email Institusi Pembimbing : [email protected]

ABSTRACT

From the BOPO ratio of BPR Harau Payakumbuh in 2012 the value of BOPO
was 83.19%, in 2013 the value was 84.58%, in 2014 the value was 85.95%, in
2015 the value was 85.53%. That to measure the ability of operating income to
cover operating costs, the smaller the BOPO the more efficient the bank is in
controlling its operational costs, the greater the profits the bank will get. From
the ratio of NPM BPR Harau Payakumbuh in 2012 the value was 14.53%, in
2013 the value was 13.34%, in 2014 the value was 12.03%, in 2015 the value was
12.37%. So that the bank's ability to decline in generating net income. If the
bigger the better, but this can be used as a representative measure, because the
profits obtained must also be compared with the amount of funds used to obtain
the profit. From the ratio of ROA to Hajj Payakumbuh in 2012 the value is
2.84%, year 2013 ROA value is 2.61%, in 2014 the value is 2.48%, in 2015 the
value is 2.29%. So the BPR of Harau Paykumbuh ROA decreases every year,
although the performance of BPR Harau Payakumbuh remains good because its
value is still above the average BI assessment. If the ROA is lower the bank will
not be able to operate effectively and efficiently in utilizing the assets it has in
generating profits. From the 2012 ROE ratio of BPR Harau Payakumubuh the
value was 23.52%, in 2013 the value was 22.41%, in 2014 the value was 20.45%,
and in 2015 the value was 18.22%. So from 2012 to 2015 there was a decline, so
that the bank's ability to generate net income from capital was low. However, the
ROE is still said to be good because the value is above the average BI
assessment.

Keywords : Bank, Analisa Rasio Keuangan, Profitabilitas, Kinerja Keuangan

PENDAHULUAN
Dalam perkembangan dunia perbankan akhir-akhir ini mengalami kemajuan
yang sangat pesat. Peranan bank sangat penting bagi masyarakat Indonesia, karna pada
dasarnya perbankan bertujuan untuk menunjang pembangunan nasional dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Perkembangan yang sangat pesat ini dialami
oleh baik Bank Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat, maka setiap Bank bisa
meningkatkan profitabilitasnya.
Menurut Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Bank adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.Dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan,
menurut jenisnya Bank terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Bank Perkreditan rakyat (BPR) adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah dalam kegiatannya tidak memberikan
jasa lalu lintas pembayaran. Salah satu BPR di Indonesia adalah Bank Perkreditan
Rakyat Harau Payakumbuh.
Agar dapat melaksanakan tugas pokok dan mempertahankan kelangsungan
BPR kepercayaan masyarakat sangat penting. Untuk memperoleh gambaran tentang
perkembangan finansial suatu Bank, perlu mengadakan analisa atau interpretasi
terhadap data finansial dari Bank bersangkutan, dimana data finansial tercermin di
dalam laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan
lain-lain.
Laporan keuangan merupakan data-data keuangan yang sifatnya kuantitatif
yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat
tertentu atau jangka waktu tertentu. Dalam menjalankan usahanya sebagai lembaga
keuangan kegiatan bank sehari-hari tidak terlepas dari bidang keuntungan. Dalam
menganalisa dan menilai posisi keuangan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan
Bank dalam menghasilkan keuntungan atau laba. Maka untuk mengukur keefektifan
kegiatan operasional Bank dapat diketahui melalui rasio profitabilitas.
Pengertian rasio profitabilitas adalah rasio yang menunjukan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba dari kegiatan operasionalnya. Sehingga hasil rasio
profitabilitas dapat dijadikan gambaran tentang efektivitas kinerja bank ditinjau dari
laba bersih yang diperoleh dibandingkan dengan biaya pendapatannya. Profitabilitas
merupakan faktor yang seharusnya mendapat perhatian penting karena untuk dapat
melangsungkan hidupnya, suatu bank harus berada dalam keadaan yang
menguntungkan (profitable). Semakin besar profitabilitas berarti semakin baik, karena
kemakmuran bank meningkat dengan semakin besarnya profitabilitas. Rasio
profitabilitas terdiri atas Rasio Biaya Operasional, Net Profit Margin, Operating Income
Ratio, Return On Asset dan Return On Equity.Berikut ini hasil dari perhitungan analisis
ratio profitabilitas BPR Harau untuk periode 2012-2015.

Tabel 1.1
Perhitungan Analisis Rasio Profitabilitas
Periode 2012-2015
Keterangan 2012 2013 2014 2015
BOPO 83,19% 84,58% 85,95% 85,53%
NPM 14,53% 13,34% 12,03% 12,37%
ROA 2,84% 2,61% 2,48% 2,29%
ROE 23,52% 22,41% 20,45% 18,22%
Sumber : Data Olahan

BPR Harau Payakumbuh yang beralamat di Tanjung Pati Kecamatan Harau


Kota Payakumbuh dalam ini laporan laba/rugi perusahaannya dalam posisi profitabilitas
mengalami penurunan. Ini dapat dilihat BOPO tahun 2012 sampai 2014 mengalami
kenaikan pada tahun 2014 BOPO (85,53%) namun tahun 2015 BOPO (85,53%) turun
sebesar 0,42%, NPM tahun 2012 sebesar (14,53%) sedangkan tahun 2013 (13,34%)
turun sebesar 1,19%, ROA pada tahun 2012 (2,84%) sedangkan tahun 2013 (2,61%)
turun sebesar 0,23%, ROE tahun 2012 sebesar(23,52%) sedangkan tahun 2013
(22,41%) turun sebesar 1,11%.

LANDASAN TEORI
Menurut Munawir (2004:2) mengemukakan pengertian laporan keuangan
sebagai berikut: “Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi
yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu
perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas dari
perusahaan tersebut”.
Selanjutnya menurut Harahap (2004:7) mengemukakan bahwa: “Laporan
keuangan adalah merupakan pokok atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi yang
menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses
pengambilan keputusan dan juga dapat menggambarkan indikator kesuksesan suatu
perusahaan mencapai tujuannya”.Adapun karakteristik dari laporan keuangan menurut
Harahap 1997 adalah: dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan.
Tujuan dari laporan keuangan menurut Harahap 1997 adalah
1. Untuk menyediakan informasi yang menyangkut kinerja serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
2. Menunjukkan apa yang dilakukan manajemen (stewardship), atau
pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Pengguna dari laporan keuangan adalah Harahap 1997: investor, karyawan,
pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha, pelanggan, pemerintah,dan masyarakat.
Komponen darai laporan keuangan adalah: laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir
periode, aporan laba rugi komprehensif laba rugi dan penghasilan komprehensif lain
selama periode tertentu, laporan perubahan ekuitas selama periode tertentu, laporan arus
kas selama periode tertentu, catatan atas laporan keuangan, laporan posisi keuangan
pada awal periode komparatif sebelumnya yang disajikan ketika entitas menerapkan
suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos
laporan keuangan.
Analisis laporan keuangan menurut Harahap (2006: 190) adalah sebagai
berikut: “Analisis laporan keuangan yaitu menguraikan pos-pos laporan keuangan
menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat
signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data
kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi
keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang
sangat tepat”.
Menurut Weston (1990), menjelaskan secara umum bahwa rasio keuangan
dibagi menjadi 4 jenis, antara lain: rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, dan
rasio profitabilitas.
1. Rasio Likuiditas adalah rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek. Rasio likuiditas dibagi
menjadi dua macam, antara lain sebagai berikut:a. Rasio Kas/Cash Ratio adalah
perbandingan antara aktiva lancar yang paling likuid dengan total utang lancar. b.
Rasio Lancar/Current Ratio adalah pengukuran yang digunakan secara luas untuk
mengevaluasi likuiditas perusahaan dan kemampuan membayar utang jangka
pendek. c. Rasio Cepat/Quick Ratio mengatakan bahwa rasio ini menunjukkan
kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi utang lancar.
2. Rasio Solvabilitas adalah menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan baik kewajiban
keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.Rasio solvabilitas dibagi menjadi
lima macam, yaitu: a. Rasio Hutang/Total Debt to total Asset Ratio. Rasio total
hutang dengan total aktiva yang biasa disebut rasio hutang, mengukur presentase
besarnya dana yang berasal dari hutang.b. Rasio Laba terhadap Beban Bunga/Times
Interest Earned, disebut rasio penutupan (coverage ratio). Ratio ini mengukur
sejauh mana laba perusahaan boleh menurun tanpa mencoreng wajah keuangan
perusahaan karena tidak mampu membayar beban bunga tahunan. c. Rasio
Penutupan Beban Tetap/Fixed Charge Coverage, hampir sama dengan ratio laba
terhadap beban bunga, akan tetapi dimasukkan beban lain dimana pada umumnya
perusahaan menyewa aktiva (leasing) dan menanggung kewajiban jangka panjang
atas dasar kontrak lease. d. Ratio Penutupan Arus Kas/Cash Flow Coverage Ratio,
disini perusahaan harus mempunyai cukup arus masuk kas untuk dapat menutup
semua pembayaran kewajiban arus kas setelah pajak dibayar.
3. Rasio Profitabilitas adalah menunjukan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu. Rasio profitabilitas dibagi menjadi lima
macam, yaitu: a. Marjin Laba atas Penjualan/Profit Marjin on Sales, marjin laba
atas penjualan dihitung dari laba bersih sesudah pajak dibagi dengan penjualan,
menghasilkan laba untuk setiap rupiah (atau satuan moneter lain) penjualan. b.
Hasil Pengembalian atas Total Aktiva/Return On Total Assets, rasio ini mencoba
mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumber dayanya,
yang kadang-kadang disebut dengan hasil pengembalian atas investasi (Return On
Investmen/ROI). c. Hasil Pengembalian atas Modal/Return on Net Worth,ratio ini
mengukur tingkat hasil pengembalian dari investasi para pemegang saham.
4. Rasio Aktivitas yaitu rasio yang mengukur seberapa efektif (hasil guna) perusahaan
menggunakan sumber dayanya. Rasio Aktivitas diantaranya adalah: a. Perputaran
Persediaan/Inventory Turnover, digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang
tertanam dalam persediaan yang berputar pada suatu periode tertentu, atau
likuiditas dari persediaan dan tendensi adanya “overstock”. b. Periode Penagihan
Rata-Rata, rasio ini mengukur perputaran piutang, yang dihitung dalam dua tahap:
(1) penjualan tahunan dibagi dengan 360 untuk mendapatkan penjualan harian rata-
rata dan, (2) piutang dibagi dengan penjualan harian rata-rata untuk memperoleh
jumlah hari dimana penjualan terikat dengan piutang. Jumlah hari tersebut
merupakan periode penagihan rata-rata, oleh karena merupakan lamanya waktu
rata-rata bagi perusahaan harus menunggu menerima pembayaran setelah terjadi
penjualan. c. Perputaran Aktiva Tetap/Fixed Assets Turnover, Ratio ini mengukur
perputaran dari alat-alat dan mesin pabrik. d. Perputaran aktiva/Total Assets
Turnover, digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam
keseluruhan aktiva yang berputar pada suatu periode atau kemampuan modal yang
diinvestasikan untuk menghasilkan “revenue”.
Kinerja keuangan perusahaan menurut Munawir 2000, merupakan suatu
gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat
analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan
suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Adapun
manfaat dari penilaian kinerja keuangan perusahaan (Munawir: 2000) adalah sebagai
berikut: Untuk mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalam suatu
periode tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatannya,
untuk menilai kontribusi suatu bagian dalam pencapaian tujuan perusahaan secara
keseluruhan, dapat digunakan sebagai dasar penentuan strategi perusahaan untuk masa
yang akan dating, memberi petunjuk dalam pembuatan keputusan dan kegiatan
organisasi pada umumnya dan divisi atau bagian organisasi pada khususnya, sebagai
dasar penentuan kebijaksanaan penanaman modal agar dapat meningkatkan efisiensi
dan produktivitas perusahaan.
Tujuan penilaian kinerja perusahaan menurut Munawir (2000:31) adalah
sebagai berikut: Untuk mengetahui tingkat likuiditas, untuk mengetahui tingkat
solvabilitas, untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu, untuk
mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan untuk melakukan
usahanya dengan stabil.
Helfert (1996:67) menjelaskan penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan
merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh manajemen agar dapat memenuhi
kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan yang ditimbulkan sebagai
akibat dari proses pengambilan keputusan manajemen, merupakan persoalan yang
kompleks karena menyangkut efektivitas pemanfaatan modal dan efisiensi dari kegiatan
perusahaan yang menyangkut nilai serta keamanan dari berbagai tuntutan yang timbul
terhadap perusahaan.
Jadi dalam menilai kinerja keuangan perusahaan, dapat digunakan suatu ukuran
atau tolok ukur tertentu. Biasanya ukuran yang digunakan adalah rasio atau indeks yang
menghubungkan dua data keuangan. Adapun jenis perbandingan dalam analisis rasio
keuangan meliputi dua bentuk yaitu membandingkan rasio masa lalu, saat ini ataupun
masa yang akan datang untuk perusahaan yang sama.

METODE PENELITIAN
Dalam pengumpulan data dan bahan untuk melakukan penelitian ini,
digunakan metode sebagai berikut :
1. Metode pengumpulan data
a. Studi Lapangan ( Field Research)
Peninjauan langsung ke objek penelitian di pilih untuk meneliti hasil data
primer. Penelitian langsung ke lapangan ini akan dapat membantu penulis
untuk melengkapi data yang diperlukan. Adapun cara riset lapangan ini adalah
dengan mewawancarai pihak-pihak yang berkepentingan dalam hal ini adalah
perusahaan atau instansi yang terkait.
b. Studi Kepustakaan ( Library Research )
Penelitian yang dilakukan ke perpustakaan beberapa buku-buku ilmiah dan
tulisan-tulisan yang berhubungan dengan pembahasan yang dilakukan.
2. Metode Analisis Data
Dalam mengangalisa data, penulis menggunakan analisis data kualitatif dan
kuantitatif. Dimana metode kualitatif menggambarkan, memahami dan menjelaskan
data yang diteliti selama penelitian berlangsung, sedangkan metode kuantitatif
menganalisa perhitungan tingkat profitabilitas pada PT. BPR Harau Payakumbuh.

Untuk memperoleh perkembangan atau kinerja hasil usaha suatu bank perlu
diadakan suatu interpretasi atau analisa terhadap finansial bank yang bersangkutan.
Dalam menganalisa dan menilai posisi keuangan untuk mengetahui seberapa jauh
kemampuan bank dalam menghasilkan keuntungan atau laba. Maka untuk mengukur
keefektifan kegiatan operasional bank dapat diketahui melalui rasio profitabilitas.
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dan
mencari keuntungan. Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan
menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada dilaporan keuangan
neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode.
Penggunaan seluruh atau sebagian rasio profitabilitas tergantung dari kebijakan
manajemen. Semakin lengkap jenis rasio yang digunakan semakin sempurna hasil yang
akan dicapai. Artinya pengetahuan tentang kondisi dan posisi profitabilitas perusahaan
dapat diketahui secara sempurna. Masing-masing jenis rasio profitabilitas digunakan
untuk menilai serta mengukur posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu
untuk beberapa periode. Menurut Kasmi (2008:199) jenis-jenis rasio profitabilitas
adalah:
1. Rasio Biaya Operasiona (BOPO)
Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan
pendapatan operasional. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan


kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan
utama bank pada prinsipnya adalah berindak sebagai perantara, yaitu menghimpun
dan menyalurkan dana (misalnya dana masyarakat), maka biaya dan pendapatan
operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga.
2. Net Profit Margin (NPM )
Net profit margin adalah rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba)
yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan
operasionalnya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

3. Return On Assets (ROA)


Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu
bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan
semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut.

Dalam rangka mengukur tingkat kesehatan bank terdapat perbedaan kecil antara
perhitungan ROA berdasarkan teoretis dan cara perhitungan berdasarkan ketentuan
Bank Indonesia. Secara teoretis, laba yang diperhitungkan adalah laba setelah pajak
sedangkan dalam sistem CAMEL laba yang diperhitungkan adalah laba sebelum
pajak.
4. Return on equity (ROE)
ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri. Rasio ini
banyak diamati oleh para pemegang saham bank (baik pemegang saham sendiri
maupun pemegang saham baru). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

ROE
merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang saham dan calon
investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang
dikaitakan denga pembayaran deviden. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi
kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan. Selanjutnya kenaikanLaba
Bersih tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham bank.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Profitabilitas adalah kemampuan bank untuk untuk memperoleh laba. Laba
terdiri dari laba kotor, laba operasi, dan laba bersih. Dalam perhitungan rasio-rasio
profitabilitas ini basanya dicari hubungan timbal balik antar pos yang terdapat pada
laporan laba rugi dengan pos-pos pada neraca bank guna memperoleh berbagai indikasi
yang bermanfaat dalam mengukur tingkat efisiensi dan profitabilitas bank yang
bersangkutan.Adapun rumus-rumus perhitungan ratio profitabilitas bank yang sering
digunakan adalah sebagai berikut:
a. Rasio Biaya Operasional (BOPO)
Rasio biaya operasional menunjukan perbandingan antara biaya operasional dan
pendapatan operasional. Semakin kecil BOPO menunjukan semakin efisien bank
dalam menjalankan aktivitas usahanya. Bank yang sehat rasio BOPO nya kurang
dari Rp. 1,00 sebaliknya bank yang kurang sehat rasio BOPO nya lebih dari Rp.
1,00. Semakin tinggi biaya pendapatan maka bank menjadi tidak efisien.

Tabel 3.1
Perhitungan Rasio Biaya Operasional PT.BPR Harau Payakumbuh
Tahun 2012-2015
Tahun Biaya Operasional Pendapatan Operasional BOPO
(1) (2) (1 : 2 ) × 100 %
2012 Rp.8.616.149.738 Rp. 10.358.662.944 83,19%
2013 Rp.9.236.063.767 Rp. 10.919.941.907 84,58%
2014 Rp.9.530.709.622 Rp. 11.088.639.695 85,95%
2015 Rp.9.530.698.054 Rp. 11.143.362.819 85,53%
Sumber : Data Olahan

a. Tahun 2012

Berdasarkan perhitungan diatas tahun 2012 BOPO PT.BPR Harau


Payakumbuh sebesar 83,19% yang berarti bahwa Rp. 1,00 pendapatan
operasional yang diterima berasal dari biaya operasional sebesar 0,8319.

b. Tahun 2013
BOPO tahun 2013 berarti bahwa kemampuan PT.BPR Harau Payakumbuh
dalam melakukan kegiatan operasinya efisien, ini dapat dilihat dari BOPO
sebesar 84,58% dengan analisa bahwa setiap Rp. 1,00 pendapatan yang
diterima berasal dari biaya operasional sebesar 0,8458.

c. Tahun 2013
BOPO tahun 2014 berarti bahwa kemampuan PT.BPR Harau Payakumbuh
dalam melakukan kegiatan operasinya efisien, ini dapat dilihat dari BOPO
sebesar 85,95% dengan analisa bahwa setiap Rp. 1,00 pendapatan yang
diterima berasal dari biaya operasional sebesar 0,8595.

d. Tahun 2013
BOPO tahun 2015 berarti bahwa kemampuan PT.BPR Harau Payakumbuh
dalam melakukan kegiatan operasinya efisien, ini dapat dilihat dari BOPO
sebesar 85,53% dengan analisa bahwa setiap Rp. 1,00 pendapatan yang
diterima berasal dari biaya operasional sebesar 0,8553.
Dari analisa BOPO dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja bank mengalami
penurunan karena BOPO PT.BPR Harau Payakumbuh besar setiap tahunnya
dari yang ditetapkan.
b. Net Profit Margin (NPM) Ratio
Net profit margin menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh
bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan
operasionalnya. Penilaian rata-rata ratio NPM menurut BI yaitu sebesar 10%
atau besar dari 0,1. Berdasarkan data yang diperoleh net profit margin PT.BPR
Harau Payakumbuh selama tahun 2012 sampai dengan 2015 menggunakan
rumus sebagai berikut.

Tabel 3.2
Perhitungan Net Profit Margin PT.BPR Harau Payakumbuh
Tahun 2012-2015
Tahun Laba Bersih PendapatanOperasional NPM
(1) (2) (1 : 2 ) × 100 %
2012 Rp. 1.504.886.912 Rp. 10.358.662.944 14,53%
2013 Rp. 1.457.043.734 Rp. 10.919.941.907 13,34%
2014 Rp. 1.334.164.883 Rp. 11.088.639.696 12,03%
2015 Rp. 1.378.729.112 Rp. 11.143.362.819 12,37%

Sumber : Data Olahan

a. Tahun 2012

Berdasarkan perhitungan diatas tahun 2012 NPM PT.BPR Harau Payakumbuh


sebesar 14,53% yang berarti bahwa Rp. 1,00 laba bersih yang diterima berasal
dari pendapatan operasional sebesar 0,1453
.
b. Tahun 2013
NPM tahun 2013 berarti bahwa kemampuan PT.BPR Harau Payakumbuh
efisien dalam melakukan kegiatan operasinya, ini dapat dilihat dari NPM
sebesar 13,34% dengan analisa bahwa setiap Rp. 1,00 laba bersih yang
diterima berasal dari pendapatan operasional se besar 0,1334.

c. Tahun 2014

NPM tahun 2014 berarti bahwa kemampuan PT.BPR Harau Payakumbuh


efisien dalam melakukan kegiatan operasinya, ini dapat dilihat dari NPM
sebesar 12,03% dengan analisa bahwa setiap Rp. 1,00 laba bersih yang
diterima berasal dari pendapatan operasional sebesar 0,1203.

e. Tahun 2015

NPM tahun 2015 berarti bahwa kemampuan PT.BPR Harau Payakumbuh


efisien dalam melakukan kegiatan operasinya, ini dapat dilihat dari NPM
sebesar 12,37% dengan analisa bahwa setiap Rp. 1,00 laba bersih yang
diterima berasal dari pendapatan operasional sebesar 0,1237.
Dari analisa NPM dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja bank mengalami
penurunan.
c. Return On Assets (ROA)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Penilaian rata-rata rasio
ROA menurut standar BI yaitu sebesar 0,5% atau Rp. 0,005. Semakin besar
ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank
tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset.
Berdasarkan data yang diperoleh return on assets PT.BPR Harau Payakumbuh
selama tahun 2012 sampai dengan 2015 menggunakan rumus sebagai berikut.

Tabel 3.3
Perhitungan Return On Assets PT.BPR Harau Payakumbuh
Tahun 2012-2015
Tahun Laba Bersih Total Aktiva ROA
(1) (2) (1 : 2 ) × 100 %
2012 Rp.1.504.886.912 Rp. 53.062.830.166 2,84%
2013 Rp.1.457.043.734 Rp. 55.764.396.114 2,61%
2014 Rp.1.334.164.883 Rp. 53.667.708.308 2,48%
2015 Rp.1.378.729.112 Rp. 60.280.671.231 2,29%

Sumber : Data Olahan

a. Tahun 2012

Berdasarkan perhitungan diatas tahun 2012 ROA PT.BPR Harau


Payakumbuh sebesar 2,84% yang berarti bahwa Rp. 1,00 laba bersih
yang diterima berasal dari total aktiva sebesar 0,284.
b. Tahun 2012

ROA tahun 2013 berarti bahwa kemampuan PT.BPR Harau


Payakumbuh efisien dalam melakukan kegiatan operasinya, ini dapat
dilihat dari ROA sebesar 2,61% dengan analisa bahwa setiap Rp. 1,00
laba bersih yang diterima berasal dari total aktiva sebesar 0,261.
c. Tahun 2012

ROA tahun 2014 berarti bahwa kemampuan PT.BPR Harau


Payakumbuh efisien dalam melakukan kegiatan operasinya, ini dapat
dilihat dari ROA sebesar 2,48% dengan analisa bahwa setiap Rp. 1,00
laba bersih yang diterima berasal dari total aktiva sebesar 0,248.
d. Tahun 2012

ROA tahun 2015 berarti bahwa kemampuan PT.BPR Harau


Payakumbuh efisien dalam melakukan kegiatan operasinya, ini dapat
dilihat dari ROA sebesar 2,29% dengan analisa bahwa setiap Rp. 1,00
laba bersih yang diterima berasal dari total aktiva sebesar 0,229.
Dari analisa ROA dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja bank
mengalami penurunan karena ROA PT.BPR Harau Payakumbuh turun
setiap tahunnya. Semakin menurunnya laba bersih yang diterima dari
total aktiva disebabkan karena terlalu besarnya kredit yang diberikan
tidak diimbangi dengan pengembalian kredit yang mnyebabkan
pendapatan bunga yang akan diterima menurun. Sehingga persentase
laba bersih dibandingkan total aktiva menjadi sedikit.
d. Return On Equity (ROE)
ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan modal
sendiri. Rasio ini merupakan indikator yang sangat penting bagi para
pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank
dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran
deviden. Penilaian rata-rata rasio ROE menurut standar BI yaitu 5%
atau 0,05. Berdasarkan data yang diperoleh return on equity PT.BPR
Harau Payakumbuh selama tahun 2012 sampai dengan 2015
menggunakan rumus sebagai berikut.

ROE
Tabel 3.4
Perhitungan Return On Equity PT.BPR Harau Payakumbuh
Tahun 2012-2015
Tahun Laba Bersih Modal Sendiri ( ROE
(1) 2) (1 : 2 ) × 100 %
2012 Rp.1.504.886.912 Rp. 6.398.591.098 23,52%
2013 Rp.1.457.043.734 Rp. 6.501.236.611 22,41%
2014 Rp.1.334.164.883 Rp. 6.524.062.133 20,45%
2015 Rp.1.378.729.112 Rp. 7.568.626.362 18,22%
Sumber : Data Olahan
a. Tahun 2012

Berdasarkan perhitungan diatas tahun 2012 ROE PT.BPR Harau


Payakumbuh sebesar 23,52% yang berarti bahwa Rp. 1,00 laba bersih
yang diterima diukur dari modal sendiri sebesar 0,2352.
b. Tahun 2012

ROE tahun 2013 berarti bahwa kemampuan PT.BPR Harau


Payakumbuh efisien dalam melakukan kegiatan operasinya, ini dapat
dilihat dari ROE sebesar 22,41% dengan analisa bahwa setiap Rp.
1,00 laba bersih yang diterima diukur dari modal sebesar 0,2241.
c. Tahun 2012

ROE tahun 2014 berarti bahwa kemampuan PT.BPR Harau


Payakumbuh efisien dalam melakukan kegiatan operasinya, ini dapat
dilihat dari ROE sebesar 20,45% dengan analisa bahwa setiap Rp.
1,00 laba bersih yang diterima diukur dari modal sebesar 0,2045.
d. Tahun 2012

ROE tahun 2015 berarti bahwa kemampuan PT.BPR Harau


Payakumbuh efisien dalam melakukan kegiatan operasinya, ini dapat
dilihat dari ROE sebesar 18,22% dengan analisa bahwa setiap Rp.
1,00 laba bersih yang diterima diukur dari modal sebesar 0,1822.
Dari analisa ROE dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja bank
mengalami penurunan karena ROE PT.BPR Harau Payakumbuh turun
setiap tahunnya dari yang diharapkan. Semakin menurunnya laba
bersih yang diterima dari modal sendiri disebabkan karena total
pendapatan operasional yang menurun setiap tahunnya, dan biaya-
biaya operasional meningkat.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis pada halaman sebelumnya, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
Gambaran tingkat profitabilitas PT. BPR Harau Payakumbuh selama
periode 2012 – 2015 dapat disimpulkan bahwa :
Tabel 3.5
PT. BPR Harau Payakumbuh
Perbandingan Rasio Profitabilitas Tahun 2012 – 2015
Rasio 2012 2013 2014 2015 Rata industri
Biaya Opearasional 83,19% 84,58% 85,95% 85,53% 100%
Net Profit Margin 14,53% 13,34% 12,03% 12,37% 10%
Return On Assets 2,84% 2,61% 2,48% 2,29% 0,5%
Return On Equity 23,52% 22,41% 20,45% 18,22% 5%
1. Dari rasio BOPO BPR Harau Payakumbuh tahun 2012 nilai BOPO sebesar
83,19%, tahun 2013 nilainya sebesar 84,58%, tahun 2014 nilanya sebesar
85,95%, tahun 2015 nilainya sebesar 85,53%. Bahwa untuk mengukur
kemampuan pendapatan operasionalnya dalam menutup biaya operasional,
semakin kecil BOPO semakin efisien bank tersebut mengendalikan biaya
operasionalnya, maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar.
2. Dari rasio NPM BPR Harau Payakumbuh tahun 2012 nilainya sebesar
14,53%, tahun 2013 nilainya sebesar 13,34%, tahun 2014 nilainya sebesar
12,03%, tahun 2015 nilainya sebesar 12,37%. Sehingga kemampuan bank
menurun dalam menghasilkan laba bersihnya. Apabila semakin besar akan
semakin baik tetapi hal ini dapat dijadikan ukuran yang representatif, karena
laba yang diperoleh tersebut juga harus dibandingkan dengan besarnya
jumlah dana yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut.
3. Dari rasio ROA BPR Harau Payakumbuh tahun 2012 nilainya sebesar
2,84%, tahun 2013 ROA nilainya sebesar 2,61%, tahun 2014 nilainya
sebesar 2,48%, tahun 2015 nilainya sebesar 2,29%. Jadi ROA BPR Harau
Paykumbuh menurun setiap tahunnya, walaupun demikian kinerja BPR
Harau Payakumbuh tetap baik karena nilainya masih di atas rata-rata
penilain BI. Apabila ROA semakin rendah bank tidak akan bisa beroperasi
dengan efektif dan efisien dalam memanfaatkan asset yang dimilikinya
dalam menghasilkan keuntungan.
4. Dari rasio ROE BPR Harau Payakumubuh tahun 2012 nilainya sebesar
23,52%, tahun 2013 nilainya sebesar 22,41%, tahun 2014 nilainya sebesar
20,45%, dan tahun 2015 nilainya sebesar 18,22%. Jadi dari tahun 2012
sampai tahun 2015 mengalami penurunan, sehingga kemampuan bank
dalam mengasilkan laba bersih dari modalnya rendah. Namun ROE tersebut
tetap dikatakan baik karena nilinya di atas rata-rata penilain BI.

DAFTAR PUSTAKA

Amelia, L., & Marlius, D. (2018). Pengendalian Kredit Dalam Upaya Menciptakan
Bank Yang Sehat Pada PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat
Cabang Utama Padang. https://doi.org/10.31227/osf.io/kpc64

Arifin, I. Z., & Marlius, D. (2017). Analisis Kinerja Keuangan PT. Pegadaian Cabang
Ulak Karang. https://doi.org/10.31227/osf.io/n2peu

Bank Indonesia, 2002. Studi Ekonomi Bantuan Profitabilitas Bank Indonesia, Jakarta

Dendawijaya, Lukman, 2009, “Manajemen Perbankan”, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Hadayani, M., & Marlius, D. (2017). Analisis Tingkat Kesehatan PT. BPR Batang
Kapas. https://doi.org/10.31227/osf.io/bq48z
Harahap, 2009, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Ke-1, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, Pernyataan Standar Akuntansi KeuanganNo. 1,


Revisi 2009, Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia,
Jakarta.

Jumingan, 2011, Analisa Laporan Keuangan, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Kasmir, 2002, Analisis Laporan Keuangan, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.

Munawir, 2002, Analisis Laporan Keuangan, Yogyakarta : Liberty.

Putri, Y. A., & Marlius, D. (2018). Analisis Tingkat Kesehatan Bank Pada PT. Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) Jorong Kampuang Tangah Pariaman Cabang
Padang. https://doi.org/10.31227/osf.io/r98pv

Rahmayeli, D. S., & Marlius, D. (2017). Analisis Kinerja Keuangan Pada PT. Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) Batang Kapas Pesisir Selatan.
https://doi.org/10.31227/osf.io/sz5db

Sartono, Agus, 2001, Manajemen Keuangan, BPFE, Yogyakarta.

Susilo, 2002, Panduan Praktis tentang kegiatan Bank Perkreditan Rakyat, Salemba
Empat, Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998, Tentang perubahan Undang-


Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. http://www.bi.go.id

You might also like