Pengaruh Pengolahan Multy Stage System (MSS) Terhadap Perbaikan Kualitas Limbah Cair Laundry Di Bantul Yogyakarta

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

PENGARUH PENGOLAHAN MULTY STAGE SYSTEM (MSS)

TERHADAP PERBAIKAN KUALITAS LIMBAH CAIR LAUNDRY


DI BANTUL YOGYAKARTA

Yamtana*, Bambang Suwerda*, Lilik Hendrarini*

Abstract
The purpose of this research is knowing the influence of processing System
Stage Multy (SSM) to an improved quality laundry liquid waste in Badegan,
Bantul, Yogyakarta.This research is a true expreriment, using research "Test Pre-
Post Test With Control Group Design". Object of research is the laundry liquid
wastes "X" in Badegan, Bantul, Yogyakarta. Variable expreriment: Processing
System Stage Multy (SSM) laundry liquid waste. Variables affected by levels:
Biological Oxygen Demand (BOD5), Chemical Oxygen Demand (COD) and pH.
Characteristics of the controlled variables namely laundry wastewater and effluent
sampling time bar. Laundry research location "X" in the RT. 12 Badegan Hamlet,
Village Bantul, District of Bantul, Bantul, Yogyakarta. Data were analyzed by
descriptive and analytic, data normality using the Kolmogorov-Smirnov test
followed by multivariate ANOVA.
Multivariate ANOVA test results showed that the levels of BOD5 between
treatment groups with the control group there was no effect with p = 0.201. COD
levels between treatment groups with the control group there was no effect with p
= 0.328. pH levels between treatment groups with the control group no significant
effect, with a value of p = 0.000. Effect of Processing System Stage Multy (SSM)
to an improved quality of laundry wastewater to levels: BOD5 a decline of 366.4
mg/L or 65.05%; COD a decline of 931.25 mg/L or 63.9%; pH decline of 2.28 or
21.84%.
No effect of processing System Stage Multy (SSM) to an improved quality of
laundry wastewater for BOD5. No effect of processing System Stage Multy (SSM)
to an improved quality of laundry wastewater to COD. There is a treatment effect
System Stage Multy (SSM) to an improved quality of laundry wastewater for pH
parameters. The type and thickness of the filtration media can not be fully effective
in filtering waste, for it needs to be examined on the thickness and type of media.
Keywords: Processing, System Stage Multy (SSM), laundry wastewater

1. Pendahuluan

Bisnis laundry hingga saat ini cukup marak, termasuk di wilayah Daerah

Istimewa Yogyakarta. Hasil pengamatan peneliti sistem pengolahan limbah

cair laundry belum dilakukan secara akurat. Masih banyak laundry yang ada

tidak mengolah limbah cairnya. Pada bulan Mei 2014 jumlah usaha laundry di

Badegan, Bantul, terdapat 10 pengusaha laundry, dan semuanya membuang

1
limbah cair laundry langsung ke badan air, tanpa diolah terlebih dahulu. Hasil

pemeriksaan di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta

terhadap sampel limbah cair di Laundry X pada bulan Mei 2014, yaitu kadar

BOD sebesar 687 mg/L (standarnya = 50 mg/L), COD 1.080,3 mg/L (standar

125 mg/L), pH 9,50 (standar 6-9).

Kondisi seperti ini dikhawatirkan akan menyebabkan gangguan

ekosistem perairan karena terjadinya pencemaran air. Sehingga dikeluarkan

Peraturan Daerah Nomor: 6 tahun 2009 tentang Pengelolaan Air Limbah

Domestik, Limbah dari laundry tidak boleh dibuang di Instalasi Pembuangan

Limbah (IPAL) komunal, IPAL terpusat, sungai maupun saluran air hujan,

namun harus dilakukan pengelolaan limbah sendiri sebelum dibuang.1)

Bertitik tolak dari hal tersebut, maka perlu dilakukan upaya

pencegahan secara dini dengan melakukan pengolahan limbah cair laundry

sebelum dibuang ke lingkungan sekitarnya. Pengolahan limbah cair laundry

yang kami maksud yakni dengan menekankan pengolahan secara fisik dan

kimia. Pengolahan dengan MSS terdiri dari empat kompartemen, yaitu:

a. Kompartemen 1 berupa bak equalisasi, untuk

menghomogenkan limbah cair;

b. Kompartemen 2 berupa bak koagulasi, untuk menurunkan

kadar BOD5, COD dan pH;

c. Kompartemen 3 berupa bak sedimentasi, untuk

mengendapkan partikel sehingga terjadi penurunan kadar BOD5, COD dan

pH;

d. Kompartemen 4 berupa bak filtrasi, untuk menyaring

partikel sehingga terjadi penurunan kadar BOD5, dan COD.

2
Pengoperasian pengolahan Multi Stage System (MSS) dilengkapi remote

control dengan pertimbangan kemudahan dalam aplikasi, dan meminimalkan

bahaya terkena arus listrik bagi operator alat. Rumusan masalah penelitian ini

adalah apakah ada pengaruh pengolahan Multi Stage System (MSS) terhadap

perbaikan kualitas limbah cair laundry untuk kadar BOD5, COD, pH ?. Tujuan

diketahuinya pengaruh pengolahan Multi Stage System (MSS) terhadap

perbaikan kualitas limbah cair laundry untuk kadar BOD5, COD, pH.

2. Metode

Jenis penelitian ini adalah eksperimen murni (True Experiment), dengan

menggunakan rancangan “Pre Test-Post Test With Control Group Design”.

Obyek dalam penelitian ini yaitu limbah cair laundry X di RT. 12 Dusun

Badegan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Variabel tercoba dalam

penelitian ini yaitu Pengolahan Multi Stage System (MSS) limbah cair laundry.

Variabel terdampak yaitu: kadar Biological Oxygen Demand (BOD5), kadar

Chemical Oxygen Demand (COD), dan pH. Variabel terkendali yaitu: a.

karaktristik limbah cair dikendalikan dengan menghomogenkan kuantitas dan

kualitas limbah pada bak equalisasi; b. Waktu pengambilan sampel limbah cair

laundry dengan mengambil sampel saat kegiatan pembuangan limbah cair

laundry berlangsung, limbah cair diambil secara sesaat (grab sampling).

Tahap-tahap penelitian antara lain:

a. Pengambilan sampel limbah cair (kelompok perlakuan dan kelompok

kontrol).

b. Mengambil 1.000 ml limbah cair dari masing-masing kelompok untuk

diperiksa sebagai pretest.

3
c. Perhitungan waktu tinggal (detention time) dengan cara mengukur debit

aliran limbah cair laundry menggunakan 600 ml/menit, dosis yard test

bahan koagulan tawas 2 gram/liter.

d. Pengoperasian alat pengolahan yaitu IPAL Multi Stage System (MSS)

e. Setelah limbah cair laundry keluar dari kompartemen 4 segera ditampung

sampel untuk pemeriksaan sebagai sampel post test.

f. Melakukan pengulangan untuk langkah b sampai d sebanyak 15 kali untuk

memperoleh rata-rata penurunan BOD5, COD, pH limbah cair laundry

Analisis data secara deskriptif membandingkan data penelitian dengan

baku mutu limbah cair menurut Peraturan Gubernur D.I.Y. Nomor: 7 Tahun

2010 tentang Standar Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Laundry. Analisis

statistik menggunakan uji multivariat anova.

3. Hasil dan Pembahasan

Hasil pemeriksaan laboratorium di Balai Besar Teknik Kesehatan

Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BBTKL dan P2M),

terhadap 15 sampel pretes dan postes terhadap limbah cair laundry X, pada

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol di Badegan, Bantul, Yogyakarta

sebagai berikut.

Tabel 1

Hasil Pengamatan Kadar BOD5 Limbah Cair Laundry

Antara Pre-Test dan Post-Test pada Kelompok Perlakuan

Kadar BOD5 (mg/L) Selisih mg/L Persentase


Ulangan ke Pre-Test Post-Test Penurunan
1 310 68,1 241,9 78,03
2 380,1 245,1 135 35,52
3 920 220,1 699,9 76,08
4 300,1 250,1 50 16,66

4
5 310,1 210,1 100 32,25
6 770,2 95,2 675 87,64
7 740,2 95,2 645 87,14
8 720,2 110,2 610 84,70
9 700,2 110,2 590 84,26
10 340,2 107,7 232,5 68,34
11 290,2 107,7 182,5 62,89
12 350,2 115,2 235 67,10
13 210,2 42,7 167,5 79,69
14 120,2 90,2 30 24,96
15 100,2 85,2 15 14,97
Jumlah 6.562,3 1.953 4.609,3 900,2
Rata-rata 510,975 144,58 366,40 65,05
Baku Mutu 50

Hasil pemeriksaan terhadap sampel limbah cair laundry dari posttest

pada kelompok perlakuan untuk parameter BOD5, nilai yang tertinggi

adalah 250,1mg/L, terendah sebesar 42,7 mg/L dan rata-ratanya sebesar

144,58 mg/L. Selisih nilai antara pretest dan posttest atau rata-rata

penurunan sebesar 366,4 mg/L atau 65,05 %. Hal ini belum memenuhi

baku mutu dengan nilai 50 mg/L, namun daya kerja alat pengolahan Multi

Stage System (MSS) limbah cair laundry ini secara nyata sudah dapat

menurunkan kadar BOD5 sebesar 65,05 %.

Hasil ini penelitian ini belum optimal karena aerator yang dipakai

dayanya kecil, sehingga proses pengadukan bahan koagulan kurang

kencang/cepat. Jenis dan ketebalan media filtrasi perlu diteliti lebih lanjut

sehingga dapat diketahui efektifitasnya. Penelitian ini lebih efektif bila

dibandingkan dengan penelitiannya Sugito tentang pengolahan limbah

Rumah Sakit Bunda Surabaya, dengan Biofilter dapat menurunkan

kandungan BOD5 sebesar 51,17 %.2)

Tabel 2

Hasil Pengamatan Kadar COD Limbah Cair Laundry

5
Antara Pre-Test dan Post-Test pada Kelompok Perlakuan

Kadar COD (mg/L) Selisih mg/L Persentase


Ulangan ke Pre-Test Post-Test Penurunan
1 817,5 210 607,5 74,31
2 1.015 675 340 33,50
3 1.000 660 340 34,00
4 1.015 665 350 34,48
5 607,5 370 237,5 39,09
6 2.137,5 322,5 1.815 84,91
7 2.150 305 1.845 85,81
8 2.150 325 1.825 84,88
9 2.162,5 282,5 1.880 86,94
10 962,5 275 687,5 71,43
11 885 272,5 612,5 69,21
12 930 295 635 68,28
13 327,5 142,5 185 56,49
14 327,5 185 142,5 43,51
15 322,5 187,5 135 41,86
Jumlah 16.810 5.172,5 11.638 908,7
Rata-rata 1319.38 388,13 931,25 63,90
Baku Mutu 125

Hasil pemeriksaan terhadap sampel limbah cair laundry dari posttest

pada kelompok perlakuan untuk parameter COD, nilai yang tertinggi

adalah 325 mg/L, terendah sebesar 185 mg/L dan rata-ratanya sebesar

388,13 mg/L. Selisih nilai antara pretest dan posttest atau rata-rata

penurunan sebesar 931,25 mg/L atau 63,9 %. Hal ini belum memenuhi

baku mutu dengan nilai 125 mg/L, namun daya kerja alat pengolahan Multi

Stage System (MSS) limbah cair laundry ini secara nyata sudah dapat

menurunkan kadar COD sebesar 63,9 %.

Hasil ini penelitian ini belum optimal karena aerator yang dipakai

dayanya kecil, sehingga proses pengadukan bahan koagulan kurang

kencang/cepat. Jenis dan ketebalan media filtrasi perlu diteliti lebih lanjut

sehingga dapat diketahui efektifitasnya.

6
Penelitian Purwanto, dkk (2011) efektifitas tanaman Wetland

koagulasi,sedimentasi dan filtrasi dapat menurunkan kadar COD limbah cair

laundry sebesar 83,53 %.3) Sedangkan penelitian Sugito, tentang Aplikasi

Instalasi Pengolahan Air Limbah Biofilter untuk Menurunkan Kandungan

Pencemar BOD, COD dan TSS di Rumah Sakit Bunda Surabaya, untuk

parameter COD dengan efisiensi penurunan sebesar 43,5 %. Penelitian ini

masih kurang efektif bila dibandingkan dengan penelitian Utami (2013),

tentang efektivitas sistem pengolahan limbah cair laundry menggunakan

reaktor biosand filter dapat menurunkan COD rata-rata sebesar 67,54 %, dan

activated carbon dapat menurunkan COD rata-rata sebesar 89,21 %.4)

Tabel 3

Hasil Pengamatan Kadar pH Limbah Cair Laundry

Antara Pre-Test dan Post-Test pada Kelompok Perlakuan

Kadar pH Selisih Persentase


Ulangan ke Pre-Test Post-Test Penurunan (%)
1 10,1 7,2 2,9 28,71
2 10 8,7 1,3 13,00
3 10,3 8,6 1,7 10,3
4 10,3 8,6 1,7 16,50
5 10,3 8,4 1,9 18,45
6 10,8 8,6 2,2 20,37
7 10,8 8,2 2,6 24,07
8 10,8 8,4 2,4 22,22
9 10,8 7,7 3,1 28,70
10 10,2 7,7 ,5 24,51
11 10,2 7,8 2,4 23,53
12 10,2 7,6 2,6 25,49
13 9,8 7,5 2,3 23,47
14 9,8 7,2 2,6 26,53
15 9,8 7,2 2,6 26,53
Jumlah 154,2 119,4 34,8 338,6
Rata-rata 10,40 8,13 2,28 21,84
Baku Mutu 6-9

Hasil pemeriksaan terhadap sampel limbah cair laundry dari posttest

pada kelompok perlakuan untuk parameter pH, nilai yang tertinggi adalah

7
8,7; nilai terendah sebesar 7,2 dan nilai rata-ratanya sebesar 8,13. Selisih

nilai antara pretest dan posttest atau rata-rata penurunan sebesar 2,28

atau 21,84 %. Hal ini sudah memenuhi baku mutu pH limbah cair laundry

dengan nilai antara 6-9.

Data hasil penelitian selanjutnya dilakukan normalitas dengan

Kolmogorov-Smirnov ternyata temasuk data normal, sehingga dilanjutkan

dengan Uji Multivariate Anova hasilnya seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 4. Hasil Uji Multivariat Anova

ANOVA

Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
BOD Between Groups 92863.160 1 92863.160 1.714 .201
Within Groups 1516862.635 28 54173.666
Total 1609725.795 29
COD Between Groups 393880.208 1 393880.208 .989 .328
Within Groups 11147816.667 28 398136.310
Total 11541696.875 29
PH Between Groups 31.212 1 31.212 236.967 .000
Within Groups 3.688 28 .132
Total 34.900 29

Hasil uji Multivariat Anova didapatkan bahwa kadar BOD5 antara

kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol tidak ada pengaruh dengan

nilai p = 0,201. Kadar COD antara kelompok perlakuan dengan kelompok

kontrol tidak ada pengaruh dengan nilai p = 0,328. Kadar pH antara

kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol ada pengaruh dengan nilai

p = 0,000.

4. Kesimpulan

Berdasarkan analisis deskriptif dan uji Multivariat Anova hasil

penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

8
a.Pengaruh pengolahan Multi Stage System (MSS) terhadap perbaikan

kualitas limbah cair laundry untuk kadar: BOD5 terjadi penurunan sebesar

366,4 mg/L atau 65,05%; kadar COD terjadi penurunan sebesar 931,25

mg/L atau 63,9%; kadar pH terjadi penurunan sebesar 2,28 atau 21,84%.

b.Tidak ada pengaruh pengolahan Multi Stage System (MSS) terhadap

perbaikan kualitas limbah cair laundry untuk parameter BOD5.

c.Tidak ada pengaruh pengolahan Multi Stage System (MSS) terhadap

perbaikan kualitas limbah cair laundry untuk parameter COD.

d.Ada pengaruh pengolahan Multi Stage System (MSS) terhadap perbaikan

kualitas limbah cair laundry untuk parameter pH.

Saran :

Saran yang dapat peneliti sampaikan antara lain:

1.Pihak Pemda Kabupaten Bantul memberikan reward bagi penyedia jasa

layanan laundry yang mengolah limbah cairnya, ataupun

peringatan/sanksi bagi pengusaha laundry yang belum mengolah limbah

cairnya sebagai salah satu langkah antisipatif.

2. Pengolahan Multi Stage System (MSS) limbah cair laundry belum dapat

maksimal, hal ini disebabkan antara lain kecepatan pengadukan tawas

pada kompartemen koagulasi masih lambat, sehingga harus ditambah

kecepatan pengadukannya.

3. Jenis dan ketebalan media filtrasi belum dapat sepenuhnya efektif dalam

menyaring limbah, untuk itu perlu tindak lanjut penelitian tentang

ketebalan dan jenis media yang digunakan.

9
4. Alat Pengolahan Multi Stage System (MSS) limbah cair laundry ini baru

pertama kali dipergunakan sehingga masih harus dilakukan

penyempurnaan dan penelitian lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, Peraturan Gubernur DIY Nomor : 7 Tahun 2010 : Standar Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Laundry, Yogyakarta

2. Utami, Anggi Rizkia, 2013, Pengolahan Limbah Cair Laundry dengan


Menggunakan Biosand Filter dan Activated Carbon, Pontianak: Jurnal Teknik
Sipil Untan, Volume 13 Nomor 1 Juni 2013

3. Purwanto, Bambang Suwerda, Yamtana, 2011, Pengaruh Pengolahan


Dengan Wetland Tanaman, Koagulasi, Sedimentasi, Filtrasi Terhadap Kadar
COD, TSS, Fosfat, Deterjen Limbah Cair Laundry “X” di Badengan Bantul,
Yogyakarta

4. Sugito, Aplikasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Biofilter Untuk Menurunkan


Kandungan Pencemar BOD, COD dan TSS di Rumah Sakit Bunda Surabaya,
ISBN No. 978-979-18342-0-9

5. Ahsan S. 2005. Effect of Temperature on Wastewater Treatment with Natural


and Waste Materials [Original Paper] . Clean Technology Enviroment Policy.
7:198-202.

6. Arifin. 2008. Metode Pengolahan Deterjen. http://.wordpress.com [8 Desember


2010].

7. Heryani. A, Puji, H. 2008. Pengolahan Limbah Deterjen Sintetik dengan


Trickling Filter [Makalah Penelitian] http://eprints.undip.ac.id [8 Desember
2010].

8. Metcalf & Eddy, 2004, Engineering Treatment and Reuse, Fourth Edition,
McGraw-Hill Inc, New York

9. Pratama, M.A.; 2008, Penurunan Kadar Detergen pada Limbah Cair Laundry
dengan Menggunakan Reaktor Biosand Filter yang Diikuti Reaktor Activated
Carbon, Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia

10. Savarino. P, Motoneri. G, Musso. G, Boffe. V. 2010. Biosurfactan from urban


waste for detergent formulation: surface activity and washing performance.
Journal Surfactant Detergent. 13:59-68.

11. Sugiharto, 2008, Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah, Jakarta : UI-Press.

10
12. Sukawati, A., 2008, Penurunan Konsentrasi Chemical Oxygen Demand
(COD) pada Air Limbah Laundry dengan Menggunakan Reaktor Biosand Filter
Diikuti dengan Reaktor Activated Carbon, Yogyakarta: Universitas Islam
Indonesia.

11

You might also like