Della Et Al 2019 (Pakan Benih Kerapu Macan)

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Penelitian Sains 21 (3) 2019: 118-130

Jurnal Penelitian Sains


Journal Home Page: http://ejurnal.mipa.unsri.ac.id/index.php/jps/index

Research Articles

Analisis laju pertumbuhan benih ikan Kerapu macan (Epinephelus


fuscoguttatus) dengan jenis pakan berbeda di Balai Budidaya
Lampung
Berliana Iksy Della1, Tengku Zia Ulqodry2*, Wike Ayu Eka Putri2
1
Mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan, FMIPA, Universitas Sriwijaya,
2
Jurusan Ilmu Kelautan, FMIPA, Universitas Sriwijaya, Indralaya, Indonesia

Received 4 July 2019; Accepted 7 September 2019; Published 10 October 2019

Keyword: ABSTRACT: Tiger Groper Fish (Epinephelus fuscoguttatus) had important


Cultivation; economic values because its expensive price and more prospect to be
Epinephelus fuscoguttatus; cultivated. Feeds availability was important factor towards fish cultivation
Feed; succeeded. The aim of this research was to analyze the nutrient content in fish
Growth and feeds, and to analyze the fish growth rate. The research was conducted
from 10 February up to 20 March 2018 at the laboratory of Balai Besar
Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung. The experimental method on
laboratory scale was used in this research. One type of manufactory’s feed was
used as control feed and 2 types of independent formulation as feed test. The
measurement of water quality was done each 10 days preservation, included
temperature measurement, pH, dissolved oxy, amoniac and salinity. The result
of this research showed that the growth rate of the three feeds are sequentially
from low to high are feed’s B by 27,00 %, feeds’s C by 26,88% and last feed’s A
by 28,33%. A good feed on fedd A as the controll by protein retention 41,933%,
fat 11,072%, fiber 1,1805 compared to both of feeds with formulation 46 and 48
type of independent feed. @2019 Published by UP2M, Faculty of Mathematics
and Natural Sciences, Sriwijaya University

Kata Kunci: ABSTRAK: Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) merupakan ikan
Budidaya; yang mempunyai nilai ekonomis penting karena harganya yang relatif tinggi dan
Epinephelus fuscoguttatus; mempunyai prospek untuk dibudidayakan. Salah satu faktor yang menentukan
Laju pertumbuhan; keberhasilan budidaya ikan adalah ketersediaan pakan. Tujuan penelitian ini
Pakan adalah menganalisis kandungan gizi pada pakan dan Ikan, menganalisis laju
pertumbuhan benih ikan dan menganalisis jenis pakan terbaik untuk
pertumbuhan benih ikan kerapu macan. Penelitian ini dilaksanakan pada
Tanggal 10 Febuari – 20 Maret 2018 di Laboratorium Balai Besar
Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung. Metode yang digunakan
dalam peneltitian ini adalah metode eksperimen pada skala laboratorium.
Penelitian ini menggunakan 1 jenis pakan pabrik (Pellet Growper = A) sebagai
pakan kontrol dan 2 jenis pakan formulasi mandiri (Pellet formulasi 46 = B dan
48 = C) sebagai pakan uji. Pengukuran kualitas air dilakukan setiap 10 hari
pemeliharaan, meliputi pengukuran suhu, pH, oksigen terlarut, amoniak dan
salinitas. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa laju pertumbuhan ketiga
pelet secara berurutan dari rendah ke tinggi yaitu pelet B sebesar 27,00%, pelet
C sebesar 26,88% dan pelet A sebesar 28,33%. Pakan terbaik terdapat pada pelet
A yaitu kontrol dengan retensi protein 41,933%, lemak 11,072%, serat 1,180%
dibandingkan dengan kedua pelet dengan formulasi 46 dan 48 jenis pakan
mandiri. @2019 Published by UP2M, Faculty of Mathematics and Natural
Sciences, Sriwijaya University

∗ Corresponding author.
E-mail address: [email protected]

DOI: https://doi.org/10.36706/jps.v21i3.543
ISSN: 2597-7059 Online, 1410-7058 Print/ ©2019 Published by UP2M, Faculty of Mathematics and Natural Sciences,
Universitas Sriwijaya
Della et al. Jurnal Penelitian Sains 21 (3) 2019: 118-130

PENDAHULUAN yang dapat berpengaruh dalam keberhasilan


pembenihan dan tingginya tingkat
Ikan kerapu mempunyai habitat berbeda-beda keberlangsungan hidup, serta laju pertumbuhan
dan diperkirakan terdiri atas 46 spesies. Spesies dari ikan tersebut (Priyambodo et al. 2008).
ini berasal dari 7 genus, yaitu Cephalopholis, Ketersediaan pakan alami merupakan
Aethaloperca, Cromileptes, Anyperodon, faktor penting dalam budidaya ikan, terutama
Plectropoma, Epinephelus, dan Varicla. Namun, pada usaha pembenihan. Pakan alami
dari 7 genus tersebut yang memiliki nilai merupakan pakan hidup bagi larva ikan yang
ekonomis penting adalah genus Plectropoma, mencakup fitoplankton, zooplankton, dan
Cromileptes, Epinephelus (Wiwie et al, 2015). benthos. Pakan alami untuk larva atau benih
Ikan kerapu macan merupakan jenis ikan ikan, nilai nutrisinya tinggi, mudah di
laut komersial yang mulai banyak dibudidayakan, budidayakan, gerakanya dapat merangsang ikan
baik untuk pembenihan maupun pembesaran untuk memangsanya, dapat berkembang biak
karena menjanjikan prospek yang bagus. Ikan dengan cepat sehingga ketersediaanya dapat
kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) terjamin, dan biaya produksi relatif murah
merupakan jenis ikan laut komersial yang mulai (Priyambodo, 2008).
banyak dibudidayakan, baik untuk pembenihan
maupun pembesarannya karena menjanjikan
BAHAN DAN METODE
prospek yang bagus dan merupakan jenis yang
paling banyak diminati untuk budidaya karena Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10
pertumbuhannya cepat dibandingkan dengan Februari – 20 Maret 2018 di Laboratorium Balai
jenis kerapu lainnya (Sutarmat, 2013). Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL)
Keberhasilan dalam perawatan dan dalam Lampung yang berlokasi di Desa Hanura,
pembenihan adalah dari ketersedianya ikan Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten
kerapu macam (Epinephelus fuscoguttatus) oleh Pesawaran, Lampung Selatan, Propinsi
karena itulah dapat kita ketahui faktor-faktor Lampung.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

119
Della et al. Jurnal Penelitian Sains 21 (3) 2019: 118-130

Tabel. 1 Alat-alat yang digunakan selama penelitian

Alat dan Bahan dilakukan pembilasan dan pengeringan lalu


Alat dan bahan yang digunakan dalam pengisian air. Akuarium dikeringkan selama 24
penelitian ini disajikan pada Tabel 1. jam agar bau kaporit hilang kemudian akuarium
diisi air laut sebanyak 50 liter.
Prosedur Penelitian
Pengukuran pertumbuhan ikan dilakukan Informasi Pakan
setiap 10 hari sekali dengan cara mengukur Ada 3 jenis pakan buatan yang akan diuji
panjang dan menimbang bobot tubuh setiap coba yakni pellet GR (Growper), pelet formulasi
individu ikan. Ikan ditimbang dari setiap wadah 46, dan pelet formulasi 48. Yang membedakan
akuarium percobaan dari awal sampai akhir dari ketiga jenis tersebut yakni kadar protein
penelitian selama 40 hari. Penghitungan pada pakan masing - masing tersebut dengan
kelangsungan hidup pada ikan kerapu macan pemberian jarak waktu yaitu pagi, siang dan sore
(Epinephelus fuscoguttatus) dilakukan pada awal pada ikan. Namun terlepas dari jenis pakan
dan akhir penelitian. Pengukuran kandungan gizi buatan ini tidak hanya melihat laju pertumbuhan
pada pakan dan ikan ikan saja akan tetapi dengan nilai gizi persen dari
kandungan pakan buatan ini, karena menurut
Pengambilan Data survey dari BPPL Lampung sendiri menyatakan
bahwa pakan buatan jenis ini belum ada yang
Persiapan Akuarium dan Air Media meneliti tentang pakan terbaik bagi laju
Pemeliharaan pertumbuhan ikan kerapu macan.
Masa pemeliharaan ikan diawali dengan
penyiapan wadah, dan ikan. Penelitian ini Persiapan Pengujian
membutuhkan 9 buah akuarium yang Hal pertama yang harus dilakukan adalah,
berkapasitas 50 liter. Akuarium yang digunakan pertama dilakukan berat ikan dan pengukuran
berukuran 50x40x40cm. Penyiapan wadah panjang ikan, agar didapatkan ikan yang
meliputi pembersihan akuarium, pengaturan seragam. Benih ikan yang digunakan dalam
letak wadah, penyiapan aerasi, selang output, penelitian ini adalah benih Ikan Kerapu Macan
dan penyiapan air. Akuarium dicuci dengan air (Epinephelus fuscoguttatus) berumur 60 hari,
tawar kemudian disterilkan terlebih dahulu dengan panjang sekitar 7 cm dan berat antara 7-
dengan kaporit 10 ppm dengan tujuan untuk 8gr, berjumlah 120 ekor.
menghilangkan kotoran bakteri dan jamur yang Dalam tiap-tiap akuarium ditempatkan 10
menempel pada dinding akuarium Subyakto et ekor benih ikan yang sehat dan tidak terserang
al, (2003) dalam Jaya, (2013). Setelah itu penyakit ditempatkan di 9 akuarium berjumblah

120
Della et al. Jurnal Penelitian Sains 21 (3) 2019: 118-130

90 ekor kemudian 30 ekor dipisahkan di bak fiber Keterangan :


untuk sebagai benih cadangan. Penebaran benih SGR= Laju Pertumbuhan Harian (%)
ke dalam akuarium dilakukan pada kegiatan pagi Wt = Bobot rata-rata ikan di akhir pemeliharaan
hari dengan adaptasi terlebih dahulu selama 1 (ekor)
minggu dengan adaptasi lingkungan dan pakan. W0= Bobot rata-rata ikan di awal pemeliharaan
(ekor)
Cara Penimbangan Bobot Benih Ikan t = Lama waktu pemeliharaan (hari)
Penimbangan ikan dilakukan dengan cara
mengambil wadah kecil yang telah diberi air laut Keterkaitan Panjang dan Berat Ikan
dan ditimbang terlebih dahulu, setelah itu baru Pertumbuhan panjang dan berat ikan
ikan dimasukan ke dalam wadah dan ditimbang digunakan untuk perhitungan faktor kondisi
lagi. Ikan ditimbang menggunakan timbangan berdasarkan pada lebar ikan dan berat tubuh
analitik. Hasil berat ikan yang di dapat yaitu berat (Effendie, 2002).
timbangan akhir dikurangi dengan berat
timbangan awal. Pengukuran panjang ikan W = a.Lb
dilakukan dengan menggunakan penggaris cm.
Keterangan:
Pengukuran Kualitas Air W = Berat total ikan (gram)
Pengukuran kualitas air dilakukan setiap 10 L = Panjang total ikan (mm)
hari pemeliharaan, meliputi pengukuran suhu, a dan b = konstanta
pH, oksigen terlarut, amoniak dan salinitas.
Analisis Data Kualitas Air
Pengumpulan Data Data kualitas air dianalisis secara deskriptif
Penelitian ini diperlukan pengukuran dalam bentuk tabel, Analisis data dilakukan
beberapa kualitas air yang digunakan dalam 3 dengan menggunakan bantuan perangkat lunak
wadah sampel maupun pengukuran pada hewan Ms.Excel.
uji; pengukuran kualitas air terdiri dari
pengukuran salinitas, suhu, pH, oksigen terlarut HASIL DAN PEMBAHASAN
dan amoniak sedangkan pengukuran hewan uji
meliputi pangukuran berat dan panjang, Kandungan Gizi Pada Pakan dan Ikan
digunakan alat penggaris dan timbangan analitik
Kandungan gizi pakan sangatberpengaruh
untuk mengukur berat. Pengukuran ini dilakukan
untuk kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan
setiap 10 hari sekali.
benih. Jenis pakan dalam adalah Pelet, yang
mempunyai 3 komposisi berbeda. Menurut Mulia
Analisa Data (2007) Analisis uji proksimat merupakan
Laju Pertumbuhan Harian atau Specific pengujian kimiawi untuk mengetahui kandungan
Grow Rate (SGR) nutrien pada bahan yang akan di uji. Melalui uji
Penghitungan laju pertumbuhan harian proksimat di Laboratorium Kualitas Air Balai
digunakan rumus yang dikemukakan oleh Hariati besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung
(1989) dalam Jaya (2012) sebagai berikut : didapatkan hasil kandungan gizi pada pakan dan
Ikan Kerapu Macan (Tabel 2 dan 3).

121
Della et al. Jurnal Penelitian Sains 21 (3) 2019: 118-130

Tabel 2. Kandungan Pakan Benih Kerapu Macan

Keterangan :
A : Pelet growper pabrik (kontrol)
B : Pelet formulasi 46
C : Pelet formulasi 48

Tabel 3. Kandungan Benih Kerapu Macan.

Keterangan :
A : Pelet growper pabrik (kontrol)
B : Pelet formulasi 46
C : Pelet formulasi 48

Berdasarkan pada tabel 2 di atas efektifitasnya sangat dipengaruhi oleh jenis ikan,
kandungan pakan Pelet A (kontrol) dan B umur, ukuran ikan, kualitas protein pakan,
(formulasi 46) hampir sama yaitu 46% kandungan kecernaan pakan dan kondisi lingkungan
proteinya, yang membedakan di antara ke 3 (Pramono et al, 2009).
pakan ini yakni Pelet kontrol yang dimana Pelet A Protein dipengaruhi oleh sumber asalnya
(kontrol) adalah hasil pakan buatan produksi serta oleh kandungan asam aminonya.
pabrik, dan Pelet B (formulasi 48) adalah hasil Berdasarkan hasil penelitian komposisi bahan
produksi pakan mandiri, sedangkan Pelet C baku pakan dibuat dari tepung kepala ikan dan
(formulasi 48) dengan nilai protein tertinggi yaitu udang, artinya kandungan protein yang ada
48% adalah hasil produksi pakan mandiri. merupakan kandungan protein hewani, sehingga
Perbandingan protein pelet C (Formulasi protein akan lebih mudah dicerna oleh ikan.
48) lebih besar dari pada pelet A (Kontrol) dan B Menurut Rukmini (2012) protein nabati lebih
(Formulasi 46). Protein sangat baik untuk sukar dicernakan dari pada protein hewani. Hal
kelangsungan pertumbuhan ikan, semakin banyak itu disebabkan karena protein nabati terbungkus
kadar proteinya semakin bagus untuk laju di dalam dinding selulosa yang memang sukar
pertumbuhan ikan. Bagi ikan protein merupakan dicerna. Selain itu, kandungan asam amino
sumber tenaga paling utama karena tingkat

122
Della et al. Jurnal Penelitian Sains 21 (3) 2019: 118-130

esensial dari protein nabati pada umunya kurang Kandungan gizi pada Ikan Kerapu Macan
lengkap dibandingkan dengan protein hewani. didapatkan dari hasil uji proksimat di
Berdasarkan hasil pengamatan dari analisis Laboratorium Kualitas Air Balai besar
uji proksimat, dimana nilai persentase kandungan Pengembangan Budidaya Laut Lampung. Hasil
lemak pada pelet A (Kontrol) mencapai 11,072%, yang didapatkan kandungan pada pelet A
Pelet B (Formulasi 46) mencapai 4,925% dan Pelet (kontrol) air: 78,460%, abu: 1,807%, lemak:
(Formulasi 48) mencapai 6,350%, dimana pelet B 1,686%, serat: 0,063% , dan protein: 18,094%.
dan Pelet C memiliki kadar lemak yang demikian Kandungan pada pelet B (Formulasi 46) air:
merupakan kadar lemak yang optimal bagi 78,303%, abu: 1,996%, lemak: 1,969%, serat:
pertumbuhan ikan. Hal ini sesuai dengan 0,113% , dan protein: 18,684%. Kandungan pada
pernyataan Afrianto et al (2005) bahwa pelet C (Formulasi 48) air: 76,670%, abu: 2,805%,
kandungan lemak pakan ikan yang diperlukan lemak: 1,966%, serat: 0,191% , dan protein:
berkisar 4-9% dengan daya guna energi mencapai 18,293.
85%.
Pada hasil uji proksimat kadar serat pada Parameter Kualitas Air
pelet A mencapai 1,180%, pelet B mencapai Parameter kualitas air atau faktor
2,823%, dan pelet C 2,461% dengan demikian lingkungan mempengaruhi kelangsungan
kadar serat sangat berpengaruh terhadap berat pertumbuhan benih ikan kerapu macan.
ikan. Dapat dilihat persentase kadar serat yang Parameter yang diukur adalah pH, suhu, salinitas,
paling rendah ada pada pelet A dan yang paling oksigen terlarut dan amoniak. Pengukuran
tinggi ada pada pelet B. Rendahnya pertambahan dilakukan tiap 10 hari sekali.
berat pada pelet B dan pelet C kemungkinan
disebabkan oleh tingginya kandungan serat yang Suhu
menyebabkan rendahnya pertambahan bobot Suhu dapat berpengaruh terhadap
pada ikan. Menurut Halver (1989) dalam Amri kelangsungan hidup ikan, serta dapat
(2007) bahwa ikan kurang mampu mencerna mempengaruhi aktivitas makan ikan seperti
serat kasar (karbohidrat) karena usus ikan tidak metabolism dan proses reproduksi. Namun suhu
terdapat mikroba yang dapat memproduksi enzim yang ektrim juga bisa menyebabkan kematian
amilase atau selulase. pada ikan. Hasil dari pengukuran suhu disajikan
pada tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata Suhu air saat penelitian

Keterangan :
A : Pelet growper pabrik (kontrol)
B : Pelet formulasi 46
C : Pelet formulasi 48

Menurut Sutarmat et al. (2003) dalam sangat berpengaruh terhadap tingkat kelulusan
Supriyono et al. (2003) kisaran suhu air yang Ikan Kerapu Macan. Data Tabel 5. suhu yang
optimal untuk pemeliharaan Ikan Kerapu Macan didapatkan pada penelitian ini berkisar diantara
adalah 26-31ºC. Suhu merupakan faktor yang 28,90C-29,10C sehingga dapat disimpulkan

123
Della et al. Jurnal Penelitian Sains 21 (3) 2019: 118-130

bahwa suhu selama penelitian tergolong normal mempengaruhi tingkat kelulusan hidup benih
dan sesuai bagi kelangsungan hidup dan laju Ikan Kerapu Macan, Pengukuran dari pH (derajat
pertumbuhan benih Ikan Kerapu Macan. keasaman) yang dilakukan pada penelitian ini
menggunakan alat pH meter dan hasilnya pada
pH Tabel 5.
pH sama halnya dengan suhu, juga

Tabel 5 : Rata – rata pH air saat penelitian

Keterangan :
A : Pelet growper pabrik (kontrol)
B : Pelet formulasi 46
C : Pelet formulasi 48

Menurut Brotowidjoyo et.al (1995) dalam 10 hari sekali yakni relatif sama 32ppt. Air yang
Kankan (2014) pH air laut untuk ikan pada digunakan adalah air laut yang dialirkan
umumnya 7,6 – 8,3, pH air laut relatif konstan menggunakan mesin air dari laut dan langsung
karena adanya penyangga dan hasil dari mengalir ke dalam akuarium penelitian (sirkulasi
keseimbangan karbon dioksida asam karbonat. terbuka).
Hasil pengukuran pH pada penelitian ini yaitu
sekitar 7 (normal). Kisaran ini masih mendukung Dissolved Oksigen
kehidupan ikan yang pelihara, kisaran pH yang Oksigen terlarut adalah jumlah kadar
ideal adalah 6,5–8,5 (Paulo, 2009). oksigen dalam milligram dalam satuan air.
Kandungan oksigen yang terlarut pada air laut di
Salinitas akuarium yang digunakan dalam penelitian ini
Nilai salinitas yang di ukur pada saat disajikan pada Tabel 6
penelitian selama 40 hari yang mana diukur setiap

Tabel 6. Oksigen terlarut

Keterangan :
A : Pelet growper pabrik (kontrol)
B : Pelet formulasi 46
C: Pelet formula 48

124
Della et al. Jurnal Penelitian Sains 21 (3) 2019: 118-130

Biota air membutuhkan oksigen yang Perbandingan dengan pengukuran ikan


digunakan untuk menghasilkan aktivitas kerapu macan di dalam akuarium yang diletakan
berenang, pertumbuhan, reproduksi dan di ruangan berbeda dengan pengukuran ikan
sebaliknya. Ketersediaan oksigen bagi biota air kerapu di perairan terbuka. Maka hasil dari
menentukan lingkaran aktivitasnya, konversi penelitian yang dilakukan ini di dalam akuarium
pakan, demikian juga laju pertumbuhan yang dengan posisi ruangan yang tidak selalu terkena
bergantung pada oksigen, dengan ketentuan sinar matahari langsung bisa diasumsikan salah
faktor kondisi lain adalah optimum. Kekurangan satu faktor terjadinya perbedaan hasil yang tidak
oksigen dalam air dapat mengganggu kehidupan berbeda nyata atau signifikan.
biota air termasuk kepesatan pertumbuhan (Kordi
dan Tancung, 2007). Amoniak
Pengukuran oksigen terlarut pada Amoniak atau senyawa kimia yang didapati
penelitian ini relatif stabil. Nilai pada tabel 6 pada perairan yang berasal dari hasil sisa
tersebut masih merupakan nilai yang baik untuk pengeluaran dengan bau yang tajam atau sisa
kehidupan ikan kerapu macan karena menurut eksresi dari benih ikan kerapu macan disajikan
Paulo (2009) dalam Eddy et al (2010) kandungan pada Tabel 7.
oksigen terlarut yang baik untuk kehidupan ikan
kerapu macan harus lebih dari 2 mg/l.

Tabel 7. Amoniak

Keterangan :
A : Pelet growper pabrik (kontrol)
B : Pelet formulasi 46
C : Pelet formulasi 48

Data pengukuran amoniak ini relatif stabil pemberian pakan Pelet yang mempunyai
yakni berkisar 0,1 mg/l0,2 mg/l dimana nilai yang komposisi formulasi yang berbeda yaitu pakan
didapatkan tersebut masih berada di bawah nilai Pelet buatan produksi pabrik dengan kadar
baku mutu menurut KepmenLH no 51 tahun 2004 protein 46 dan pakan Pelet buatan formulasi
yang bernilai 0,3 mg/l. produksi mandiri dengan kadar nilai protein 46
dan 48. Pemberian pelet diberikan secara
Rata- Rata panjang dan Rata – Rata bobot berbeda selama penelitian 0-40 hari dan hasil
Kerapu Macan menunjukan rata- rata panjang dan berat ikan
Ikan uji dalam penelitian ini berdasarkan sebagaimana disajikan pada Tabel 8 dan Tabel 9.
penelitian yang telah dilakukan dengan

125
Della et al. Jurnal Penelitian Sains 21 (3) 2019: 118-130

Tabel 8. Rata- Rata panjang Ikan Kerapu Macan

Keterangan:
A: Pelet growper pabrik (kontrol)
B : Pelet formulasi 46
C : Pelet formulasi 48

Gambar 5. Rata-Rata panjang ikan Kerapu Macan

Tabel 9. Rata-Rata Bobot Ikan Kerapu Macan

Keterangan :
A : Pelet growper pabrik (kontrol)
B : Pelet formulasi 46
C : Pelet formulasi 48

Hasil pengukuran panjang ikan kerapu Tetapi jika dilihat dari data yang didapat pada
macan pada Gambar 5. yang tertinggi yaitu pelet pengukuran awal sudah terlihat perbedaan
control GR 46 (A) jika dilihat dari rata-rata. panjang di setiap rata-rata dan ikan dengan

126
Della et al. Jurnal Penelitian Sains 21 (3) 2019: 118-130

pakan pelet formulasi 2 (C) nomor ke 2 tertinggi hanya sedikit perbedaanya maka perbedaanya
dibandingkan formulasi 1 (B) yang paling rendah pun tidak signifikan.
rata-rata nya. Pakan pelet formulasi 2 Hasil pakan formulasi 46% dan 48% diduga
mempunyai nilai protein tertinggi ke 2 yaitu 48%. karena termasuk pakan mandiri yang di uji coba,
Diawal pengukuran panjang Ikan Kerapu Macan jika dilihat secara visual setiap harinya ikan diberi
sudah terlihat lebih panjang pada formulasi 46 pakan dengan cara pemberian frekuensi yang
dibandingkan panjang ikan dengan pakan sama yaitu 3 kali sehari dengan jumlah butir pelet
kontrol atau fomulasi 48. Meskipun demikian yang berbeda. Benih diberikan pakan hingga
hasil rata-rata pada tabel diatas perbedaanya kenyang jika dilihat dari pakan formulasi 48%
hanya sedikit dan tidak signifikan. ikan cenderung lebih cepat kenyang dibanding
Hasil pengukuran rata-rata bobot pada dengan pakan formulasi 46%. Diduga mungkin
ikan kerapu macan dapat dilihat nilai tertinggi kandungan pakan formulasi 48 protein dan
dengan pertambahan bobot 11.08 gr dimiliki takaran bahan formula lainya lebih banyak di
pelet B. Pemberian pakan Growper (kontrol) bandingkan dengan pakan formulasi 46.
diduga dikarenakan pakan produksi pabrik
memang sudah menjadi pakan yang cocok dan Laju Pertumbuhan Harian Ikan kerapu
cukup protein sehari-hari pada saat Macan
pemeliharaan benih ikan dan pemberian pakan Laju pertumbuhan ikan harian dilakukan
pelet B adalah pakan mandiri namun dari untuk melihat pertumbuhan benih Ikan Kerapu
perbedaan kedua pakan tersebut hanya 0,8 gr Macan selama pemeliharaan 40 hari dapat dilihat
pada Tabel 10 .

Tabel 10 : Laju pertumbuhan Harian

Keterangan :
A : Pelet grouwper (Kontrol)
B : Pelet formulasi 46
C : Pelet formulasi 48
T : Lama waktu
W0 : Berat awal
Wt : Berat akhir
SGR : Laju pertumbuhan Harian

Dapat dilihat pada Tabel 10 bahwa Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
persentase berat ikan perhari dengan laju lain mengenai berat ratarata Ikan Kerapu Macan
pertumbuhan yang paling tinggi adalah pada bahwa laju pertumbuhan berat berfluktuasi,
kontrol dengan 28.33% dan persentase yang seperti pertumbuhan panjang. Hal ini mungkin
paling rendah pada formulasi 48 yakni disebabkan karena kondisi perairan yang
mempunyai hasil nilai 26.88%. Dari hasil berfluktuasi, yang bekerja bersama-sama dengan
perhitungan ini formulasi 46 dan formulasi 48 faktorfaktor lainya, seperti ketersediaan pakan,
belum tentu dikatakan tidak cocok pada pakan persaingan, perlakuan waktu penimbangan dan
yang dibuat dan diberikan. Karena dari hasil kebersihan KJA (Langkosono, 2006).
perhitungan rumus berikut perbedaanya tidak
berbeda nyata.

127
Della et al. Jurnal Penelitian Sains 21 (3) 2019: 118-130

Keterkaitan Panjang dan Berat Ikan ikan dengan beratnya pada pertumbuhan benih
Keterkaitan panjang dan berat ikan ikan kerapu macan selama pemeliharaan 40 hari
dilakukan untuk mencari hubungan panjang total dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11 : keterkaikan panjang dan berat ikan

Keterangan:
A : Pelet grouwper (Kontrol)
B : Pelet formulasi 1
C : Pelet formulasi 2
W : Berat total ikan (gram)
L : Panjang total ikan (mm)
a dan b : konstanta

128
Della et al. Jurnal Penelitian Sains 21 (3) 2019: 118-130

Gambar 7. Keterkaitan Panjang dan Berat Ikan Kerapu Macan Pada MasingMasing Perlakuan Pelet

Pada pertumbuhan benih ikan kerapu 1,807%, lemak: 1,686%, serat: 0,063% , dan
macan nilai b<3 maka hubungan yang terbentuk protein: 18,094%. Kandungan pada pelet B
adalah allometrik negatif. Hal ini menunjukan (Formulasi 46) air: 78,303%, abu: 1,996%,
pertambahan panjang yang lebih cepat lemak: 1,969%, serat: 0,113% , dan protein:
dibandingkan dengan pertambahan berat ikan, 18,684%. Kandungan pada pelet C (Formulasi
dimana keadaan ikan cenderung lebih panjang, 48) air: 76,670%, abu: 2,805%, lemak: 1,966%,
sementara ikan kerapu macan seharusnya serat: 0,191% , dan protein: 18,293%.
cenderung lebih besar atau lebar. 2. Laju pertumbuhan ketiga pelet secara
Menurut Barus (2011) hubungan panjang berurutan dari rendah ke tinggi yaitu pelet B
dan berat ikan dapat dilihat dari nilai konstanta b, sebesar 27,00%, pelet C sebesar 26,88% dan
yaitu bila b=3, hubungan yang terbentuk adalah pelet A sebesar 28,33%. faktor yang
isometrik (pertumbuhan panjang seimbang mempengaruhi pada pelet yaitu mempunyai
dengan pertambahan berat). Bila b>3 maka komposisi persen serat yang berbeda yang
hubungan yang terbentuk adalah allometrik positif mana ikan kerapu macan kurang mampu
yaitu pertambahan berat lebih cepat daripada mencerna serat terlalu banyak karena usus
pertambahan panjang. Bila b<3 maka hubungan ikan tidak terdapat mikroba yang dapat
yang terbentuk yakni allometrik negatif yang memproduksi enzim emilase dan selulase.
mana menjelaskan pertambahan panjang lebih 3. Pakan terbaik terdapat pada pelet A yaitu
cepat dibandingkan berat ikan hal ini menunjukan kontrol dengan retensi protein 41,933%, lemak
ikan yang kurus. 11,072%, serat 1,180% dibandingkan dengan
R2 adalah perbandingan antara variasi Y kedua pelet dengan formulasi 46 dan 48 jenis
yang dijelaskan oleh x1 dan x2 secara pakan mandiri.
bersamasama dibanding dengan variasi total Y.
Jika R2 semakin besar atau mendekati 1, maka REFERENSI
model semakin tepat. Nilai koefisien determinasi
sampel (A) R2 = 0.9825, sampel (B) R2 = 0.8976, Amri, M. 2007. Pengaruh bungkil inti sawit
[1]

sampel (C) R2 = 0.9149. Jika nilai R2 mendekati 1 fermentasi dalam pakan terhadap pertumbuhan
maka bobot tubuh ikan semakin bertambah ikan mas (Cyprinus carpio L.). Jurnal Ilmu-ilmu
seiring pertambahan panjang total ikan (Imam, Pertanian Indonesia Vol. 9 (1) : 11-13
2009).
Eddy S, Budiyanti, Tatag B. 2010. Respon
[2]

fisiologi ikan kerapu macan Epinephelus


KESIMPULAN fuscoguttatus terhadap penggunaan minyak
1. Melalui uji proksimat didapatkan hasil akhir sereh dalam transportasi tertutup dengan
pada ikan kerapu macan yaitu kandungan keadaan tinggi. Jurnal Ilmu Kelautan Vol. 15 (2)
pada pelet A (kontrol) air: 78,460%, abu: : 1-7

129
Della et al. Jurnal Penelitian Sains 21 (3) 2019: 118-130

Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan Cetakan


[3]
dengan Kepadatan Tinggi. Jurnal Ilmu Kelautan
Kedua/Edisi Revisi. Yayasan Pustaka Nusantara. No. 2 : 103-112
Yogyakarta. P. 163
Sutarmat T, Yudha HT. 2013. Analisis keragaan
[14]

Effendie, Ichsan. 2002. Biologi Perikanan.


[4]
pertumbuhan benih kerapu hibrida hasil
Yayasan Pustaka Nusantama : Bogor hibridisasi kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus) dengan kerapu kertang
Imam G. 2009. Ekonometrika Teori Konsep dan
[5]
(Epinephelus lanceolatus) dan kerapu batik
Aplikasi dengan SPSS 17. Badan penerbit di (Epinephelus microdon). Jurnal Akuakultur No. 3
Ponogoro : Semarang : 363-372

Jaya B, Agustriani F, Isnaini. 2013. Laju


[6]
Wiwie S, Ahmad BM, Rini S, Cahyo S. 2015.
[15]

pertumbuhan ikan kakap putih. Jurnal Maspari Bisnis dan Budi Daya Kerapu. Jakarta : Penebar
Vol. 3 (1) : 56-63 Swadaya. 148hlm.

Kordi M G H dan Tancung A B. 2007.


[7]

Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya


Perairan. PT. Rineka Cipta : Jakarta

Langkosono. 2006. Laju pertumbuhan kerapu


[8]

(serranidae) dan kondisi perairan Teluk Kodek


Desa Malaka Lombok Barat. Jurnal Berita
Biologi. Vol. 8 (1)

Muntalim dan Mas’ud F. 2014. Pengembangan


[9]

budidaya dan teknologi pengolahan ikan


bandeng (Chanos- Chanos Forsskal) di
Kabupaten Lamongan guna meningkatkan nilai
tambah. Jurnal Eksakta. Vol 2 (1)

Paulo CFC, Pedro HSK, Elaine A, Correia S &


[10]

Bernardo B. 2009. Transport of jundiá Rhamdia


quelen juveniles at different loading densities :
water quality and blood parameters. Journal
Neotropical Ichthyology Vol. 7 (2) : 283-288

Pramono, Taufik Budhi. Dyahruri Sanjayasari.


[11]

Hary Tjahja Soedibya P. 2009. Optimasi pakan


dengan level protein dan energi protein untuk
pertumbuhan calon induk ikan senggaringan
(Mystus nigriceps). Jurnal Perikanan dan
Kelautan UNSOED Vol. 15 (2) : 153-157

Priyambodo K, Tri W. 2008. Budidaya Pakan


[12]

Alami untuk Ikan. PT Penebar Swadaya : Jakarta

Supriyono E, Budiyanti, Budiardi T. 2010.


[13]

Respon Fisiologi Benih Ikan Kerapu Macan


Epinephelus fuscoguttatus Terhadap Pengunaan
Minyak Sereh dalam Transportasi Tertutup

130

Anda mungkin juga menyukai