Della Et Al 2019 (Pakan Benih Kerapu Macan)
Della Et Al 2019 (Pakan Benih Kerapu Macan)
Della Et Al 2019 (Pakan Benih Kerapu Macan)
Research Articles
Kata Kunci: ABSTRAK: Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) merupakan ikan
Budidaya; yang mempunyai nilai ekonomis penting karena harganya yang relatif tinggi dan
Epinephelus fuscoguttatus; mempunyai prospek untuk dibudidayakan. Salah satu faktor yang menentukan
Laju pertumbuhan; keberhasilan budidaya ikan adalah ketersediaan pakan. Tujuan penelitian ini
Pakan adalah menganalisis kandungan gizi pada pakan dan Ikan, menganalisis laju
pertumbuhan benih ikan dan menganalisis jenis pakan terbaik untuk
pertumbuhan benih ikan kerapu macan. Penelitian ini dilaksanakan pada
Tanggal 10 Febuari – 20 Maret 2018 di Laboratorium Balai Besar
Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung. Metode yang digunakan
dalam peneltitian ini adalah metode eksperimen pada skala laboratorium.
Penelitian ini menggunakan 1 jenis pakan pabrik (Pellet Growper = A) sebagai
pakan kontrol dan 2 jenis pakan formulasi mandiri (Pellet formulasi 46 = B dan
48 = C) sebagai pakan uji. Pengukuran kualitas air dilakukan setiap 10 hari
pemeliharaan, meliputi pengukuran suhu, pH, oksigen terlarut, amoniak dan
salinitas. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa laju pertumbuhan ketiga
pelet secara berurutan dari rendah ke tinggi yaitu pelet B sebesar 27,00%, pelet
C sebesar 26,88% dan pelet A sebesar 28,33%. Pakan terbaik terdapat pada pelet
A yaitu kontrol dengan retensi protein 41,933%, lemak 11,072%, serat 1,180%
dibandingkan dengan kedua pelet dengan formulasi 46 dan 48 jenis pakan
mandiri. @2019 Published by UP2M, Faculty of Mathematics and Natural
Sciences, Sriwijaya University
∗ Corresponding author.
E-mail address: [email protected]
DOI: https://doi.org/10.36706/jps.v21i3.543
ISSN: 2597-7059 Online, 1410-7058 Print/ ©2019 Published by UP2M, Faculty of Mathematics and Natural Sciences,
Universitas Sriwijaya
Della et al. Jurnal Penelitian Sains 21 (3) 2019: 118-130
119
Della et al. Jurnal Penelitian Sains 21 (3) 2019: 118-130
120
Della et al. Jurnal Penelitian Sains 21 (3) 2019: 118-130
121
Della et al. Jurnal Penelitian Sains 21 (3) 2019: 118-130
Keterangan :
A : Pelet growper pabrik (kontrol)
B : Pelet formulasi 46
C : Pelet formulasi 48
Keterangan :
A : Pelet growper pabrik (kontrol)
B : Pelet formulasi 46
C : Pelet formulasi 48
Berdasarkan pada tabel 2 di atas efektifitasnya sangat dipengaruhi oleh jenis ikan,
kandungan pakan Pelet A (kontrol) dan B umur, ukuran ikan, kualitas protein pakan,
(formulasi 46) hampir sama yaitu 46% kandungan kecernaan pakan dan kondisi lingkungan
proteinya, yang membedakan di antara ke 3 (Pramono et al, 2009).
pakan ini yakni Pelet kontrol yang dimana Pelet A Protein dipengaruhi oleh sumber asalnya
(kontrol) adalah hasil pakan buatan produksi serta oleh kandungan asam aminonya.
pabrik, dan Pelet B (formulasi 48) adalah hasil Berdasarkan hasil penelitian komposisi bahan
produksi pakan mandiri, sedangkan Pelet C baku pakan dibuat dari tepung kepala ikan dan
(formulasi 48) dengan nilai protein tertinggi yaitu udang, artinya kandungan protein yang ada
48% adalah hasil produksi pakan mandiri. merupakan kandungan protein hewani, sehingga
Perbandingan protein pelet C (Formulasi protein akan lebih mudah dicerna oleh ikan.
48) lebih besar dari pada pelet A (Kontrol) dan B Menurut Rukmini (2012) protein nabati lebih
(Formulasi 46). Protein sangat baik untuk sukar dicernakan dari pada protein hewani. Hal
kelangsungan pertumbuhan ikan, semakin banyak itu disebabkan karena protein nabati terbungkus
kadar proteinya semakin bagus untuk laju di dalam dinding selulosa yang memang sukar
pertumbuhan ikan. Bagi ikan protein merupakan dicerna. Selain itu, kandungan asam amino
sumber tenaga paling utama karena tingkat
122
Della et al. Jurnal Penelitian Sains 21 (3) 2019: 118-130
esensial dari protein nabati pada umunya kurang Kandungan gizi pada Ikan Kerapu Macan
lengkap dibandingkan dengan protein hewani. didapatkan dari hasil uji proksimat di
Berdasarkan hasil pengamatan dari analisis Laboratorium Kualitas Air Balai besar
uji proksimat, dimana nilai persentase kandungan Pengembangan Budidaya Laut Lampung. Hasil
lemak pada pelet A (Kontrol) mencapai 11,072%, yang didapatkan kandungan pada pelet A
Pelet B (Formulasi 46) mencapai 4,925% dan Pelet (kontrol) air: 78,460%, abu: 1,807%, lemak:
(Formulasi 48) mencapai 6,350%, dimana pelet B 1,686%, serat: 0,063% , dan protein: 18,094%.
dan Pelet C memiliki kadar lemak yang demikian Kandungan pada pelet B (Formulasi 46) air:
merupakan kadar lemak yang optimal bagi 78,303%, abu: 1,996%, lemak: 1,969%, serat:
pertumbuhan ikan. Hal ini sesuai dengan 0,113% , dan protein: 18,684%. Kandungan pada
pernyataan Afrianto et al (2005) bahwa pelet C (Formulasi 48) air: 76,670%, abu: 2,805%,
kandungan lemak pakan ikan yang diperlukan lemak: 1,966%, serat: 0,191% , dan protein:
berkisar 4-9% dengan daya guna energi mencapai 18,293.
85%.
Pada hasil uji proksimat kadar serat pada Parameter Kualitas Air
pelet A mencapai 1,180%, pelet B mencapai Parameter kualitas air atau faktor
2,823%, dan pelet C 2,461% dengan demikian lingkungan mempengaruhi kelangsungan
kadar serat sangat berpengaruh terhadap berat pertumbuhan benih ikan kerapu macan.
ikan. Dapat dilihat persentase kadar serat yang Parameter yang diukur adalah pH, suhu, salinitas,
paling rendah ada pada pelet A dan yang paling oksigen terlarut dan amoniak. Pengukuran
tinggi ada pada pelet B. Rendahnya pertambahan dilakukan tiap 10 hari sekali.
berat pada pelet B dan pelet C kemungkinan
disebabkan oleh tingginya kandungan serat yang Suhu
menyebabkan rendahnya pertambahan bobot Suhu dapat berpengaruh terhadap
pada ikan. Menurut Halver (1989) dalam Amri kelangsungan hidup ikan, serta dapat
(2007) bahwa ikan kurang mampu mencerna mempengaruhi aktivitas makan ikan seperti
serat kasar (karbohidrat) karena usus ikan tidak metabolism dan proses reproduksi. Namun suhu
terdapat mikroba yang dapat memproduksi enzim yang ektrim juga bisa menyebabkan kematian
amilase atau selulase. pada ikan. Hasil dari pengukuran suhu disajikan
pada tabel 4.
Keterangan :
A : Pelet growper pabrik (kontrol)
B : Pelet formulasi 46
C : Pelet formulasi 48
Menurut Sutarmat et al. (2003) dalam sangat berpengaruh terhadap tingkat kelulusan
Supriyono et al. (2003) kisaran suhu air yang Ikan Kerapu Macan. Data Tabel 5. suhu yang
optimal untuk pemeliharaan Ikan Kerapu Macan didapatkan pada penelitian ini berkisar diantara
adalah 26-31ºC. Suhu merupakan faktor yang 28,90C-29,10C sehingga dapat disimpulkan
123
Della et al. Jurnal Penelitian Sains 21 (3) 2019: 118-130
bahwa suhu selama penelitian tergolong normal mempengaruhi tingkat kelulusan hidup benih
dan sesuai bagi kelangsungan hidup dan laju Ikan Kerapu Macan, Pengukuran dari pH (derajat
pertumbuhan benih Ikan Kerapu Macan. keasaman) yang dilakukan pada penelitian ini
menggunakan alat pH meter dan hasilnya pada
pH Tabel 5.
pH sama halnya dengan suhu, juga
Keterangan :
A : Pelet growper pabrik (kontrol)
B : Pelet formulasi 46
C : Pelet formulasi 48
Menurut Brotowidjoyo et.al (1995) dalam 10 hari sekali yakni relatif sama 32ppt. Air yang
Kankan (2014) pH air laut untuk ikan pada digunakan adalah air laut yang dialirkan
umumnya 7,6 – 8,3, pH air laut relatif konstan menggunakan mesin air dari laut dan langsung
karena adanya penyangga dan hasil dari mengalir ke dalam akuarium penelitian (sirkulasi
keseimbangan karbon dioksida asam karbonat. terbuka).
Hasil pengukuran pH pada penelitian ini yaitu
sekitar 7 (normal). Kisaran ini masih mendukung Dissolved Oksigen
kehidupan ikan yang pelihara, kisaran pH yang Oksigen terlarut adalah jumlah kadar
ideal adalah 6,5–8,5 (Paulo, 2009). oksigen dalam milligram dalam satuan air.
Kandungan oksigen yang terlarut pada air laut di
Salinitas akuarium yang digunakan dalam penelitian ini
Nilai salinitas yang di ukur pada saat disajikan pada Tabel 6
penelitian selama 40 hari yang mana diukur setiap
Keterangan :
A : Pelet growper pabrik (kontrol)
B : Pelet formulasi 46
C: Pelet formula 48
124
Della et al. Jurnal Penelitian Sains 21 (3) 2019: 118-130
Tabel 7. Amoniak
Keterangan :
A : Pelet growper pabrik (kontrol)
B : Pelet formulasi 46
C : Pelet formulasi 48
Data pengukuran amoniak ini relatif stabil pemberian pakan Pelet yang mempunyai
yakni berkisar 0,1 mg/l0,2 mg/l dimana nilai yang komposisi formulasi yang berbeda yaitu pakan
didapatkan tersebut masih berada di bawah nilai Pelet buatan produksi pabrik dengan kadar
baku mutu menurut KepmenLH no 51 tahun 2004 protein 46 dan pakan Pelet buatan formulasi
yang bernilai 0,3 mg/l. produksi mandiri dengan kadar nilai protein 46
dan 48. Pemberian pelet diberikan secara
Rata- Rata panjang dan Rata – Rata bobot berbeda selama penelitian 0-40 hari dan hasil
Kerapu Macan menunjukan rata- rata panjang dan berat ikan
Ikan uji dalam penelitian ini berdasarkan sebagaimana disajikan pada Tabel 8 dan Tabel 9.
penelitian yang telah dilakukan dengan
125
Della et al. Jurnal Penelitian Sains 21 (3) 2019: 118-130
Keterangan:
A: Pelet growper pabrik (kontrol)
B : Pelet formulasi 46
C : Pelet formulasi 48
Keterangan :
A : Pelet growper pabrik (kontrol)
B : Pelet formulasi 46
C : Pelet formulasi 48
Hasil pengukuran panjang ikan kerapu Tetapi jika dilihat dari data yang didapat pada
macan pada Gambar 5. yang tertinggi yaitu pelet pengukuran awal sudah terlihat perbedaan
control GR 46 (A) jika dilihat dari rata-rata. panjang di setiap rata-rata dan ikan dengan
126
Della et al. Jurnal Penelitian Sains 21 (3) 2019: 118-130
pakan pelet formulasi 2 (C) nomor ke 2 tertinggi hanya sedikit perbedaanya maka perbedaanya
dibandingkan formulasi 1 (B) yang paling rendah pun tidak signifikan.
rata-rata nya. Pakan pelet formulasi 2 Hasil pakan formulasi 46% dan 48% diduga
mempunyai nilai protein tertinggi ke 2 yaitu 48%. karena termasuk pakan mandiri yang di uji coba,
Diawal pengukuran panjang Ikan Kerapu Macan jika dilihat secara visual setiap harinya ikan diberi
sudah terlihat lebih panjang pada formulasi 46 pakan dengan cara pemberian frekuensi yang
dibandingkan panjang ikan dengan pakan sama yaitu 3 kali sehari dengan jumlah butir pelet
kontrol atau fomulasi 48. Meskipun demikian yang berbeda. Benih diberikan pakan hingga
hasil rata-rata pada tabel diatas perbedaanya kenyang jika dilihat dari pakan formulasi 48%
hanya sedikit dan tidak signifikan. ikan cenderung lebih cepat kenyang dibanding
Hasil pengukuran rata-rata bobot pada dengan pakan formulasi 46%. Diduga mungkin
ikan kerapu macan dapat dilihat nilai tertinggi kandungan pakan formulasi 48 protein dan
dengan pertambahan bobot 11.08 gr dimiliki takaran bahan formula lainya lebih banyak di
pelet B. Pemberian pakan Growper (kontrol) bandingkan dengan pakan formulasi 46.
diduga dikarenakan pakan produksi pabrik
memang sudah menjadi pakan yang cocok dan Laju Pertumbuhan Harian Ikan kerapu
cukup protein sehari-hari pada saat Macan
pemeliharaan benih ikan dan pemberian pakan Laju pertumbuhan ikan harian dilakukan
pelet B adalah pakan mandiri namun dari untuk melihat pertumbuhan benih Ikan Kerapu
perbedaan kedua pakan tersebut hanya 0,8 gr Macan selama pemeliharaan 40 hari dapat dilihat
pada Tabel 10 .
Keterangan :
A : Pelet grouwper (Kontrol)
B : Pelet formulasi 46
C : Pelet formulasi 48
T : Lama waktu
W0 : Berat awal
Wt : Berat akhir
SGR : Laju pertumbuhan Harian
Dapat dilihat pada Tabel 10 bahwa Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
persentase berat ikan perhari dengan laju lain mengenai berat ratarata Ikan Kerapu Macan
pertumbuhan yang paling tinggi adalah pada bahwa laju pertumbuhan berat berfluktuasi,
kontrol dengan 28.33% dan persentase yang seperti pertumbuhan panjang. Hal ini mungkin
paling rendah pada formulasi 48 yakni disebabkan karena kondisi perairan yang
mempunyai hasil nilai 26.88%. Dari hasil berfluktuasi, yang bekerja bersama-sama dengan
perhitungan ini formulasi 46 dan formulasi 48 faktorfaktor lainya, seperti ketersediaan pakan,
belum tentu dikatakan tidak cocok pada pakan persaingan, perlakuan waktu penimbangan dan
yang dibuat dan diberikan. Karena dari hasil kebersihan KJA (Langkosono, 2006).
perhitungan rumus berikut perbedaanya tidak
berbeda nyata.
127
Della et al. Jurnal Penelitian Sains 21 (3) 2019: 118-130
Keterkaitan Panjang dan Berat Ikan ikan dengan beratnya pada pertumbuhan benih
Keterkaitan panjang dan berat ikan ikan kerapu macan selama pemeliharaan 40 hari
dilakukan untuk mencari hubungan panjang total dapat dilihat pada tabel 11.
Keterangan:
A : Pelet grouwper (Kontrol)
B : Pelet formulasi 1
C : Pelet formulasi 2
W : Berat total ikan (gram)
L : Panjang total ikan (mm)
a dan b : konstanta
128
Della et al. Jurnal Penelitian Sains 21 (3) 2019: 118-130
Gambar 7. Keterkaitan Panjang dan Berat Ikan Kerapu Macan Pada MasingMasing Perlakuan Pelet
Pada pertumbuhan benih ikan kerapu 1,807%, lemak: 1,686%, serat: 0,063% , dan
macan nilai b<3 maka hubungan yang terbentuk protein: 18,094%. Kandungan pada pelet B
adalah allometrik negatif. Hal ini menunjukan (Formulasi 46) air: 78,303%, abu: 1,996%,
pertambahan panjang yang lebih cepat lemak: 1,969%, serat: 0,113% , dan protein:
dibandingkan dengan pertambahan berat ikan, 18,684%. Kandungan pada pelet C (Formulasi
dimana keadaan ikan cenderung lebih panjang, 48) air: 76,670%, abu: 2,805%, lemak: 1,966%,
sementara ikan kerapu macan seharusnya serat: 0,191% , dan protein: 18,293%.
cenderung lebih besar atau lebar. 2. Laju pertumbuhan ketiga pelet secara
Menurut Barus (2011) hubungan panjang berurutan dari rendah ke tinggi yaitu pelet B
dan berat ikan dapat dilihat dari nilai konstanta b, sebesar 27,00%, pelet C sebesar 26,88% dan
yaitu bila b=3, hubungan yang terbentuk adalah pelet A sebesar 28,33%. faktor yang
isometrik (pertumbuhan panjang seimbang mempengaruhi pada pelet yaitu mempunyai
dengan pertambahan berat). Bila b>3 maka komposisi persen serat yang berbeda yang
hubungan yang terbentuk adalah allometrik positif mana ikan kerapu macan kurang mampu
yaitu pertambahan berat lebih cepat daripada mencerna serat terlalu banyak karena usus
pertambahan panjang. Bila b<3 maka hubungan ikan tidak terdapat mikroba yang dapat
yang terbentuk yakni allometrik negatif yang memproduksi enzim emilase dan selulase.
mana menjelaskan pertambahan panjang lebih 3. Pakan terbaik terdapat pada pelet A yaitu
cepat dibandingkan berat ikan hal ini menunjukan kontrol dengan retensi protein 41,933%, lemak
ikan yang kurus. 11,072%, serat 1,180% dibandingkan dengan
R2 adalah perbandingan antara variasi Y kedua pelet dengan formulasi 46 dan 48 jenis
yang dijelaskan oleh x1 dan x2 secara pakan mandiri.
bersamasama dibanding dengan variasi total Y.
Jika R2 semakin besar atau mendekati 1, maka REFERENSI
model semakin tepat. Nilai koefisien determinasi
sampel (A) R2 = 0.9825, sampel (B) R2 = 0.8976, Amri, M. 2007. Pengaruh bungkil inti sawit
[1]
sampel (C) R2 = 0.9149. Jika nilai R2 mendekati 1 fermentasi dalam pakan terhadap pertumbuhan
maka bobot tubuh ikan semakin bertambah ikan mas (Cyprinus carpio L.). Jurnal Ilmu-ilmu
seiring pertambahan panjang total ikan (Imam, Pertanian Indonesia Vol. 9 (1) : 11-13
2009).
Eddy S, Budiyanti, Tatag B. 2010. Respon
[2]
129
Della et al. Jurnal Penelitian Sains 21 (3) 2019: 118-130
pertumbuhan ikan kakap putih. Jurnal Maspari Bisnis dan Budi Daya Kerapu. Jakarta : Penebar
Vol. 3 (1) : 56-63 Swadaya. 148hlm.
130