Tokyo Guideline 2018 - Cholecystitis (Small Size)
Tokyo Guideline 2018 - Cholecystitis (Small Size)
Tokyo Guideline 2018 - Cholecystitis (Small Size)
ACUTE
CHOLECYSTITIS
Munawar
Anatomi
Pembagian Secara Anatomis
Kandung Empedu
Variasi a. Low junction between the cystic duct
and common hepatic duct.
b. Cystic duct adherent to the common
hepatic duct.
c. High junction between the cystic and
the common hepatic duct.
d. The cystic duct drains into right hepatic
duct.
e. Long cystic duct that joins the common
hepatic duct behind the duodenum.
f. Absence of the cystic duct.
g. The cystic duct crosses posterior to
the common hepatic duct and joins it
anteriorly.
h. The cystic duct courses anterior to the
common hepatic duct and joins it
posteriorly.
Variasi Vaskularisasi
Limfatik
Definisi
Peradangan akut kantong
empedu, yang sering disebabkan
oleh karna batu empedu, namun
banyak juga faktor penyebab lain
seperti iskemia, gangguan
motilitas, cedera kimiawi, infeksi
oleh mikroorganisme, protozoon
maupun parasit, penyakit
kolagen, dan bias juga
disebabkan oleh reaksi alergi.
Patofisiologi
• Batu empedu adalah penyebab kolesistitis
akut pada sebagian besar kasus
• Adanya sumbatan pada leher atau pada
saluran cystic oleh batu empedu
• Terjadinya peningkatkan tekanan dalam GB
• Tentukan durasi dan derajat obstruksinya
o Durasi parsial dan singkat à kolik empedu
o Durasi lengkap dan panjang à Kolesistitis
akut
o Jika terapi awal tidak diberikan à
memberat dengan risiko komplikasi
Pathological Classification
STAGE FINDINGS
• Interstitial fluid with dilated capillaries and lymphatics
Edematous 2-4
1st • Edematous wall (sub serosal layer) of GB
Cholecystitis days
• Intact GB tissue
• Edematous changes with areas of hemorrhage and scattered
Necrotizing 3-5
2nd necrosis (superficial, not full thickness)
Cholecystitis days
• Vascular thrombosis and occlusion
• WBC infiltration with areas of necrosis and suppuration
Suppurative 7-10 • Active repairing process of inflammation
3rd
Cholecystitis days • Contracted and thick wall due to fibrosis
• Intramural (not entire thickness) and pericholecystic abscesses
Repeated attacks of
Mucosal atrophy and fibrosis of GB wall
mild cholecystitis
Chronic
Chronic irritation by large gallstones
Cholecystitis
Acute on chronic
Neutrophil invasion + lymphocyte/plasma cell infiltration
cholecystitis
Special Forms of Acute Cholecystitis
Acalculous Cholecystitis Acute cholecystitis without cholecystoithiasis
• Cholecystitis with xanthogranulomatous thickening of GB wall and
Xanthogranulomatous raised GB pressure due to stones with rupture of Rokitansky-
cholecystits Aschoff sinuses.
• Leakage and entry of bile into GB wall, ingested by histiocytes to
form granulomas containing foamy histiocytic
• Air in GB wall due to gas-forming anaerobes including Clostridium
Emphysematous perfringens
Cholecystitis • Often seen in diabetes and likely to progress to sepsis and
gangrenous cholecystitis
• INHERITED FACTORS: floating GB
• ACQURIED FACTORS: splanchoptosis, senile humpback, scoliosis,
weight loss
Torsion of GB • PHYSICAL FACTORS: sudden change in intraperitoneal pressure,
sudden change of body position, pendulum-like movement in
anteflexion position, hyperperistalsis of organs near GB, defecation,
and blow to abdomen
Advanced Forms and Type of
Complications Of Acute Cholecystitis
Perforation of • Due to acute cholecystitis, injury or tumors
gallbladder • Most frequently due to ischemia and necrosis of GB wall
• Due to cholecystitis-inducedGB perforation, trauma, and
Biliary
detached catheter during biliary drainage and incomplete suture
Peritonitis
after biliary operation
Pericholecystitic • Perforation of GB covered by surrounding tissue along with
abscess formation of abscesses around GB
• Between GB and duodenum following an episode of acute
cholecystitis
Biliary fistula • Due to large stone eroding through GB wall into duodenum
• Can also cause gallstone ileus (mechanical obstruction by stone at
ileocecal valve)
Insidensi
• + 10% populasi memiliki batu empedu
• 20-40% batu empedu asimtomatik
memiliki risiko untuk berkembangkan
menjadi simptomatik (1-3 % per
tahun)
• 1-2% asimtomatik dan 1-3% gejala
empedu ringan berkembang menjadi
berat dan komplikasi berat
(kolesistitis akut / kolangitis/
pankreatitis dan severe ikterus)
• Kolesistitis akut adalah komplikasi
cholelithiasis yang paling sering
(3,8 - 12%)
• 6,0% kasus severe (disertai
disfungsi organ - grade III)
kolesistitis akut
• 0,2 - 1,0% kasus ERCP berkembang
menjadi kolesistitis akut
Etiology
• 90 - 95% Gallstone
gallstones à Cystic duct
• 3,7 – 14% obstruction
acalculous à bile stasis
cholecysytitis à activation of
inflammatory
mediators and
mucosal injuries
Mechanism
Faktor Resiko
• “4Fs” ( forties, female, fat, fair) and “5Fs”
(4Fs + fecund or fertile) berhubungan
dengan proses pembentukan batu di GB
tetapi tidak ada hubungannya dengan
kolesistitis akut kecuali obesitas
• Obat-obatan à hormonal terapi, thiazides?
Hepatic artery chemotherapy, statins
(protective)
• AIDS (cholangiopathy AIDS dan kolesistitis
akut acalculus)
• Nutrisi parenteral, luka bakar, infeksi,
riwayat operasi, trauma, rawatan ICU
jangka panjang.
Diagnosa Banding
• Gastric and Duodenal ulcer
• Hepatitis
• Pancreatitis
• GB cancer
• Hepatic abscess
• Fitz-Hugh-Curtis syndrome
• Right lower lobar pneumonia
• Angina pectoris/MI
• UTI
Diagnostic Criteria
• Tanda klinis khas dari kolesistitis akut
adalah nyeri perut (hipochondrium
kanan atau epigastrik) à 72-93%
• Diikuti oleh frekuensi mual dan
muntah
• Demam > 38OC à 30% kasus
• Defans musculair à 50% kasus
• Teraba tumor, rebound tenderness,
rigiditas à jarang terjadi
TG18/TG13 Diagnostic Criteria
for Acute Cholecystitis
A. Local signs of 1. Murphy’s sign
inflammation etc. 2. RUQ mass/pain/tenderness
1. Fever
B. Systemic signs of
2. Elevated CRP
inflammation etc.
3. Elevated WBC count
• Imaging findings characteristic of acute
C. Imaging findings
cholecystitis
Suspected diagnosis à one item in A + one item in B
Definite diagnosis à one item in A + one item in B + C
Imaging: USG, CT, Tc-HIDA scans
Laboratorium
• Tidak ada tes darah khusus untuk
menegakkan diagnosis kolesistitis
akut
o Ditemuan tanda inflamasi (> 10.000
mm3 / dLTLC, > 3 mg / dL level CPR)
o Peningkatan ringan dari enzim serum
dalam sistem hepatobilier
o Peningkatan bilirubin (sampai 4 mg /
dL) meskipun tidak mengalami
komplikasi
Ultrasonography
• USG menunjukkan sensitivitas 50-88%
dan spesifisitas 80-88%, diagnostik
ditegakkan bila ada:
o Penebalan dinding GB (> 5mm)
o Adanya cairan pericholecystic
o Terasa langsung saat proof dari USG
mengenai GB (Murphy’s sign USG lebih
bagus daripada Murphy’s sign biasa bila
memungkinkan untuk pemeriksaan
mengenai GB; akurasi dengan
sensitivitas dan spesifisitas 90%)
• Lainnya…
o Pembesaran GB, batu di GB (13%
kasus), adanya debris, adanya gas
sonolucent (hypoechoic) yang
dikenal juga zona low-echo
(sensitivitas 8%, spesifitas 71%)
o Daerah low-echo dengan struktur
ganda yang irregular (tidak
beraturan) (sensitivitas 62%,
spesifisitas 100%)
Apakah Ultrasonografi (USG) dianjurkan untuk
mendiagnosa kolesistitis akut?
×(Kultur darah)
×Kultur darah tidak direkomendasikan secara rutin dilakukan
pada kolesistitis akut grade I (Rekomendasi 2, level D)
×Pertimbangan apa yang harus dilakukan saat memilih
antibiotik untuk terapi kolangitis dan kolesistitis akut ?
Naso(-biliary) GB
Endoscopic Drainage (ENGBD)
GB Drainage transpapillary
GB Stenting (EGBS)
Naso(-biliary) GB
Endoscopic Ultrasound Drainage (EUS-NGBD)
(EUS)-guided
GB stenting (EUS-GBS)
Percutaneous Transhepatic Percutaneous Transhepatic
Gallbladder Drainage (PTGBD) Gallbladder Aspiration (PTGBA)
Sebuah guidewire dimasukkan ke dalam Dengan panduan ultrasound (USG),
kantong empedu setelah jarum kandung empedu ditusuk secara
dimasukkan ke dalam kantong empedu. transhepatik dengan menggunakan sebuah
Kemudian tabung drainase dimasukkan jarum (kiri). Kemudian cairan empedu
melewati guidewire tadi ke kantung disedot dengan menggunakan syringe
empedu (kanan). (kanan).
Endoscopic Nasobiliary Gallbladder Endoscopic Gallbladder
Drainage (ENGBD) Stenting (EGBS)
Skema procedure (kiri). X-ray kanan Skema procedure (kiri). X-ray
menunjukkan kateter nasobiliar yang kanan menunjukkan double-pigtail
ditempatkan di kantong empedu. stent yang ditempatkan di kantong
empedu
Endoscopic Ultrasound Endoscopic Ultrasound
Nasobiliary Gallbladder Drainage Nasobiliary Gallbladder Drainage
(EUS-NGBD) (EUS-NGBD)
Drainase kandung empedu melalui bulbus Drainase kandung empedu melalui bulbus
dari duodenum dengan panduan Endoscopic dari duodenum dengan panduan Endoscopic
Ultrasound (EUS) Ultrasound (EUS)
Management Bundle for
Acute Cholecystitis
1. Ketika ada kecurigaan kolesistitis akut, lakukan segera
diagnostik setiap 6-12 jam sesuai dengan kriteria
diagnostik TG18 sampai diagnosis tegak.
2. Lakukan USG abdomen, bila perlu juga dengan CT scan
atau scan HIDA untuk menegakkan diagnosa.
3. Gunakan kriteria severitas untuk menilai tingkat
keparahan secara berkala: saat diagnosis, dalam 24 jam
setelah diagnosis, dan 24-48 jam setelah diagnosis.
Evaluasi juga risiko dari pembedahan (misalnya
peradangan lokal, CCI, ASA, PS, faktor prediktif).
4. Pertimbangkan tindakan kolesistektomi, segera setelah
diagnosis tegak, mulailah terapi, lakukan pemberian cairan
yang cukup, penggantian elektrolit, puasa, dan pemberian
analgesik intravena serta antibiotik dosis lanjut.
5. Pada pasien Grade I (mild), Lap-C pada stadium awal, yaitu
dalam 7 hari onset (dalam 72 jam lebih baik) sangat
dianjurkan.
6. Jika konservatif terapi dilakukan pada pasien Grade I
(mild) dan tidak ada perubahan terhadap terapi setelah
diobservasi selama 24 jam, maka pertimbangkan untuk
Lap-C bila kondisi pasien bagus dan onset < 7 hari atau
lakukan drainage bilier.
7. Pada pasien Grade II (moderate), pertimbangkan
urgency/early Lap-C bila kondisi pasien baik atau teknik Lap-C
lanjutan tersedia. Jika kondisi pasien buruk lakukan drainase
bilier urgency/early, atau Lap-C delayed/elective dapat dipilih.
8. Pada pasien Grade III (severe) dengan risiko bedah tinggi,
lakukan drainase bilier urgency/early. Jika tidak ada faktor
prediktif yang bersifat negatif atau FOSFc dan pasien memiliki
PS yang baik, Lap-C early di pusat lanjutan dapat dilakukan.
9. Lakukan kultur darah, kultur cairan empedu, atau keduanya,
pada pasien Grade II (moderate) dan Grade III (severe).
10. Pertimbangkan untuk merujuk pasien ke fasilitas lanjutan
yang mampu melakukan urgency/emergency Lap-C, drainage
gallblader, dan tersedianya tempat perawatan intensif.
Terima Kasih