Efek Ekstrak Daun Kare (Murraya Koenigii) Terhadap Pertumbuhan
Efek Ekstrak Daun Kare (Murraya Koenigii) Terhadap Pertumbuhan
Efek Ekstrak Daun Kare (Murraya Koenigii) Terhadap Pertumbuhan
Research Report
Tengku Natasha Eleena Tengku Ahmad Noor, Retno Pudji Rahayu, Bambang Sumaryono
BagianPatologi Anatomi Oral dan Maksilofasial
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga
Surabaya - Indonesia
Korespondensi (correspondence): Tengku Natasha Eleena Tengku Ahmad Noor, Mahasiswa Kedokteran Gigi
Universitas Airlangga BHMN, Surabaya, Indonesia. Email : [email protected]
ABSTRACT
Background: Candida Albicans (C. albicans) is the commonest being of Candida species colonizes the mucosal
surfaces of all humans and have the risk of endogenous infection. Candidiasis of the oral mucosa is a disease,
as an infection frequently seen in AIDS patients and in other conditions. Nowadays, herbal therapy is often used
as an antifungal agent to inhibit the growth of fungus. Thus, this study is using curry leaves (Murraya koenigii)
extract because it is known that curry leaves contain some active agents which are potential as an antifungal
such as carbazole alkaloid, caumarin, flavanoid, tannin and polyphenol. Besides, curry leaves can induce the
phagocytosis activation of macrophage which can help to reduce the growth of C. albicans. Purpose: The aim
of the study is to find out the MIC and MFC of the curry leaves extract towards the growth of C. albicans and
phagocytosis activation of macrophage. Method: Method used in this study for the effects of curry leaves
extract towards C. albicans is dilution with the concentration of 12.5%, 9,375%, 8,75%, 6,25%, 5%, and
3,125%. Phagocytosis activation of macrophage with the method of phagocytosis index is used by counting the
total of macrophage in the isolated peritoneal and number of C. albicans colonies before and after contacted
with macrophage using the MIC and MFC of curryleaves. Result: The concentration of 3,125%, 5% and 6,25%
showed the presence of C. albicans growth while there is no growth of C. albicans in the concentration of
8,75%, 9,375%, and 12,5%. Thus, 6,25% of curry leaves extract has the minimum ability to inhibit the growth
of the C. albicans and 8,75% has the minimum fungicidal property. These two concentrations of curry leaves
extract are observed for the phagocytosis activation of macrophage and 8,75% showed highest ability in
inducing phagocytosis activation of macrophage compared to 6,25%. Conclusion: The MIC and MFC of the
curry leaves towards the growth of C. albicans is approximately at 6,25% and 8,75%. The highest ability in
inducing phagocytosis activation of macrophage towards C. albicans growth is 8,75% curry leaves extract.
Keywords: curry leaves (Murraya koenigii) extract, Candida albicans, minimum inhibitory concentration,
minimum fungicidal concentration, phagocytosis activation of macrophage.
1
Pathology of Oral and Maxillofacial Journal Vol. 1 No. 1
karbazol alkaloid, bioaktif kumarin, alkaloid Universitas Airlangga (diambil dari pasien
dan alkaloid akridin karbazol dari keluarga HIV yang telah dikarekterisasi) dan dilakukan
Rutaceae.3 Kelebihan daun kare termasuk kultur ulang pada media padat Sabouraud
sebagai anti-diabetik4-7 antioksidan5,8, anti Dextrose Broth (Difco) lalu di inkubasi pada
mikroba5,9,10 dan anti inflamasi.11 suhu 37C selama 18 - 20 jam dalam inkubator.
Hasil dari penelitian Abishek et al. 10 3. Persiapan Ekstrak Daun Kare
dilaporkan bahwa, komposisi kimia daun kare Pembuatan ekstrak daun kare dibuat
yaitu 9,12 octadecadienoic acid dapat dari daun kare yang telah dikeringkan. Daun
menghambat pertumbuhan C. albicans dan kare yang telah dikeringkan seterusnya
mikroorganisme lainnya seperti E. coli, dimaserasi dengan etanol 99% [rasio 1:3
Salmonella Typhimurium, Staphylococcus (W/V)] dalam bejana tertutup selama 3x24
Aureus dan Proteus Vulgaris dengan MIC daun jam, setelah itu disaring dengan corong
kare yaitu 0,05 g/ml. Buchner. Hasil saringan didapatkan ekstrak
Dari berbagai kandungan pada daun cair yang diuapkan sampai bebas dari pelarut
kare yang belum diteliti adalah fungsinya selain etanol dengan menggunakan Rotary Vacuum
sebagai anti jamur khususnya pada infeksi C. Evaporator pada suhu 40C dan kemudian
albicans serta fungsinya dalam mengaktivasi disterilkan dengan UV selama 30 menit.13
fagositosis makrofag. Ekstrak metanol daun Ektrak daun kare dibuat dengan
kare dievaluasi pada respon imun oral dan cell konsentrasi 12,5%, 9,375%, 8,75%, 6,25%,
mediated immune response untuk ovalbumin, 5%, dan 3,125% untuk mendapatkan
serta ujifagositosis dengan metode uji bersihan konsentrasi MIC dan MFC daun kare terhadap
karbon. Sifat fagositosis makrofag meningkat pertumbuhan C. albicans.
oleh karena peningkatan produksi nitrit.12 4. Uji Kepekaan Jamur Terhadap Ekstrak
Dengan demikian maka, penelitian Daun Kare dengan Teknik Dilusi
terhadap daun kare dapat menjadi solusi Uji aktivitas antifungi ekstrak daun
alternatif dalam terapi berbahan dasar herbal kare ini dilakukan dengan metode dilusi cair.
terhadap penyakit infeksi jamur, sehingga dapat Uji diawali dengan memasukkan suspensi
meminimalkan efek samping obat anti jamur jamur 1.5x108 CFU/ml C. albicans sebanyak
serta lebih ekonomis dan aman. 0,5 ml ke dalam tiap-tiap tabung uji yang
berisi 0,5 ml larutan uji dalam berbagai
konsentrasi. Campuran suspensi jamur dan
BAHAN DAN METODE larutan uji tersebut diinkubasi pada suhu 37C
selama 24 jam. Kekeruhan larutan hasil
Penelitian ini merupakan jenis inkubasi diamati. Selanjutnya, cairan kultur
penelitian eksperimental dengan pendekatan hasil inkubasi digoreskan pada media agar
the post-test only control group design yang SDA menggunakan ose lalu diinnkubasi pada
menggunakan binatang coba sebagai objek suhu 37C selama 18-24 jam. Pertumbuhan
penelitian. koloni jamur pada media agar Sabouraud
1. Sterilisasi Alat dan Bahan yang Dextrose Agar diamati dan dibandingkan
digunakan dengan kontrol untuk menentukan MIC dan
Semua alat yang akan digunakan MFC ekstrak daun kare terhadap pertumbuhan
dalam penelitian ini sebelumnya akan disteril C. albicans.14
terlebih dahulu dalam autoklaf dengan suhu 5. Persiapan Tikus (Rattus norvegicus)
121C selama 15 menit. dengan Pemberian Ekstrak Daun Kare
Tikus diberikan ekstrak daun kare
2. Persiapan kultur C. albicans setiap hari selama 2 minggu dengan dosis
Stok kultur C.albicans isolat Surabaya tunggal yang mempunyai konsentrasi MFC
diambil dari Laboratorium Biologi Oral FKG dan MIC ekstrak daun kare serta konsentrasi
2
Pathology of Oral and Maxillofacial Journal Vol. 1 No. 1
lebih rendah pada C. albicans secara sonde dandiambil 0,1 ml ke microplate kultur. Cairan
sebanyak 0.2 ml. 3 ekor tikus dijadikan media DMEM dan FBS5% ditambahkan
sebagai subjek diberikan 3 konsentrasi daun sebanyak 0,9 ml kedalam setiap microplate
kare yang berbeda dengan 1 ekor tikus setiap dan dirotasi dengan kelajuan 8 rpm selama 20-
konsentrasi dan 1 ekor dijadikan sebagai 30 menit dengan suhu 37C. Setelah itu,
subjek kontrol tanpa diberikan ekstrak daun diinkubasi dalam inkubator CO2 selama 30
kare. menit untuk proses adaptasi.
6. Persiapan Makrofag dari Cairan Makrofag yang sudah diinkubasi 30
Peritoneal Tikus menit kemudian dimasukkan kedalam kultur
Tikus diinjeksi Thioglycolate 7 hari C. albicans sudah disiapkan dengan kepadatan
sebelum diambil cairan peritoneal ke dalam sel akhir 2,5x107 sel dan sudah ditambahkan
rongga peritoneum menggunakan spuit 25G dengan 50 l normal serum inaktivasi,
agar didapatkan makrofag aktif. selanjutnya diinkubasi dengan internal waktu
Setelah 7 hari, tikus diletakkan dalam selama 1 jam.
posisi terlentang, kulit abdomen dibuka Kultur makrofag diamati dibawah
sehingga tampak peritoneum kemudian mikroskop inverted untuk melihat aktivitas
dibersihkan dengan etanol 70%, dan diinjeksi fagositosis makrofag terhadap C. albicans.
dengan 10cc larutan DMEM dingin ke dalam Setelah dilakukan pengamatan dan kultur
rongga peritoneum menggunakan spuit 19G. dengan cara panen sel dan dicuci dengan PBS
Peritoneum dipijat pelan untuk mendapatkan dan FBS5%, hasil kontak makrofag dan C.
makrofag yang cukup banyak.Setelah 30 albicans disentrifugasi sebanyak 3 kali
menit, cairan disedot kembali sampai habis 250G/1000rpm pada suhu 4C serta dibuang
dan dimasukkan dalam tabung falkon yang supernatant.
steril. 0,1 ml kultur diambil untuk
Cairan peritoneal yang terdapat di pembuatan hapusan pada objek glass, dan
dalam tabung falkon dilakukan sentrifus fiksasi dengan methanol serta dilanjutkan
dengan kecepatan1000 rpm pada suhu dengan pengecatan Diff Quick (protokol
4oC.Seterusnya, supernatan yang terbentuk mengikuti supplier). Perhitungan jumlah C.
dibuang dan resuspen pelet sel dengan albicans sebelum dan setelah diberikan
mengetuk bagian bawah botol pelan-pelan makrofag dilakukan dengan pengambilan 50l
sehingga mendapatkan konsentrasi yang kultur dan diinkubasi di inkubator oksigen
cukup. dengan suhu 37C pada media TSA selama 24
7. Uji Aktivitas Fagositosis Makrofag jam untuk melihat aktivitas fagositosis
terhadap C. albicans dan Perhitungan makrofag.
Makrofag 8. Pengukuran Penelitian
Perhitungan sel makrofag dilakukan Uji MIC ekstrak bahan penelitian
dengan pengambilan 20l sampel cairan dilakukan dengan menggunakan permukaan
peritoneal ke dalam microtube dan dilakukan medium padat. Mikroba ditumbuhkan pada
sentrifus selama 6 menit dengan kecepatan permukaan medium dan kertas saring yang
600 rpm. Seterusnya sel makrofag dilakukan berbentuk cakram yang telah mengandung
pewarnaan dengan Diff Quick dan dihitung ekstrak penelitian. Setelah inkubasi overnight
menggunakan hemositometer. jumlah koloni mikroba yang tumbuh dihitung
Uji aktivitas fagositosis makrofag dan dibandingkan dengan jumlah koloni
diteruskan dengan makrofag yang telah mikroba pada konsentrasi yang lain. Dengan itu
dipanen, dicuci dengan cara sentrifugasi 250G maka, pengukuran MIC secara tidak langsung
pada suhu 4C selama 2 menit, kemudian dari daya hambat antibiotika terhadap
dihitung jumlah selnya. Kultur makrofag mikroba.15
disiapkan dengan kepadatan sel 2,5.107 sel/ml
3
Pathology of Oral and Maxillofacial Journal Vol. 1 No. 1
4
Tabel 1 Ekstrak daun kare terhadap hitung total jamur dalam berbagai konsentrasi
(%)
1 2 3 4
12,5 0 0 0 0 0
9,375 0 0 0 0 0
8,75 0 0 0 0 0
K. negatif 0
K. positif 8,2X102
Keterangan : 0 = steril, tidak ada pertumbuhan jamur; TBUD = tidak bisa dihitung. CFU/ml = colony forming uniter per
millilitre
1 2 3
8,75 21350 16150 33750 23750
6,25 17600 14500 18500 16867
3,75 8150 3800 15950 9300
Kontrol negatif 0
Kontrol positif 15500 10150 16850 14167
Tabel 3 menunjukkan jumlah C. CFU/ml. Hasil ini menunjukkan terdapat
albicans setelah pemberian makrofag yang penurunan jumlah C. albicans dengan
diinduksi ekstrak daun kare dengan makrofag yang diinduksi konsentrasi MIC dan
konsentrasi 8,75% didapatkan sebanyak 680 MFC ekstrak daun kare apabila dibandingkan
CFU/ml. Sedangkan pada konsentrasi 6,25% dengan jumlah C. albicans pada kelompok
diperoleh jumlah C. albicans sebanyak 951,67 kontrol positif dan hitung awal jumlah C.
albicans.
Tabel 3 Jumlah C. albicans setelah diinduksi makrofag yang telah diberikan konsentrasi MIC (6,25%), MFC
(8,75%) dan 3,75% daun kare.
(CFU/ml)
Dari data yang diperoleh hasil indeks tailed) lebih besar dari 0,05 (p>0,05) yang
fagositosis, dilakukan uji One-Way ANOVA berarti data pada kelompok tersebut
setelah dilakukan uji normalitas pada masing - berdistribusi normal. Seterusnya dilanjutkan
masing kelompok dengan menggunakan uji uji homogenitas (Tabel 5) dengan signifikansi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov dan uji diatas 0,05 (p=0,051; p>0,05). Analisa data
homogenitas.Hasil dapat dilihat pada tabel 4 memenuhi syarat untuk dilanjutkan dengan uji
dan 5. Pada tabel 4, keempat kelompok one-way ANOVA.
penelitian mempunyai nilai Asymp. Sig. (2-
Total 192213786.667 29
Pada tabel 6, dengan uji One-Way hasil perbandingan dengan Post Hoc Test,
ANOVA didapatkan hasil yang bermakna terdapat perbandingan yang signifikan di
p=0,000 (p<0,05) yang berarti ada perbedaan antara konsentrasi 8,75% dengan 6,25%
yang signifikan antara kelompok ekstrak daun (0,974) dan 3,75% dengan kelompok positif
kare dengan konsentrasi 3,75%, 6,25%, 8,75% (0,955) pada peningkatan jumlah hambat.
dan kelompok kontrol positif. Perbedaan yang Seterusnya, uji TUKEY HSD (Tabel7)
signifikan ini berarti terdapat perbedaan dilakukan untuk melihat korelasi antara
efektivitas antara kelompok penelitian. konsentrasi daun kare yang diinduksi pada
Perbedaan yang ada di antara makrofag tikus dengan aktivitas fagositosis
kelompok penelitian tersebut, dilanjutkan makrofag.
dengan menggunakan uji Post Hoc Test. Pada
1 2 3 1
k. positif 6 6383.3333
951,57 CPU/ml. Dengan demikian maka, daun bakteri gram positif, negatif, dan jamur.23
kare pada konsentrasi MFC dan MIC dapat Carbazole alkaloid dan Coumarin merupakan
meningkatkan aktivitas fagositosis makrofag senyawa yang mengganggu sintesis nucleic
terhadap jumlah C. albicans dengan acid dan menyebabkan pertumbuhan jamur
pemeriksaan indeks fagositosis. akan terganggu dan tidak dapat tumbuh.11
Hasil uji normalitas pada setiap Carbazole alkaloid dalam daun kare juga
kelompok dengan menggunakan uji One- berperan dalam merusak sel membran dan
Sample Kolmogorov-Smirnov didapatkan denaturasi protein jamur serta memiliki efek
semua kelompok berdistribusi normal dan antijamur karena kemampuannya untuk
mempunyai perbedaan signifikan yaitu 0,051 merusak ikatan hidrogen dari untaian ganda
(p > 0,05) dari hasil uji analisa homogenitas (double helix) DNA dan menyebabkan
data. Selanjutnya dilakukan uji One-Way terganggunya stabilitas dari struktur rantai
ANOVA karena data penelitian ini bersifat DNA jamur sehingga menyebabkan replikasi
kuantitatif dan digunakan untuk menguji sel jamur terganggu, hal ini akan
hipotesis dengan dua variabel atau lebih. mempengaruhi seluruh pertumbuhan dan
Analisa hasil uji One-Way ANOVA p=0,000 metabolisme jamur.24
(p<0,05) menunjukkan terdapat perbedaan Peningkatan jumlah makrofag dan
yang signifikan antara kelompok perlakuan aktivitas fagositosis makrofag terhadap C.
yaitu makrofag yang diinduksi dengan albicans menunjukkan bahwa senyawa aktif
konsentrasi ekstrak daun kare terhadap daun kare dapat berperan meningkatkan innate
pertumbuhan C. albicans dalam meneliti immunity. Dalam penelitian Baliga et al.9 dan
aktivitas fagositosis makrofag. Hal ini sesuai Shah et al.,12 komponen aktif daun kare seperti
dengan hasil penelitian oleh Michael21 yang Carbazole alkaloids mempunyai sifat
menyatakan bahwa adanya perbedaan sitotoksik, antimikroba, antibakteri dan
signifikan tersebut berarti terdapat perbedaaan antijamur yang dapat menstimulasi aktivitas
efektivitas antar kelompok perlakuan. makrofag dan dapat membunuh sel target
Uji analisa data Post-Hoc Test dan dengan mengeluarkan senyawa NO yang dapat
TUKEY HSD diteruskan untuk melihat digunakan untuk melawan invasi patogen.
korelasi konsentrasi MIC dan MFC daun kare Sitokin yang dihasilkan oleh makrofag dapat
terhadap C. albicans dan aktivitas fagositosis meningkatkan apoptosis pada sel jamur
makrofag. Hasil menunjukkan terdapat sehingga terlihat penghancuran inti sel dan
perbedaan signifikan jumlah koloni C. kromatin setelah diberikan pengobatan
albicans pada konsentrasi 8,75% dan 6,25% alkaloid daun kare.25
terhadap kelompok kontrol. Hal ini berarti Pada penelitian ini, kelompok
daya hambat terhadap pertumbuhan jamur C. penelitian yang paling efektif dalam
albicans semakin besar dengan meningkatnya menghambat pertumbuhan C. albicans adalah
konsentrasi ekstrak daun kare yang konsentrasi 12,5%. Hal ini karena pada
diinduksikan ke makrofag. Dengan demikian konsentrasi tersebut, daun kare mempunyai
maka konsentrasi daun kare 8,75% adalah kemampuan paling tinggi dalam menghambat
konsentrasi paling efektif dalam meningkatkan pertumbuhan C. albicans. Semakin besar
aktivitas fagositosis makrofag seterusnya dapat konsentrasi ekstrak daun kare, semakin besar
menghambat pertumbuhan C. albicans. daya hambat terhadap C. albicans. Daun kare
Hambatan pertumbuhan C. albicans pada konsentrasi 8,75% merupakan MFC
disebabkan oleh bahan antijamur yang dimiliki terhadap pertumbuhan C. albicans kerana
oleh ekstrak daun kare yaitu carbazole konsentrasi ini adalah paling kecil dalam
alkaloid, caumarin, flavonoid, tannin dan menghambat C. albicans sehingga tiada
polifenol.22 Carbazole alkaloid berfungsi pertumbuhan sama sekali. Konsentrasi daun
sebagai antimikroba khususnya terhadap kare 6,25% merupakan dosis yang dapat
Pathology of Oral and Maxillofacial Journal Vol. 1 No. 1
15. Jawetz E., Melnick J. L., Adellberg E. Immunology. 6th ed. Philadelphia. WB
A. 2007. Medical Microbiology, 24th Saunders Co. pp. 3-17,19-47, 75-149,
Ed. Mc Graww Hill Medical Inc. USA. 153-241, 267-320.
pp 642-645 21. Michael J. C. 2007. Statistics: An
16. Espinel-Ingroff A., Fothergill J., Peter, Introduction using R. Wiley: UK. Pp
M. G. Rinaldi, T. J. Walsh. 2002. 155
Testing Conditions for Determination 22. Bonde S. D., Nemade L. S., Patel M.
of Minimum Fungicidal Concentrations R., Patel A. A. 2011. Murraya
of New and Established Antifungal koenigii (curry leaf): Ethnobotany,
Agents for Aspergillus spp.: NCCLS Phytochemistry and Pharmacology A
Collaborative Study. J. Clin. Microbiol. Review. Int. J. Pharm Phytopharmacol.
Volume 40(9). pp 3204-3208 Res. Volume 1(1). pp 23-27
17. Colligan J. E, Krusbeek A. M., 23. Choudhury S., Sharan, L., Sinha, M. P.
Marguiles D. H., Shevach M. E., Stober 2012. Phytochemical and Antimicrobial
Warren. 2001. Current Protocols in Screening of Psidium Guajava L. Leaf
Immunology Volume 2. Medical School Extracts against Clinically Important
City University of New York. New Gastrointestinal Pathogens. J. Nat.
York. pp 2-3 Prod Plant Resour, Volume 2(4). pp
18. Vats M., Singh H., Sardana S. 2011. 524-529
Phytochemical Screening And 24. Sumono A., Agustin, W. S. D. 2008.
Antimicrobial Activity Of Roots Of The use of bayleaf
Murraya Koenigii (Linn.) Spreng. (Eugenia polyantha Wight)
(Rutaceae). Brazilian Journal of in dentistry. Dentistry. Volume 41(3).
Microbiology. Volume 42. Pp 1569- pp 147150
1573 25. Ito C., Itoigawa M., Nakao K., Murata
19. Barawidjaja K. G., Rengganis I. 2010. T., Tsuboi M., Kaneda N. 2006.
Imunologi Dasar. Edisi ke-9. Balai Induction Of Apoptosis By Carbazole
Penerbit Fakultas Kedokteran Alkaloids Isolated From Murraya
Universitas Indonesia. Jakarta. pp 62- Koenigii. Phytomedicine. Volume
64, 445-446 13(5). pp 359-65
20. Abbas A. K., Lichtman A. H., Pillai S.
2007. Cellular and Molecular